Pengalaman 36 Tahun, Universitas Terbuka Ingin Bantu PT Lain
loading...
A
A
A
JAKARTA - Memasuki usia ke 36 Universitas Terbuka (UT) institusi pendidikan yang fokus dalam pengembangan Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ) menjadi pionir dalam pembelajaran jarak jauh di perguruan tinggi . UT pun membuka diri untuk membantu perguruan tinggi lain dalam menerapkan PJJ.
Rektor UT, Ojat Darojat mengatakan pembelajaran online saat ini menjadi suatu keniscayaan. Sebab semua perguruan tinggi harus menempatkan program pembelajaran dalam jaringan sebagai program strategis layanan pendidikan di masa depan. (Baca juga: Sekolah Tolak Beri Ujian Susulan, FSGI: Oknum Guru dan Kepala Sekolah Diskriminatif)
Dia melanjutkan saat ini dunia pendidikan tinggi tengah bersiap menghadapi era adaptasi kebiasaan baru. Perguruan tinggi pun dipaksa untuk lebih tangkas dan lincah dalam menghadapi setiap gerakan perubahan tersebut.
Dalam konteks PJJ, Ojat mengatakan UT yang kini telah berusia 36 tahun pun akan selalu berinovasi menjadi perguruan tinggi yang terdepan dan unggul dalam penerapan PJJ tersebut. Saat ini UT memiliki lebih dari 300.000 mahasiswa aktif yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan luar negeri.
"Harapan kita semua UT selalu menjadi perguruan tinggi terdepan dan unggul dalam PJJ berbekal pengalaman selama 36 tahun," ujarnya pada Dies Natalis ke-36 UT yang digelar online, Jumat (17/7/2020).
Dengan bekal pengalaman tersebut maka UT, kata dia, pun ingin membantu perguruan tinggi konvensional lain sehingga bisa menyediakan layanan pembelajaran daring yang baik.
"UT ingin berkontribusi dan terlibat aktif membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyediakan beragam layanan termasuk bimbingan dan bantuan dan pembekalan bagi perguruan tinggi konvensional lain agar mereka memiliki kapasitas yang sama seperti UT untuk menyediakan layanan pembelajaran dalam jaringan," terangnya.
Ojat menerangkan tantangan UT ke depan dalam inovasi pendidikan jarak jauh adalah mengembangkan kapasitas SDM yang berkelanjutan dengan integrasi antara teknologi dalam pedagogi. Selain itu, UT juga ingin mencetak karakter yang berdaya saing melalui proses belajar yang menitikberatkan pada teknologi tepat guna.
"Proses pembelajaran harus melahirkan kualitas lulusan dengan enam karakter utama yakni kritis, mandiri, kreatif, gotong royong, kebhinekaan global dan berakhlak mulia," imbuhnya.
Mantan Menristekdikti era 2014-2019, M Nasir juga berharap UT bisa memberikan edukasi perguruan tinggi lain dalam penerapan PJJ. Sebab, katanya, di saat perguruan tinggi lain saat ini masih gagap menerapkan PJJ UT sudah memiliki platform learning management system (LMS) untuk PJJ. (Baca juga: Tingkat Kehadiran Peserta UTBK Tahap Satu Capai 93,01%)
Dengan LMS yang baik, lanjut Staf Khusus Wapres RI, maka bisa memberikan interaksi penuh antara sesama mahasiswa dan dosen dalam perkuliahan secara synchronous(langsung) dan asynchronous (komunikasi terjadwal). "Saaat ini UT sudah mampu beradaptasi di perguruan tinggi kelas dunia. Saya berpesan UT apat mengedukasi perguruan tinggi lain untuk mengembangkan PJJ," jelasnya.
Rektor UT, Ojat Darojat mengatakan pembelajaran online saat ini menjadi suatu keniscayaan. Sebab semua perguruan tinggi harus menempatkan program pembelajaran dalam jaringan sebagai program strategis layanan pendidikan di masa depan. (Baca juga: Sekolah Tolak Beri Ujian Susulan, FSGI: Oknum Guru dan Kepala Sekolah Diskriminatif)
Dia melanjutkan saat ini dunia pendidikan tinggi tengah bersiap menghadapi era adaptasi kebiasaan baru. Perguruan tinggi pun dipaksa untuk lebih tangkas dan lincah dalam menghadapi setiap gerakan perubahan tersebut.
Dalam konteks PJJ, Ojat mengatakan UT yang kini telah berusia 36 tahun pun akan selalu berinovasi menjadi perguruan tinggi yang terdepan dan unggul dalam penerapan PJJ tersebut. Saat ini UT memiliki lebih dari 300.000 mahasiswa aktif yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan luar negeri.
"Harapan kita semua UT selalu menjadi perguruan tinggi terdepan dan unggul dalam PJJ berbekal pengalaman selama 36 tahun," ujarnya pada Dies Natalis ke-36 UT yang digelar online, Jumat (17/7/2020).
Dengan bekal pengalaman tersebut maka UT, kata dia, pun ingin membantu perguruan tinggi konvensional lain sehingga bisa menyediakan layanan pembelajaran daring yang baik.
"UT ingin berkontribusi dan terlibat aktif membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyediakan beragam layanan termasuk bimbingan dan bantuan dan pembekalan bagi perguruan tinggi konvensional lain agar mereka memiliki kapasitas yang sama seperti UT untuk menyediakan layanan pembelajaran dalam jaringan," terangnya.
Ojat menerangkan tantangan UT ke depan dalam inovasi pendidikan jarak jauh adalah mengembangkan kapasitas SDM yang berkelanjutan dengan integrasi antara teknologi dalam pedagogi. Selain itu, UT juga ingin mencetak karakter yang berdaya saing melalui proses belajar yang menitikberatkan pada teknologi tepat guna.
"Proses pembelajaran harus melahirkan kualitas lulusan dengan enam karakter utama yakni kritis, mandiri, kreatif, gotong royong, kebhinekaan global dan berakhlak mulia," imbuhnya.
Mantan Menristekdikti era 2014-2019, M Nasir juga berharap UT bisa memberikan edukasi perguruan tinggi lain dalam penerapan PJJ. Sebab, katanya, di saat perguruan tinggi lain saat ini masih gagap menerapkan PJJ UT sudah memiliki platform learning management system (LMS) untuk PJJ. (Baca juga: Tingkat Kehadiran Peserta UTBK Tahap Satu Capai 93,01%)
Dengan LMS yang baik, lanjut Staf Khusus Wapres RI, maka bisa memberikan interaksi penuh antara sesama mahasiswa dan dosen dalam perkuliahan secara synchronous(langsung) dan asynchronous (komunikasi terjadwal). "Saaat ini UT sudah mampu beradaptasi di perguruan tinggi kelas dunia. Saya berpesan UT apat mengedukasi perguruan tinggi lain untuk mengembangkan PJJ," jelasnya.
(kri)