Lulus S3 Kimia, Ilmi Jadi Wisudawan Doktor Termuda ITB

Jum'at, 28 Oktober 2022 - 15:07 WIB
loading...
Lulus S3 Kimia, Ilmi...
Moh. Mu’alliful Ilmi menjadi wisudawan S3 termuda pada Wisuda Pertama ITB TA 2022/2023. Foto/Tangkap layar laman ITB.
A A A
JAKARTA - Moh. Mu’alliful Ilmi menjadi wisudawan S3 termuda pada Wisuda Pertama Institut Teknologi Bandung ( ITB ) Tahun Akademik 2022/2023. Ilmi menyelesaikan studi doktoralnya di Program Studi Kimia pada usia 26 tahun.

Baginya, lulus S3 dari ITB merupakan anugerah sekaligus hasil kerja keras yang harus senantiasa disyukuri. “Lulus S3 merupakan hal yang tentu tidak mudah. Kelulusan ini menjadi anugerah bagi saya, orang tua saya, istri dan anak saya untuk dapat menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu,” ujarnya, dikutip dari laman ITB, Jumat (28/10/2022).

Pandemi Covid -19 yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu merupakan tantangan besar baginya. Hal ini karena penelitiannya yang berbasis karakterisasi membutuhkan akses penggunaan laboratorium-laboratorium sentral, sementara saat pandemi laboratorium-laboratorium ini ditutup.

Baca juga: UNPAR Resmi Buka Pendaftaran Calon Rektor Periode 2023-2027

Tak mau kehilangan kesempatan, Ilmi memanfaatkan waktunya selama penutupan laboratorium untuk menulis paper review. Dari kegiatan tersebut ia berhasil menghasilkan paper review yang dipublikasikan di Jurnal Archaelogical and Anthropological Sciences. Selama belajar di ITB, ia telah menghasilkan 14 paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun internasional dengan 4 paper di antaranya menempatkan Ilmi sebagai penulis pertama.

Setelah pandemi berakhir, Ilmi melanjutkan penelitiannya tentang aspek kimiawi yang berperan dalam perubahan warna pada lukisan prasejarah di bawah bimbingan Prof. Dr. Ismunandar, Prof. Dr. Djulia Onggo, Dr. Pindi Setiawan, dan Dr. Grandprix Thomryes Marth Kadja.

Penelitian ini dipublikasikan dalam bentuk disertasi yang berjudul “Aspek Kimia pada Diskolorasi Gambar Cadas Maros-Pangkep dan Lembata”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui komposisi pigmen warna yang digunakan dan menentukan strategi konservasi untuk lukisan purba.

“Pembimbing ke-2 saya, Dr. Pindi Setiawan, M.Si., meninggal dunia satu bulan setelah ujian disertasi saya, dan itu menjadi pengalaman menyedihkan selama studi S3. Semoga saya dapat meneruskan cita-cita beliau untuk melanjutkan penelitian terkait lukisan prasejarah di Indonesia,” ujarnya.

Fokus penelitiannya tersebut juga berhasil mengantarkan Ilmi untuk menjadi pembicara pada European Synchrotron Radiation Facility (ESRF) di Grenoble tahun 2020 lalu. Dalam acara tersebut Ilmi mempresentasikan hasil penelitiannya terkait analisis sifat fisikokimia pigmen gambar cadas di Situs Karim, Sangkulirang, Kalimantan Timur.

Tak disangka, perannya dalam ESRF 2020 membuahkan kerja sama sehingga ia diberikan kesempatan untuk mengirimkan sampel ke ESRF untuk dianalisis lebih lanjut. Hal ini tentu saja merupakan pengalaman yang sangat berharga mengingat ESRF merupakan fasilitas penelitian ternama di Eropa.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2204 seconds (0.1#10.140)