HT: Butuh Visi Tepat Membangun Indonesia
A
A
A
JAKARTA - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo berbagi pandangan dan pengalaman di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta, Senin (26/9/2016). Kepada peserta didik di PTIK, pria yang akrab disapa HT itu menekankan pentingnya menentukan visi dalam pembangunan nasional.
"Butuh visi tepat untuk membangun Indonesia," katanya.
Dia mengungkapkan, kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan antardaerah menjadi masalah struktural Indonesia. Hanya segelintir masyarakat yang menopang perekonomian nasional, umumnya mereka berada di kota-kota besar.
"Ekonomi Indonesia rapuh karena kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan antardaerah tinggi."
Dari 514 kabupaten/kota di Tanah Air, hanya beberapa yang sudah terbangun. Selama ini. pembangunan hanya terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan beberapa kota besar lainnya. Strategi pembangunan harus segera diubah agar terjadi pemerataan. "Tumbuhkan ekonomi daerah, Indonesia akan menjadi negara kuat."
Agar terjadi pemerataan, lanjut HT, masyarakat di daerah harus dibangun kesejahteraannya. Melalui perlakuan khusus seperti kemudahan akses dana murah, pelatihan keterampilan dan proteksi, mereka didorong menjadi produktif. "Terapkan ekonomi kesejahteraan, bangun masyarakat menjadi produktif, lapangan kerja tercipta, daerah terbangun, Indonesia maju," ujarnya.
Dia mengungkapkan, selama ini Indonesia tertinggal karena menerapkan kapitalisme secara terburu-buru sementara masyarakat belum siap secara pendidikan dan kesejahteraan. Akibatnya, pembangunan terkonsentrasi di kota-kota besar dan kelompok tertentu. Strategi ekonomi kapitalisme seharusnya diubah. Tanpa mengubah strategi tersebut, Indonesia akan sulit untuk menjadi negara maju
Pria 51 tahun itu menambahkan, Indonesia harus membangun mesyarakat produktif di daerah-daerah yang bisa menciptakan lapangan kerja dan memperbesar basis pembayar pajak.
HT mengatakan, setidaknya membutuhkan 5 juta pengusaha produktif atau 2% dari populasi Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa agar ekonomi bisa bergerak cepat. "Indonesia perlu menumbuhkan pencipta lapangan kerja. Minimal 2% penduduk Indonesia pengusaha, saat ini baru 0,18%."
Sementara itu, Kasespimti Sespim Polri Lemdikpol Brigjen Pol Sigit Sudarmanto mengungkapkan, wawasan dan pengalaman yang disampaikan HT menjadi pedoman bagi peserta didik di PTIK. "Kami mengundang Pak Hary karena beliau mempunyai visi misi yang bagus," katanya. (Elzam Zami)
"Butuh visi tepat untuk membangun Indonesia," katanya.
Dia mengungkapkan, kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan antardaerah menjadi masalah struktural Indonesia. Hanya segelintir masyarakat yang menopang perekonomian nasional, umumnya mereka berada di kota-kota besar.
"Ekonomi Indonesia rapuh karena kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan antardaerah tinggi."
Dari 514 kabupaten/kota di Tanah Air, hanya beberapa yang sudah terbangun. Selama ini. pembangunan hanya terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan beberapa kota besar lainnya. Strategi pembangunan harus segera diubah agar terjadi pemerataan. "Tumbuhkan ekonomi daerah, Indonesia akan menjadi negara kuat."
Agar terjadi pemerataan, lanjut HT, masyarakat di daerah harus dibangun kesejahteraannya. Melalui perlakuan khusus seperti kemudahan akses dana murah, pelatihan keterampilan dan proteksi, mereka didorong menjadi produktif. "Terapkan ekonomi kesejahteraan, bangun masyarakat menjadi produktif, lapangan kerja tercipta, daerah terbangun, Indonesia maju," ujarnya.
Dia mengungkapkan, selama ini Indonesia tertinggal karena menerapkan kapitalisme secara terburu-buru sementara masyarakat belum siap secara pendidikan dan kesejahteraan. Akibatnya, pembangunan terkonsentrasi di kota-kota besar dan kelompok tertentu. Strategi ekonomi kapitalisme seharusnya diubah. Tanpa mengubah strategi tersebut, Indonesia akan sulit untuk menjadi negara maju
Pria 51 tahun itu menambahkan, Indonesia harus membangun mesyarakat produktif di daerah-daerah yang bisa menciptakan lapangan kerja dan memperbesar basis pembayar pajak.
HT mengatakan, setidaknya membutuhkan 5 juta pengusaha produktif atau 2% dari populasi Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa agar ekonomi bisa bergerak cepat. "Indonesia perlu menumbuhkan pencipta lapangan kerja. Minimal 2% penduduk Indonesia pengusaha, saat ini baru 0,18%."
Sementara itu, Kasespimti Sespim Polri Lemdikpol Brigjen Pol Sigit Sudarmanto mengungkapkan, wawasan dan pengalaman yang disampaikan HT menjadi pedoman bagi peserta didik di PTIK. "Kami mengundang Pak Hary karena beliau mempunyai visi misi yang bagus," katanya. (Elzam Zami)
(zik)