Pengamen Ini Berhasil Lulus SNMPTN dan Diterima di UI
Jum'at, 31 Juli 2015 - 08:34 WIB

Pengamen Ini Berhasil Lulus SNMPTN dan Diterima di UI
A
A
A
DEPOK - Siapa sangka kalau pengamen ini bisa lulus ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Universitas Indonesia (UI).
Dzulfikar Akbar Cordova, 21 asal Bondowoso, Jawa Timur mungkin salah satu contoh anak muda yang berhasil masuk UI di tengah himpitan ekonomi dan kehidupan sosial.
Siapa yang menyangka kalau Dodo, sapaan akrabnya sehari-hari adalah seorang pengamen yang kini berhasil masuk di jurusan Ilmu Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi UI.
Dodo bahkan tidak sempat mengenyam pendidikan tingkat atas secara full. Ketika teman-temannya harus menempuh jenjang SMA selama tiga tahun, Dodo justru hanya satu tahun belajar di Sekolah Masjid Terminal pada Agustus 2014.
Baru kemudian pada Oktober 2014 dia mengikuti belajar intensif dalam program Intensif Master Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Ujian SNMPTN ditempuhnya pada 9 Juni lalu dan ketika diumumkan 9 Juli, nama Dodo ada di salah satu peserta yang berhasil lolos seleksi dan masuk UI.
Kendati hanya belajar intensfif kurang dari setahun, namun semangat yang dimiliki anak pertama dari tiga bersaudara ini sangat tinggi. Buktinya, sambil belajar di program itu Dodo pun nyambi kerja sebagai pengamen dalam angkutan kota.
Kehidupan keras di jalanan tak membuatnya patah arang. Berbekal kepercayaan diri dan kemampuan serta kemauan, Dodo bertekad meraih mimpinya menjadi seorang ekonom.
Di sela-sela aktifitasnya, Dodo bercerita kedatangan dirinya di Depok mulanya adalah untuk mencari pekerjaan. Karena Lukman Hakim, ayahnya sudah tidak lagi bekerja. Kedua orang tuanya sudah bercerai sejak lama.
Dari situlah Dodo, satu adiknya dan ayahnya merantau pergi keluar Pulau Jawa. "Kami ke Sumatera. Disana saya kerja apa aja. Dagang, nguli, ngamen juga. Yang penting bisa untuk hidup," kata Dodo, Kamis 30 Juli 2015.
Dodo merantau ke Sumatera tahun 2008. Dan tahun 2014 dia memutuskan untuk kembali ke Pulau Jawa. Selama di Sumatera, hampir seluruh wilayah disinggahi. "Kecuali Aceh. Saya lama di Lampung," ceritanya.
Di Lampung dia sempat bersekolah di SDN 1 Merakbatin, Lampung Selatan. Dan melanjutkan ke SMP sambil bekerja. Karena lebih sibuk kerja, Dodo mengesampingkan sekolahnya. "Sempet nggak sekolah lama karena cari uang," katanya.
Hingga akhirnya Dodo menyadari bahwa untuk mengubah kehidupannya dan keluarga dia harus melanjutkan pendidikan. Tahun 2014 dia memutuskan kembali ke Pulau Jawa dan singgah di Bogor. Ketika berada di Bogor dia sempat membaca berita di salah satu koran nasional yang memberitakan tentang Sekolah Master.
"Saya merasa ini sekolah untuk saya. Lalu saya minta ijin ke bapak dan Alhamdulillah diijinkan," katanya.
Dodo pun mengikuti ujian bersama dengan peserta lain. Dia merasa penuh percaya diri walaupun bersaing dengan peserta dari sekolah reguler. Sedangkan dirinya hanyalah siswa dari Sekolah Master yang menginduk pada salah satu sekolah negeri di Depok. "Ada sih perasaan gitu. Tapi saya tetap pede aja," katanya tersenyum.
Sehari-hari Dodo bisa meraup uang Rp50ribu-100ribu dari hasil mengamen. Namun saat mengikuti program intensif, dia harus mengurangi waktu ngamennya. "Ngamennya di angkot Depok-Pasar Rebo atau Depok-Pasar Minggu. Lebih ramai di jurusan Pasar Rebo sih," katanya.
Di jalur angkot itulah Dodo pernah kena razia Satpol PP Jakarta Timur. Saat itu bertepatan dengan sehari sebelum pengumuman SNMPTN. "Saya ditaro tiga hari di Dinas Sosial Cipayung. Yang kasihtau pengumumannya teman saya. Pas tahu lulus, saya sangat bersyukur," ucapnya.
Segala kebutuhan kuliah saat ini mulai dipersiapkan Dodo. Mulai dari kelengkapan surat-surat hingga mengurus beasiswa. Besar harapannya agar mendapat beasiswa dan fasilitas asrama. Dia mengaku akan berhenti sementara dari kegiatannya mengamen. "Saya fokus kuliah dulu kak. Saya mau jadi ekonom," katanya.
Alasannya menjadi ekonom didasari dari kurang merakyatnya sistem ekonomi di Indonesia sata ini. Dia berkeinginan mengubah sistem ekonomi Indonesia dengan konsep koperasi. "Ingin mengembalikan konsep koperasi yang dulu dibuat Pak Hatta," katanya.
Dia berkeyakinan nantinya kehidupannya dan keluarga akan berubah. Dia ingin bekerja sebagai ekonom handal untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dan sosial. "Saya berhenti ngamen dan fokus kuliah. Saya ingin berubah," tutupnya.
Dzulfikar Akbar Cordova, 21 asal Bondowoso, Jawa Timur mungkin salah satu contoh anak muda yang berhasil masuk UI di tengah himpitan ekonomi dan kehidupan sosial.
Siapa yang menyangka kalau Dodo, sapaan akrabnya sehari-hari adalah seorang pengamen yang kini berhasil masuk di jurusan Ilmu Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi UI.
Dodo bahkan tidak sempat mengenyam pendidikan tingkat atas secara full. Ketika teman-temannya harus menempuh jenjang SMA selama tiga tahun, Dodo justru hanya satu tahun belajar di Sekolah Masjid Terminal pada Agustus 2014.
Baru kemudian pada Oktober 2014 dia mengikuti belajar intensif dalam program Intensif Master Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Ujian SNMPTN ditempuhnya pada 9 Juni lalu dan ketika diumumkan 9 Juli, nama Dodo ada di salah satu peserta yang berhasil lolos seleksi dan masuk UI.
Kendati hanya belajar intensfif kurang dari setahun, namun semangat yang dimiliki anak pertama dari tiga bersaudara ini sangat tinggi. Buktinya, sambil belajar di program itu Dodo pun nyambi kerja sebagai pengamen dalam angkutan kota.
Kehidupan keras di jalanan tak membuatnya patah arang. Berbekal kepercayaan diri dan kemampuan serta kemauan, Dodo bertekad meraih mimpinya menjadi seorang ekonom.
Di sela-sela aktifitasnya, Dodo bercerita kedatangan dirinya di Depok mulanya adalah untuk mencari pekerjaan. Karena Lukman Hakim, ayahnya sudah tidak lagi bekerja. Kedua orang tuanya sudah bercerai sejak lama.
Dari situlah Dodo, satu adiknya dan ayahnya merantau pergi keluar Pulau Jawa. "Kami ke Sumatera. Disana saya kerja apa aja. Dagang, nguli, ngamen juga. Yang penting bisa untuk hidup," kata Dodo, Kamis 30 Juli 2015.
Dodo merantau ke Sumatera tahun 2008. Dan tahun 2014 dia memutuskan untuk kembali ke Pulau Jawa. Selama di Sumatera, hampir seluruh wilayah disinggahi. "Kecuali Aceh. Saya lama di Lampung," ceritanya.
Di Lampung dia sempat bersekolah di SDN 1 Merakbatin, Lampung Selatan. Dan melanjutkan ke SMP sambil bekerja. Karena lebih sibuk kerja, Dodo mengesampingkan sekolahnya. "Sempet nggak sekolah lama karena cari uang," katanya.
Hingga akhirnya Dodo menyadari bahwa untuk mengubah kehidupannya dan keluarga dia harus melanjutkan pendidikan. Tahun 2014 dia memutuskan kembali ke Pulau Jawa dan singgah di Bogor. Ketika berada di Bogor dia sempat membaca berita di salah satu koran nasional yang memberitakan tentang Sekolah Master.
"Saya merasa ini sekolah untuk saya. Lalu saya minta ijin ke bapak dan Alhamdulillah diijinkan," katanya.
Dodo pun mengikuti ujian bersama dengan peserta lain. Dia merasa penuh percaya diri walaupun bersaing dengan peserta dari sekolah reguler. Sedangkan dirinya hanyalah siswa dari Sekolah Master yang menginduk pada salah satu sekolah negeri di Depok. "Ada sih perasaan gitu. Tapi saya tetap pede aja," katanya tersenyum.
Sehari-hari Dodo bisa meraup uang Rp50ribu-100ribu dari hasil mengamen. Namun saat mengikuti program intensif, dia harus mengurangi waktu ngamennya. "Ngamennya di angkot Depok-Pasar Rebo atau Depok-Pasar Minggu. Lebih ramai di jurusan Pasar Rebo sih," katanya.
Di jalur angkot itulah Dodo pernah kena razia Satpol PP Jakarta Timur. Saat itu bertepatan dengan sehari sebelum pengumuman SNMPTN. "Saya ditaro tiga hari di Dinas Sosial Cipayung. Yang kasihtau pengumumannya teman saya. Pas tahu lulus, saya sangat bersyukur," ucapnya.
Segala kebutuhan kuliah saat ini mulai dipersiapkan Dodo. Mulai dari kelengkapan surat-surat hingga mengurus beasiswa. Besar harapannya agar mendapat beasiswa dan fasilitas asrama. Dia mengaku akan berhenti sementara dari kegiatannya mengamen. "Saya fokus kuliah dulu kak. Saya mau jadi ekonom," katanya.
Alasannya menjadi ekonom didasari dari kurang merakyatnya sistem ekonomi di Indonesia sata ini. Dia berkeinginan mengubah sistem ekonomi Indonesia dengan konsep koperasi. "Ingin mengembalikan konsep koperasi yang dulu dibuat Pak Hatta," katanya.
Dia berkeyakinan nantinya kehidupannya dan keluarga akan berubah. Dia ingin bekerja sebagai ekonom handal untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dan sosial. "Saya berhenti ngamen dan fokus kuliah. Saya ingin berubah," tutupnya.
(maf)