Farmasi UI Gelar Hasil Riset

Jum'at, 02 Oktober 2015 - 00:16 WIB
Farmasi UI Gelar Hasil...
Farmasi UI Gelar Hasil Riset
A A A
DEPOK - Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) menggelar Pameran Hasil Riset Inovatif 2015 di Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) UI. Pameran digelar selama tiga hari sejak 1-3 Oktober dan menghadirkan sejumlah hasil riset yang dilakukan para ahli.

Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi UI Rani Sauriasari mengatakan, acara ini sebagai peringatan Dies Natalis ke-50 tahun FFUI. Dengan pameran ini juga sebagai wadah bagi para peneliti menampilkan hasil risetnya.

"Sejumlah produk inovatif yang akan dipamerkan di antaranya gel anestetik Bunga cengkeh, inkubator bayi, kursi stroke, vaksin carier, dan banyak lagi," kata Rani, Kamis (1/10/2015).

Tahun ini, tercatat tiga perusahaan farmasi besar nasional bekerja sama dengan Fakultas Farmasi UI dalam upaya komersialisasi produk riset. Perlu upaya untuk mengangkat lebih banyak lagi para peneliti dari comfort zone dan mempertemukan mereka dengan para pelaku usaha, sebagai langkah menuju pemanfaatan hasil riset semaksimal mungkin agar menyentuh masyarakat, salah satunya melalui pameran ini.

Capaian publikasi internasional oleh staf Farmasi UI mengalami peningkatan. Pada tahun 2014, rasio publikasi terhadap dosen adalah 0,6. Atau lebih dari setengah staf menghasilkan satu publikasi internasional per tahun. Pada tahun ini, Farmasi UI juga telah meluncurkan buku Direktori Jurnal internasional di Bidang farmasi dan Buku Profil Periset Farmasi UI 2015.

Riset di bidang ilmu kefarmasian memiliki keunggulan, yakni tidak hanya basic-research, namun juga product-based research. Terdapat banyak hasil riset berupa produk dengan sentuhan teknologi farmasi yang sangat potensial yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

"Ini semoga menjadi awal yang baik bagi peneliti di bidang kesehatan, khususnya Farmasi UI untuk tampil dalam mengatasi permasalahan bangsa," tutupnya.



Sementara Dekan Fakultas Farmasi UI Mahdi Jufri mengungkapkan, industri farmasi di Indonesia masih bergantung dari produk impor hampir secara keseluruhan. Ia mengungkapkan industri farmasi saat ini tengah kepayahan karena kurs rupiah yang terus melemah.

“Keberhasilan suatu negara indikatornya kesehatan. Di industri ini sudah lama kita punya pabrik farmasi. Namun ada tuduhan industri farmasi kita sebagai tukang jahit ada benarnya juga, karena 95 persen bahan baku masih impor. Problem rupiah tembus Rp15 ribu payah bagi kita, sintetik ketinggalan kalah jauh,” ungkapnya.

Mahdi mendorong salah satu jalan keluar untuk mengatasi ketergantungan impor yakni dengan meningkatkan penggunaan produk herbal. Ia mengajak seluruh industri obat untuk mengarah pada produk herbal menembus pasar internasional.

“Potensi yang mungkin dikembangkan adalah herbal, sampai Rp78,3 triliun mengarah ke generik Rp52 triliun. Di pasar bahkan herbal lebih dari Rp12 triliun. Potensi herbal ini makin pesat, perusahaan farmasi membuat herbal market share capai Rp12 triliun. Ada yang menembus pasar internasional,” ungkapnya. Pihaknya siap untuk membangun konektivitas industri obat antara akademisi, bisnis, dan pemerintah.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1129 seconds (0.1#10.140)