Unhan Gandeng Swedia Kembangkan SDM dan Alutsista
A
A
A
JAKARTA - Universitas Pertahanan (Unhan) menggandeng perusahaan industri pertahanan dan keamanan Swedia, SAAB dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) sekaligus sistem pertahanan dan keamanan Indonesia. Hal itu diwujudkan dalam penandatanganan Letter of Intent (LOI) antara kedua belah pihak di Kementerian Pertahanan.
Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya TNI Desi Albert Mamahit mengatakan, kerja sama ini untuk meningkatkan kualitas hasil didik Unhan sebagai perguruan tinggi berstandar internasional. Mamahit menyebutkan, kerja sama yang dibangun ini mencakup beberapa bidang di antaranya, strategi pertahanan, manajemen pertahanan, teknologi pertahanan dan ekonomi pertahanan.
"Kerja sama Unhan dengan beberapa universitas dan lembaga pertahanan memang, sudah ada. Namun, dalam pengembangan teknologi, baru dengan SAAB. Unhan berencana mengembangkan program pendidikan, Fakultas Teknologi dan Industri Pertahanan. Tanpa kerja sama kita enggak akan maju," ujarnya di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Senin (29/6/2015).
Mamahit mengaku, dipilihnya SAAB karena Swedia merupakan negara maju dalam industri pertahanan dan produksi alat utama sistem persenjataan (alutsista) mulai dari pesawat terbang hingga kapal selam. Atas dasar itu, pihaknya merasa perlu bekerja sama dalam pengembangan teknologi.
"SAAB memiliki sejarah panjang alutsista sehingga menjadi industri yang diperhitungkan di dunia internasional. Ini makanya kita mau kerja sama dalam riset dan teknologi," katanya.
Menurut Mamahit, kerja sama ini akan berlangsung selama dua tahun. Selama itu, pihaknya akan melakukan pemilahan mana yang menjadi prioritas dan sesuai dengan program Kementerian Pertahanan (Kemhan) dalam pengembangan postur pertahanan.
"Ada konsep triple helix yang sangat cocok dan akan kita sarankan ke pemerintah, bahwa kerjasama universitas, industri dan pemerintah harus berjalan berbarengan atau triple helix," paparnya.
Ke depan tidak menutup kemungkinan Unhan yang berada di bawah Kemhan akan bekerja sama dengan industri strategis seperti PT Pindad, PT PAL seperti yang telah dilakukan di Swedia, dimana antara industri dan kampus berdekatan.
"Jadi kalau kampus mau teliti tinggal datang ke industri, begitu juga sebaliknya. Jadi sudah terintegrasi antara akademisi dengan industri. Government mau apa dikembangkan oleh industri, nah universitas yang melakukan penelitian," ucapnya.
Tidak hanya itu, dengan kerja sama ini maka lulusan dari Unhan sudah mendapatkan gambaran akan bekerja dimana, bahkan telah menjadi SDM yang siap pakai. Sebab, dalam kerja sama tersebut, terbuka bagi Unhan untuk mengirim mahasiswanya ke Swedia untuk melakukan penelitian, atau mendatangkan para ahli dari negara tersebut ke Unhan.
"Jadi Unhan bukan hanya mendidik pengetahuan militer tapi juga memberikan pengetahuan bahwa mereka perlu jadi think thank pertahanan Indonesia. Makanya ada komponen utama, cadangan dan pendukung."
"Jadi mereka bukan hanya menghasilkan produk tapi juga kecintaan pada negara, keluaran Unhan bisa bekerja di pertahanan, bisa BUMN atau BUMS. Kita tahu ada swasta yang bisa membuat peralatan pertahanan," sambungnya.
Kepala Bakamla ini menambahkan, dari sisi managemen sistem pertahanan, tidak dipungkiri bila Swedia sangat baik karena mereka bisa menyusun secara rapi sistem managemen pertahanan hingga terus tumbuh besar dan menghasilkan produk yang diakui dunia.
"Swedia merupakan negara maju di Eropa, SAAB sangat maju, pabriknya sudah di luar negeri, kita belajar bagaimana bisa seperti itu. Semoga BUMN kita juga bisa jadi pemain di tingkat global, jangan bermain di dalam negeri saja," jelasnya.
Sementara, Wakil Rektor III Unhan Marsekal Muda TNI Suparman Djapri mengatakan, kerja sama ini sangat mendukung pengembangan sumber daya manusia, dan sistem pertahanan ke depan.
"Kita akan membuat data link, selama ini sendiri-sendiri. Dengan data link, maka mereka data yang berasal dari beberapa sumber diolah dan digabungkan dengan sistem yang ada memiliki validasi yang tinggi, sehingga mudah mendapatkan data untuk keperluan pertahanan. Kalau sekarang kita minta data aja sulit. Data link ini menarik karena menyangkut darat, laut, udara, dan polisi," ucapnya.
Sedangkan, Head of SAAB Indonesia Peter Carlqvist mengatakan, bila SAAB merupakan solusi bagi pertahanan militer dan keamanan sipil. Terbukti, SAAB sudah mengembangkan dirinya di 34 negara dengan 100 pelanggan di dunia.
"Kami akan memberikan transfer teknologi tanpa batas kepada Indonesia dan kolaborasi antar negara," katanya.
Menurut Peter, kerja sama ini sangat penting mengingat Indonesia adalah negara besar yang memiliki pertumbuhan ekonomi sekitar 5%. Kerja sama yang dibangun di antaranya, membagi pengetahuan berteknologi tinggi, strategi pertahanan, teknologi pertahanan dan sebagainya.
Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya TNI Desi Albert Mamahit mengatakan, kerja sama ini untuk meningkatkan kualitas hasil didik Unhan sebagai perguruan tinggi berstandar internasional. Mamahit menyebutkan, kerja sama yang dibangun ini mencakup beberapa bidang di antaranya, strategi pertahanan, manajemen pertahanan, teknologi pertahanan dan ekonomi pertahanan.
"Kerja sama Unhan dengan beberapa universitas dan lembaga pertahanan memang, sudah ada. Namun, dalam pengembangan teknologi, baru dengan SAAB. Unhan berencana mengembangkan program pendidikan, Fakultas Teknologi dan Industri Pertahanan. Tanpa kerja sama kita enggak akan maju," ujarnya di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Senin (29/6/2015).
Mamahit mengaku, dipilihnya SAAB karena Swedia merupakan negara maju dalam industri pertahanan dan produksi alat utama sistem persenjataan (alutsista) mulai dari pesawat terbang hingga kapal selam. Atas dasar itu, pihaknya merasa perlu bekerja sama dalam pengembangan teknologi.
"SAAB memiliki sejarah panjang alutsista sehingga menjadi industri yang diperhitungkan di dunia internasional. Ini makanya kita mau kerja sama dalam riset dan teknologi," katanya.
Menurut Mamahit, kerja sama ini akan berlangsung selama dua tahun. Selama itu, pihaknya akan melakukan pemilahan mana yang menjadi prioritas dan sesuai dengan program Kementerian Pertahanan (Kemhan) dalam pengembangan postur pertahanan.
"Ada konsep triple helix yang sangat cocok dan akan kita sarankan ke pemerintah, bahwa kerjasama universitas, industri dan pemerintah harus berjalan berbarengan atau triple helix," paparnya.
Ke depan tidak menutup kemungkinan Unhan yang berada di bawah Kemhan akan bekerja sama dengan industri strategis seperti PT Pindad, PT PAL seperti yang telah dilakukan di Swedia, dimana antara industri dan kampus berdekatan.
"Jadi kalau kampus mau teliti tinggal datang ke industri, begitu juga sebaliknya. Jadi sudah terintegrasi antara akademisi dengan industri. Government mau apa dikembangkan oleh industri, nah universitas yang melakukan penelitian," ucapnya.
Tidak hanya itu, dengan kerja sama ini maka lulusan dari Unhan sudah mendapatkan gambaran akan bekerja dimana, bahkan telah menjadi SDM yang siap pakai. Sebab, dalam kerja sama tersebut, terbuka bagi Unhan untuk mengirim mahasiswanya ke Swedia untuk melakukan penelitian, atau mendatangkan para ahli dari negara tersebut ke Unhan.
"Jadi Unhan bukan hanya mendidik pengetahuan militer tapi juga memberikan pengetahuan bahwa mereka perlu jadi think thank pertahanan Indonesia. Makanya ada komponen utama, cadangan dan pendukung."
"Jadi mereka bukan hanya menghasilkan produk tapi juga kecintaan pada negara, keluaran Unhan bisa bekerja di pertahanan, bisa BUMN atau BUMS. Kita tahu ada swasta yang bisa membuat peralatan pertahanan," sambungnya.
Kepala Bakamla ini menambahkan, dari sisi managemen sistem pertahanan, tidak dipungkiri bila Swedia sangat baik karena mereka bisa menyusun secara rapi sistem managemen pertahanan hingga terus tumbuh besar dan menghasilkan produk yang diakui dunia.
"Swedia merupakan negara maju di Eropa, SAAB sangat maju, pabriknya sudah di luar negeri, kita belajar bagaimana bisa seperti itu. Semoga BUMN kita juga bisa jadi pemain di tingkat global, jangan bermain di dalam negeri saja," jelasnya.
Sementara, Wakil Rektor III Unhan Marsekal Muda TNI Suparman Djapri mengatakan, kerja sama ini sangat mendukung pengembangan sumber daya manusia, dan sistem pertahanan ke depan.
"Kita akan membuat data link, selama ini sendiri-sendiri. Dengan data link, maka mereka data yang berasal dari beberapa sumber diolah dan digabungkan dengan sistem yang ada memiliki validasi yang tinggi, sehingga mudah mendapatkan data untuk keperluan pertahanan. Kalau sekarang kita minta data aja sulit. Data link ini menarik karena menyangkut darat, laut, udara, dan polisi," ucapnya.
Sedangkan, Head of SAAB Indonesia Peter Carlqvist mengatakan, bila SAAB merupakan solusi bagi pertahanan militer dan keamanan sipil. Terbukti, SAAB sudah mengembangkan dirinya di 34 negara dengan 100 pelanggan di dunia.
"Kami akan memberikan transfer teknologi tanpa batas kepada Indonesia dan kolaborasi antar negara," katanya.
Menurut Peter, kerja sama ini sangat penting mengingat Indonesia adalah negara besar yang memiliki pertumbuhan ekonomi sekitar 5%. Kerja sama yang dibangun di antaranya, membagi pengetahuan berteknologi tinggi, strategi pertahanan, teknologi pertahanan dan sebagainya.
(kri)