Peneliti UGM dari Fakultas Kedokteran Gigi Raih Penghargaan Habibie Prize
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peneliti Fakultas Kedokteran Gigi UGM , Drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D. menerima penghargaan Habibie Prize dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Yayasan SDM-IPTEK. Penghargaan Habibie yang telah diselenggarakan sejak 1999 ini diberikan kepada para tokoh Indonesia yang telah membuat terobosan dalam bidang IPTEK.
Penghargaan ini juga menjadi salah satu upaya untuk melanjutkan harapan dan cita-cita Bacharuddin Jusuf Habibie membangun SDM Indonesia unggul dan berdaya saing, yang sejalan dengan visi kenegaraan Presiden Joko Widodo dalam hal pengembangan SDM.
“BRIN berkomitmen untuk melanjutkan legacy dari Pak Habibie khususnya Habibie Award yang sekarang bernama Habibie Prize, juga melanjutkan spirit dan inspirasi yang dulu dibawa oleh Pak Habibie,” terang Kepala BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko, dikutip dari laman UGM, Jumat (11/11/2022).
Baca juga: Dosen ITS Jadi Penerima Habibie Prize Termuda dalam Sejarah, Ini Profilnya
Penghargaan ini diharapkan menjadi motivasi dan inspirasi bagi para peneliti, ilmuwan, dan masyarakat untuk terus berkarya dan berkontribusi di berbagai bidang, khususnya bidang IPTEK, guna mendorong kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Para penerima Habibie Prize pun diharapkan tetap produktif dan meningkatkan kontribusi di bidang masing-masing serta melakukan yang terbaik untuk bangsa.
“Kami atas nama keluarga besar BRIN mengucapkan selamat kepada Bapak Ibu empat penerima penghargaan pada tahun ini. Semoga penghargaan ini bisa semakin memotivasi Bapak Ibu sekalian untuk semakin berkarya dan tentu bisa memberikan inspirasi kepada teman-teman kita, adik-adik kita generasi muda yang akan datang,” ucapnya.
Pada tahun ini Habibie Prize diberikan kepada empat penerima untuk empat bidang yang berbeda. Ika Dewi Ana menerima penghargaan bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi. Penerima penghargaan lainnya adalah Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc. untuk bidang Ilmu Dasar, Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, M.M., M.Sc. untuk bidang Ilmu Rekayasa, dan Naufan Noordyanto, S.Sn., M.Sn. untuk bidang Ilmu Kebudayaan.
“Alhamdulillah berarti amanah lagi yang diberikan kepada saya. Mudah-mudahan saya bisa belajar lagi dari semua yang saya peroleh,” ungkap Ika.
Baca juga: Prilly Latuconsina Kembali Jadi Dosen Praktisi di UGM, Apa yang Diajarkan?
Ika Dewi Ana merupakan dosen di Departemen Ilmu Biomedika Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Dua karya penelitiannya, yaitu CHA Bone Graft dan CHA-based Hemostatic Sponge, telah terdaftar dan dipasarkan di Indonesia. Dua karya lainnya sedang dalam proses translasi, salah satunya membran untuk operasi dentokraniofasial. Rekam jejaknya dalam bidang penelitian didokumentasikan dalam buku Biokeramik dan Rekayasa Jaringan yang diterbitkan pada 2021.
“Pada waktu saya melakukan penelitian itu, di Indonesia belum ada graft tulang yang dibuat. Semua yang kita pakai adalah produk luar,” terangnya terkait produk bone graft yang diberi nama GAMACHA.
Penghargaan lain yang pernah ia terima di antaranya “Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa” dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia pada 2014 lalu, SRB (Romanian Society for Biomaterials) Excellence Award di Konstanta, Rumania pada tahun 2016, dan Excellence Award dari ISCM (International Society for Ceramics in Medicine) di Charlotte, Amerika Serikat, pada 2016.
Saat ini, ia juga memimpin Pusat Kolaborasi Riset Perancah Biomedis yang telah ditetapkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, Pusat Riset Metalurgi dan Nanomaterial, serta Pusat Riset Teknologi Polimer di BRIN.
Penghargaan ini juga menjadi salah satu upaya untuk melanjutkan harapan dan cita-cita Bacharuddin Jusuf Habibie membangun SDM Indonesia unggul dan berdaya saing, yang sejalan dengan visi kenegaraan Presiden Joko Widodo dalam hal pengembangan SDM.
“BRIN berkomitmen untuk melanjutkan legacy dari Pak Habibie khususnya Habibie Award yang sekarang bernama Habibie Prize, juga melanjutkan spirit dan inspirasi yang dulu dibawa oleh Pak Habibie,” terang Kepala BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko, dikutip dari laman UGM, Jumat (11/11/2022).
Baca juga: Dosen ITS Jadi Penerima Habibie Prize Termuda dalam Sejarah, Ini Profilnya
Penghargaan ini diharapkan menjadi motivasi dan inspirasi bagi para peneliti, ilmuwan, dan masyarakat untuk terus berkarya dan berkontribusi di berbagai bidang, khususnya bidang IPTEK, guna mendorong kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Para penerima Habibie Prize pun diharapkan tetap produktif dan meningkatkan kontribusi di bidang masing-masing serta melakukan yang terbaik untuk bangsa.
“Kami atas nama keluarga besar BRIN mengucapkan selamat kepada Bapak Ibu empat penerima penghargaan pada tahun ini. Semoga penghargaan ini bisa semakin memotivasi Bapak Ibu sekalian untuk semakin berkarya dan tentu bisa memberikan inspirasi kepada teman-teman kita, adik-adik kita generasi muda yang akan datang,” ucapnya.
Pada tahun ini Habibie Prize diberikan kepada empat penerima untuk empat bidang yang berbeda. Ika Dewi Ana menerima penghargaan bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi. Penerima penghargaan lainnya adalah Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc. untuk bidang Ilmu Dasar, Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, M.M., M.Sc. untuk bidang Ilmu Rekayasa, dan Naufan Noordyanto, S.Sn., M.Sn. untuk bidang Ilmu Kebudayaan.
“Alhamdulillah berarti amanah lagi yang diberikan kepada saya. Mudah-mudahan saya bisa belajar lagi dari semua yang saya peroleh,” ungkap Ika.
Baca juga: Prilly Latuconsina Kembali Jadi Dosen Praktisi di UGM, Apa yang Diajarkan?
Ika Dewi Ana merupakan dosen di Departemen Ilmu Biomedika Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Dua karya penelitiannya, yaitu CHA Bone Graft dan CHA-based Hemostatic Sponge, telah terdaftar dan dipasarkan di Indonesia. Dua karya lainnya sedang dalam proses translasi, salah satunya membran untuk operasi dentokraniofasial. Rekam jejaknya dalam bidang penelitian didokumentasikan dalam buku Biokeramik dan Rekayasa Jaringan yang diterbitkan pada 2021.
“Pada waktu saya melakukan penelitian itu, di Indonesia belum ada graft tulang yang dibuat. Semua yang kita pakai adalah produk luar,” terangnya terkait produk bone graft yang diberi nama GAMACHA.
Penghargaan lain yang pernah ia terima di antaranya “Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa” dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia pada 2014 lalu, SRB (Romanian Society for Biomaterials) Excellence Award di Konstanta, Rumania pada tahun 2016, dan Excellence Award dari ISCM (International Society for Ceramics in Medicine) di Charlotte, Amerika Serikat, pada 2016.
Saat ini, ia juga memimpin Pusat Kolaborasi Riset Perancah Biomedis yang telah ditetapkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, Pusat Riset Metalurgi dan Nanomaterial, serta Pusat Riset Teknologi Polimer di BRIN.
(nnz)