Rektor UI Prihatin Anak-anak Tinggalkan Budaya Membaca Buku
A
A
A
DEPOK - Anak-anak di era modern saat ini lebih suka mengetik dengan gadget yang mereka miliki ketimbang diminta menulis dan membaca buku. Semua informasi serba instan didapatkan hanya melalui ponsel.
Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis menjelaskan kecepatan teknologi yang begitu tinggi membuat masyarakat harus mampu melakukan filter. Salah satu yang sedang heboh saat ini fenomena permainan Pokemon Go.
“Pokemon saja masalah juga itu kalau kita tak filter dengan budaya Indonesia. Kehidupan sekarang berubah. Coba lihat semua pakai gadget. Enggak ada lagi yang baca buku. Jarang yang mencatat. Saya yang sudah tua saja masih mencatat, menulis, harus baca buku dong,” katanya sambil tertawa di Balairung UI, Depok, Jumat (5/8/2016).
Anis menuturkan, nilai-nilai kemanusiaan dan Bhineka Tunggal Ika tetap harus menjadi bingkai dalam menyaring teknologi. Masyarakat diminta tidak terprovokasi atau termakan isu bohong yang menyebar di media sosial.
“Harus memanusiakan manusia. Jangan jadikan orang pinter saja, nanti keblinger. Nilai-nilai kemanusiaan harus jadi bingkainya. Memang kita ini kalah dengan pihak-pihak yang perkenalkan teknologi. Banyak hoax masuk jangan mudah percaya. Karena masyarakat kita masih senang dengan budaya pujian. Bahwa menyebarkan informasi sebagai orang pertama merasa puas, senang, ingin dipuji,” tukas Anis.
Orangtua diminta menjadi teladan. Anis meminta orangtua tidak hanya sekadar hadir membimbing anak, tetapi juga terlibat dalam komunikasi secara intens. “Jangan sampai orangtua saat anak bertanya masih sibuk dengan gadgetnya,” tutupnya.
Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis menjelaskan kecepatan teknologi yang begitu tinggi membuat masyarakat harus mampu melakukan filter. Salah satu yang sedang heboh saat ini fenomena permainan Pokemon Go.
“Pokemon saja masalah juga itu kalau kita tak filter dengan budaya Indonesia. Kehidupan sekarang berubah. Coba lihat semua pakai gadget. Enggak ada lagi yang baca buku. Jarang yang mencatat. Saya yang sudah tua saja masih mencatat, menulis, harus baca buku dong,” katanya sambil tertawa di Balairung UI, Depok, Jumat (5/8/2016).
Anis menuturkan, nilai-nilai kemanusiaan dan Bhineka Tunggal Ika tetap harus menjadi bingkai dalam menyaring teknologi. Masyarakat diminta tidak terprovokasi atau termakan isu bohong yang menyebar di media sosial.
“Harus memanusiakan manusia. Jangan jadikan orang pinter saja, nanti keblinger. Nilai-nilai kemanusiaan harus jadi bingkainya. Memang kita ini kalah dengan pihak-pihak yang perkenalkan teknologi. Banyak hoax masuk jangan mudah percaya. Karena masyarakat kita masih senang dengan budaya pujian. Bahwa menyebarkan informasi sebagai orang pertama merasa puas, senang, ingin dipuji,” tukas Anis.
Orangtua diminta menjadi teladan. Anis meminta orangtua tidak hanya sekadar hadir membimbing anak, tetapi juga terlibat dalam komunikasi secara intens. “Jangan sampai orangtua saat anak bertanya masih sibuk dengan gadgetnya,” tutupnya.
(kri)