Kisah Ayu Sabrina, Pengabdian di Kampus Mengajar Mengantarnya dari Desa ke Istana
loading...
A
A
A
JAKARTA - Program Kampus Mengajar telah diikuti oleh 70.000 mahasiswa di Indonesia. Salah satu alumninya mengisahkan kisahnya yang menginpirasi setelah mengabdi untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa di sekolah sasaran.
Adalah Ayu Sabrina, alumni program Kampus Mengajar angkatan pertama. Ayu, sapaan akrabnya, merupakan satu dari beberapa peserta program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang pernah diundang dan berbincang secara langsung dengan Presiden RI Joko Widodo dan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim pada 2021.
Ayu lahir di desa pedalaman di provinsi Jambi yang merasakan sulitnya mengakses pendidikan bermutu. Hingga dengan bakat dan prestasinya membawa Ayu meraih beasiswa untuk belajar di salah satu sekolah swasta di sana.
Ayu memiliki passion untuk membantu dunia pendidikan setelah dia dan keluarganya pindah dari Jambi ke Semarang, Jawa Tengah. Ia melihat ketimpangan yang sangat besar, khususnya pada akses pendidikan serta ketersediaan tenaga pendidik.
Baca juga: 5 Jurusan Kuliah yang Lulusannya Dibutuhkan Shopee
“Semua akses di Semarang sangat berbeda dengan yang ada di pedalaman Jambi. Di Semarang, aksesnya terasa lebih mudah. Kemudian juga pembelajarannya jauh lebih baik. Karena itu, saya bertanya pada diri sendiri, kenapa ada perbedaan tersebut?” cerita Ayu, dikutip dari laman Ditjen Diktiristek, Kamis (8/12/2022).
Memang akses pembelajaran di kota yang dikenal dengan Lumpianya itu lebih baik dari Jambi. Namun sayangnya Ayu sempat menjadi korban perundungan di sekolahnya.
“Saya dirundung karena pada waktu itu saya tidak punya rasa percaya diri dalam public speaking. Bahkan berbicara dengan lawan bicara saja saya sudah gemetar,” jelasnya.
Sejak saat itu, Ayu menjadi tertantang untuk terus mengasah kemampuan public speakingnya dan pada saat yang bersamaan juga mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial. Hingga akhirnya mendapatkan informasi mengenai pembukaan pendaftaran program Kampus Mengajar angkatan pertama.
“Saya mengikuti salah satu kegiatan sosialisasinya dan merasa terpanggil untuk ikut terlibat dalam masa pemulihan pendidikan pasca pandemi COVID-19. Tanpa pikir panjang saya langsung mendaftar dan alhamdulilah diterima sebagai peserta yang ditugaskan di SDN Kuwarasan 1, Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang”
Melalui program Kampus Mengajar, Ayu terkejut karena ternyata di daerah Jawa pun masih ada sekolah yang masih membutuhkan bantuan. hal ini tentu kontradiktif dengan pandangannya sejak kecil. Ketika bertugas, Ayu menceritakan bahwa anak-anak yang terdampak pandemi terlihat kesulitan dalam belajar, khususnya karena selama pelaksanaan Pelaksanaan Jarak Jauh (PJJ) orang tua mereka tidak mendampingi secara penuh waktu karena harus bekerja.
Baca juga: Urutan Jurusan Kuliah di UI dengan Keketatan Paling Rendah, Peluang Masuknya Besar
Hal tersebut selaras dengan apa yang pernah disampaikan oleh Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam. Menurutnya, program Kampus Mengajar yang pertama kali diluncurkan pada 2020 merupakan alternatif yang diberikan oleh pemerintah dalam menghadapi learning loss akibat pandemi.
“Program Kampus Mengajar yang lahir di tengah masa pandemi ini hadir tepat waktu di saat kita mengalami apa yang kita kenal dengan learning loss karena anak-anak kita banyak yang harus belajar melalui pembelajaran daring. Maka untuk mengatasi learning loss tersebut, Kampus Mengajar ini menjadi salah satu penguat dan jembatan untuk mengatasi learning loss tersebut,” ujar Nizam.
Oleh sebab itu, Ayu dan teman-teman kelompoknya merencanakan berbagai program asistensi pembelajaran yang inovatif dan juga menyenangkan untuk mengejar learning loss yang dialami oleh para murid. Sementara itu, Ayu sendiri memiliki program individu berupa kelas public speaking. Program tersebut berangkat dari pengalamannya dan bertujuan untuk membangun kepercayaan diri para peserta didik di sekolah penugasan.
Berbagai program yang dijalankan oleh Ayu dan kawan-kawannya mendapat sambutan hangat dari pihak sekolah. Secara bersamaan, dampak yang diberikan oleh Ayu membuatnya berhasil menerima undangan untuk secara langsung berbincang dengan Presiden RI dan Mendikbudristek RI.
Ayu juga bercerita bahwa setelah perbincangan di Istana tersebut, Mendikbudristek menyampaikan secara pribadi apresiasinya atas kemampuan public speaking Ayu dalam menceritakan pengalamannya di hadapan Presiden RI. Akhirnya, kekurangan Ayu yang dulu sempat menjadi bahan perundungan kini berhasil mengantarkannya ke Istana.
Adalah Ayu Sabrina, alumni program Kampus Mengajar angkatan pertama. Ayu, sapaan akrabnya, merupakan satu dari beberapa peserta program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang pernah diundang dan berbincang secara langsung dengan Presiden RI Joko Widodo dan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim pada 2021.
Ayu lahir di desa pedalaman di provinsi Jambi yang merasakan sulitnya mengakses pendidikan bermutu. Hingga dengan bakat dan prestasinya membawa Ayu meraih beasiswa untuk belajar di salah satu sekolah swasta di sana.
Ayu memiliki passion untuk membantu dunia pendidikan setelah dia dan keluarganya pindah dari Jambi ke Semarang, Jawa Tengah. Ia melihat ketimpangan yang sangat besar, khususnya pada akses pendidikan serta ketersediaan tenaga pendidik.
Baca juga: 5 Jurusan Kuliah yang Lulusannya Dibutuhkan Shopee
“Semua akses di Semarang sangat berbeda dengan yang ada di pedalaman Jambi. Di Semarang, aksesnya terasa lebih mudah. Kemudian juga pembelajarannya jauh lebih baik. Karena itu, saya bertanya pada diri sendiri, kenapa ada perbedaan tersebut?” cerita Ayu, dikutip dari laman Ditjen Diktiristek, Kamis (8/12/2022).
Memang akses pembelajaran di kota yang dikenal dengan Lumpianya itu lebih baik dari Jambi. Namun sayangnya Ayu sempat menjadi korban perundungan di sekolahnya.
“Saya dirundung karena pada waktu itu saya tidak punya rasa percaya diri dalam public speaking. Bahkan berbicara dengan lawan bicara saja saya sudah gemetar,” jelasnya.
Sejak saat itu, Ayu menjadi tertantang untuk terus mengasah kemampuan public speakingnya dan pada saat yang bersamaan juga mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial. Hingga akhirnya mendapatkan informasi mengenai pembukaan pendaftaran program Kampus Mengajar angkatan pertama.
“Saya mengikuti salah satu kegiatan sosialisasinya dan merasa terpanggil untuk ikut terlibat dalam masa pemulihan pendidikan pasca pandemi COVID-19. Tanpa pikir panjang saya langsung mendaftar dan alhamdulilah diterima sebagai peserta yang ditugaskan di SDN Kuwarasan 1, Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang”
Melalui program Kampus Mengajar, Ayu terkejut karena ternyata di daerah Jawa pun masih ada sekolah yang masih membutuhkan bantuan. hal ini tentu kontradiktif dengan pandangannya sejak kecil. Ketika bertugas, Ayu menceritakan bahwa anak-anak yang terdampak pandemi terlihat kesulitan dalam belajar, khususnya karena selama pelaksanaan Pelaksanaan Jarak Jauh (PJJ) orang tua mereka tidak mendampingi secara penuh waktu karena harus bekerja.
Baca juga: Urutan Jurusan Kuliah di UI dengan Keketatan Paling Rendah, Peluang Masuknya Besar
Hal tersebut selaras dengan apa yang pernah disampaikan oleh Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam. Menurutnya, program Kampus Mengajar yang pertama kali diluncurkan pada 2020 merupakan alternatif yang diberikan oleh pemerintah dalam menghadapi learning loss akibat pandemi.
“Program Kampus Mengajar yang lahir di tengah masa pandemi ini hadir tepat waktu di saat kita mengalami apa yang kita kenal dengan learning loss karena anak-anak kita banyak yang harus belajar melalui pembelajaran daring. Maka untuk mengatasi learning loss tersebut, Kampus Mengajar ini menjadi salah satu penguat dan jembatan untuk mengatasi learning loss tersebut,” ujar Nizam.
Oleh sebab itu, Ayu dan teman-teman kelompoknya merencanakan berbagai program asistensi pembelajaran yang inovatif dan juga menyenangkan untuk mengejar learning loss yang dialami oleh para murid. Sementara itu, Ayu sendiri memiliki program individu berupa kelas public speaking. Program tersebut berangkat dari pengalamannya dan bertujuan untuk membangun kepercayaan diri para peserta didik di sekolah penugasan.
Berbagai program yang dijalankan oleh Ayu dan kawan-kawannya mendapat sambutan hangat dari pihak sekolah. Secara bersamaan, dampak yang diberikan oleh Ayu membuatnya berhasil menerima undangan untuk secara langsung berbincang dengan Presiden RI dan Mendikbudristek RI.
Ayu juga bercerita bahwa setelah perbincangan di Istana tersebut, Mendikbudristek menyampaikan secara pribadi apresiasinya atas kemampuan public speaking Ayu dalam menceritakan pengalamannya di hadapan Presiden RI. Akhirnya, kekurangan Ayu yang dulu sempat menjadi bahan perundungan kini berhasil mengantarkannya ke Istana.
(nnz)