550 Orang Papua Asli Raih Beasiswa Pendidikan
A
A
A
BANDUNG - Sebanyak 550 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Papua dan Papua Barat, meraih beasiswa pendidikan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ke Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, dan Bali.
Para siswa itu mendapatkan beasiswa melalui program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) yang bekerjasama antara Kemendikbud dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tahun 2015.
Direktur Penataan Daerah dan Opsus Kemendagri Teguh Setyabudi mengatakan, dari jumlah tersebut 42 orang disebar ke Yogyakarta, 141 orang di Jawa Timur, 96 orang di Jawa Barat, 70 orang di Jawa Tengah, 70 orang di Banten, dan 80 orang di Bali.
"Mereka orang asli Papua dan Papua Barat dari Kabupaten Merauke, Kabupaten Bouven Digoel, Kabaupaten Puncak, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Asmat," ujarnya, usai acara Serah Terima Siswa Asli Papua dan Papua Barat, di Travello Hotel, Jalan Dr Setiabudhi, Jumat (14/8/2015).
Menurutnya, program ini sudah berlangsung sejak tahun 2013. Semua siswa ini akan mendapatkan beasiswa pendidikan dan biaya hidup selama ada di daerah tujuan.
"Mereka akan diberikan dana sebesar Rp21 juta per orang per tahun. Dana ini adalah dana pendidikan, termasuk biaya hidup mereka selama bersekolah," terangnya.
Untuk mendapatkan beasiswa ini, mereka harus melewati beberapa tahapan seleksi, mulai dari seleksi tingkat kota/kabupaten, provinsi, dan pusat.
"Proses seleksinya mulai dari administrasi di mana, mereka harus tercatat sebagai orang asli Papua dan Papua Barat, tes kesehatan, nilai selama bersekolah di SLTP, dan latar belakang ekonomi keluarga," bebernya.
Sejak program ini berlangsung, sudah 1.323 orang siswa yang mendapatkan beasiswa Adem, dan sekitar 1.200 orang untuk program pendidikan mahasiswa. Selama di kota tujuan, mereka akan tinggal di asrama khusus dan orangtua asuh terpilih.
Usai menyelesaikan pendidikannya, mereka akan dibina dan didorong untuk mengikuti program Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik).
Terpisah, Staf Presiden yang juga warga asli Papua Lenis Kagoya mengatakan, pihaknya sangat mendukung penuh program Adem yang digulirkan pemerintah kepada anak-anak Papua.
"Bedanya kami ini kulit hitam. Tapi tetap, anak Papua harus belajar dengan warga Jabar, anak Jabar pun harus belajar dengan warga Papua. Saling belajar bahasa juga," terang Lenis dengan semangat.
Sebagai warga Papua, Lenis merasa bangga bisa masuk jajaran staf khusus Presiden Jokowi. "Kulit hitam pun ikut membangun Indonesia. Seperti saya ini yang akhirnya menjadi staf Presiden. Siapa mau jadi seperti saya? kata Lenis di hadapan 96 anak asli Papua.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar Asep Hilam menyatakan, ke-96 orang tersebut ditempatkan di 19 sekolah di Jabar. Kebanyakan sekolah yang dipilih adalah sekolah swasta yang memiliki unsur kebudayaan dan keyakinan yang terdekat dengan mereka.
"Sebaran sekolah yang disiapkan antara lain di Kota Bandung, Kota Bogor, Kabupaten Subang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis," paparnya.
Sejak awal, Jabar merespon positif program ini. Menurutnya, sudah sejak tahun 2013, Jabar ikut berkontribusi dalam penerimaan siswa-siswa tersebut. "Kebanyakan sekolah SMA dan SMK swasta," pungkasnya.
Para siswa itu mendapatkan beasiswa melalui program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) yang bekerjasama antara Kemendikbud dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tahun 2015.
Direktur Penataan Daerah dan Opsus Kemendagri Teguh Setyabudi mengatakan, dari jumlah tersebut 42 orang disebar ke Yogyakarta, 141 orang di Jawa Timur, 96 orang di Jawa Barat, 70 orang di Jawa Tengah, 70 orang di Banten, dan 80 orang di Bali.
"Mereka orang asli Papua dan Papua Barat dari Kabupaten Merauke, Kabupaten Bouven Digoel, Kabaupaten Puncak, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Asmat," ujarnya, usai acara Serah Terima Siswa Asli Papua dan Papua Barat, di Travello Hotel, Jalan Dr Setiabudhi, Jumat (14/8/2015).
Menurutnya, program ini sudah berlangsung sejak tahun 2013. Semua siswa ini akan mendapatkan beasiswa pendidikan dan biaya hidup selama ada di daerah tujuan.
"Mereka akan diberikan dana sebesar Rp21 juta per orang per tahun. Dana ini adalah dana pendidikan, termasuk biaya hidup mereka selama bersekolah," terangnya.
Untuk mendapatkan beasiswa ini, mereka harus melewati beberapa tahapan seleksi, mulai dari seleksi tingkat kota/kabupaten, provinsi, dan pusat.
"Proses seleksinya mulai dari administrasi di mana, mereka harus tercatat sebagai orang asli Papua dan Papua Barat, tes kesehatan, nilai selama bersekolah di SLTP, dan latar belakang ekonomi keluarga," bebernya.
Sejak program ini berlangsung, sudah 1.323 orang siswa yang mendapatkan beasiswa Adem, dan sekitar 1.200 orang untuk program pendidikan mahasiswa. Selama di kota tujuan, mereka akan tinggal di asrama khusus dan orangtua asuh terpilih.
Usai menyelesaikan pendidikannya, mereka akan dibina dan didorong untuk mengikuti program Afirmasi Pendidikan Tinggi (Adik).
Terpisah, Staf Presiden yang juga warga asli Papua Lenis Kagoya mengatakan, pihaknya sangat mendukung penuh program Adem yang digulirkan pemerintah kepada anak-anak Papua.
"Bedanya kami ini kulit hitam. Tapi tetap, anak Papua harus belajar dengan warga Jabar, anak Jabar pun harus belajar dengan warga Papua. Saling belajar bahasa juga," terang Lenis dengan semangat.
Sebagai warga Papua, Lenis merasa bangga bisa masuk jajaran staf khusus Presiden Jokowi. "Kulit hitam pun ikut membangun Indonesia. Seperti saya ini yang akhirnya menjadi staf Presiden. Siapa mau jadi seperti saya? kata Lenis di hadapan 96 anak asli Papua.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar Asep Hilam menyatakan, ke-96 orang tersebut ditempatkan di 19 sekolah di Jabar. Kebanyakan sekolah yang dipilih adalah sekolah swasta yang memiliki unsur kebudayaan dan keyakinan yang terdekat dengan mereka.
"Sebaran sekolah yang disiapkan antara lain di Kota Bandung, Kota Bogor, Kabupaten Subang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis," paparnya.
Sejak awal, Jabar merespon positif program ini. Menurutnya, sudah sejak tahun 2013, Jabar ikut berkontribusi dalam penerimaan siswa-siswa tersebut. "Kebanyakan sekolah SMA dan SMK swasta," pungkasnya.
(san)