Tinjau Ujian SBMPTN, Menristek Minta Stop Praktik Perjokian

Minggu, 26 Juli 2015 - 13:16 WIB
Tinjau Ujian SBMPTN,...
Tinjau Ujian SBMPTN, Menristek Minta Stop Praktik Perjokian
A A A
JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek) Muhammad Nasir, meminta untuk tidak melakukan praktik perjokian pada ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Bertempat di SMK 29 Jakarta, Jalan Prof Joko Sutono, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Nasir meninjau calon-calon mahasiswa baru yang sedang melaksanakan ujian melalui jalur mandiri.

Nasir datang sekitar pukul 11.15 WIB mengenakan pakaian putih dengan celana berwarna hijau. Dalam peninjauan itu, mantan Rektor Undip itu berpesan agar para peserta dapat berlaku jujur dan akan menindak para pelaku yang terbukti melakukan perjokian.

"Jangan sampai ada perjokian. Saya akan berikan hukuman berat, baik yang jadi joki maupun peserta. Itu menyebabkan moral bangsa rusak," kata Nasir disela-sela peninjauannya, Minggu (26/7/2015).

Pihak pengawas yang ditemui mantan Rektor Undip itu menuturkan, proses seleksi tahap akhir dari penerimaan mahasiswa baru tersebut agar bebas dari upaya perjokian. "Tidak ditemukan perjokian," tuturnya sembari bersalaman dengan Nasir.

Nasir mengatakan, upaya perjokian ini sejatinya telah diantisipasi oleh pihak Undip. Dia juga sangat mengapresiasi langkah tersebut.

"Saya tadi pagi bicara dengan rektor, menanyakan untuk menanggulangi perjokian, ternyata Undip sudah menanggulanginya. Saya apresiasi," ungkapnya.

Ditambahkan dia, proses kecurangan perjokian justru ditemukan saat ujian SBMPTN berlangsung di Solo dan Makassar. Atas temuan itu,Nasir mengaku telah mengambil tindakan tegas.

"Secara bersama SBMPTN di Solo dan Makasar. Kami ambil tindakan. Kalau itu terbukti harus dikeluarkan dari mahasiswa," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan Menristek, ujian mandiri yang diikuti 26.478 siswa di 18 kota itu nantinya akan menampung 1.432 mahasiswa baru. Mengingat besarnya jumlah tersebut, Nasir kembali menegaskan agar proses berjalan secara terbuka guna mengukur kualitas si calon.

"Proses ini harus secara terbuka agar menjadikan pengukur kualitas perguruan tinggi jangan sampai saat seleksi ada kecurangan, ini berbahaya, revolusi mental saya selalu terapkan," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1390 seconds (0.1#10.140)