Masyarakat Punya Hak Dapat Tayangan Televisi Sehat

Rabu, 13 Januari 2016 - 08:42 WIB
Masyarakat Punya Hak Dapat Tayangan Televisi Sehat
Masyarakat Punya Hak Dapat Tayangan Televisi Sehat
A A A
JAKARTA - Makin banyaknya stasiun televisi saat ini membuat makin beragam pula tayangannya. Sayangnya saat ini masyarakat Indonesia sendiri masih kurang memahami bahwa frekuensi siaran yang dilakukan televisi sepenuhnya merupakan milik masyarakat.

"Masyarakat saat ini belum menyadari sepenuhnya bahwa frekuensi siaran televisi sepenuhnya milik masyarakat. Seharusnya masyarakat memiliki hak tayangan atas media televisi. Namun saat ini yang terjadi justru pihak media yang memiliki kuasa atas frekuensi tersebut," ujar pengamat media dari Remotivi Holy Ravika kemarin.

Holy menuturkan, monopoli tayangan televisi oleh pihak media tampak pada pembuat program tayangan yang hanya berisikan hiburan saja. Karenanya dibutuhkan daya kritis masyarakat atas tayangan media saat ini agar masyarakat tidak terjebak dalam kebodohan-kebodohan yang disiarkan oleh media.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota LSM Masyarakat Peduli Media (MPM) Anugerah Pambudi Wicaksono mengatakan, saat ini yang dibutuhkan masyarakat ialah adanya literasi media. Dengan literasi media yang baik praktik pembodohan dengan tayangan-tayangan tidak berrkualitas tidak akan terjadi lagi.

"Kekuatan literasi media berada pada riset dan juga kekuatan persepsi masyarakat terhadap sebuah tayangan. Sebagai masyarakat yang paham akan kondisi media saat ini sudah seharusnya kita bersama-sama melakukan gerakan literasi media kepada masyarakat yang masih awam terhadap kondisi media saat ini," tegasnya.

Menurut Pambudi, salah satu literasi yang dapat dilakukan yaitu dengan membaca buku-buku karya mahasiswa broadcasting UMY. Karena di dalam buku tersebut turut dijelaskan bagaimana kondisi media saat ini dan pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh media dalam menyiarkan sebuah tayangan.

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Broadcasting angkatan 2013 UMY sendiri kembali melakukan launching buku yang mengkritisi tayangan televisi. Dosen pengampu mata kuliah Hukum dan Etika Media Massa UMY Fajar Junaedi mengungkapkan, tradisi launching buku di konsentrasi broadcasting UMY sudah dilakukan sejak tahun 2008.

"Tujuan dari pembuatan buku ini ialah agar melatih mahasiswa untuk berkarya dan kritis terhadap kondisi media, khususnya televisi saat ini. Selain itu juga agar mahasiswa lebih produktif, bahkan terdapat beberapa buku karya mahasiswa broadcasting UMY yang telah berada di National Library of Australia," katanya.

Terdapat dua judul buku yang di launching, yaitu Televisial (Merayakan Budaya Menonton, Membaca Program Televisi) dan Televishit JNCK (Jikalau Nonton Cermati dan Kritisi). Kedua buku tersebut berisikan kritikan para mahasiswa broadcasting UMY terkait kegelisahan mereka atas kondisi tayangan televisi saat ini.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8392 seconds (0.1#10.140)