Mahasiswa Harus Dididik Miliki Semangat Wirausaha
A
A
A
SLEMAN - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mendorong lulusannya memiliki semangat kewirausahaan dan sosiopreneur. Permintaan ini bukan tanpa alasan. Selain mengantisipasi perubahan teknologi yang semakin cepat, juga karena saat ini jumlah wirausahawan di Indonesia masih cukup rendah.
Itu terlihat dari peringkat kewirausahaan Indonesia yang berada di posisi 90 dari 137 negara di dunia dan di urutan 16 dari 24 negara Pasifik. "Saya mengharapkan UGM tidak terjebak pada rutinitas, namun mendorong lulusannya agar memiliki semangat kewirausahaan dan menciptakan sosiopreneur," kata Jokowi dalam kuliah umum Dies Natalies UGM ke-68 di Auditorium Graha Sabha Pramana (GSP) UGM, DIY, Selasa (19/12/2017).
Menurut Jokowi, untuk meningkatkan jumlah wirausahawan muda tersebut, bukan hanya menjadi tantangan bagi pemerintah, melainkan juga menjadi tanggung jawab perguruan tinggi. Untuk itu, perguruan tinggi yang memiliki peran strategis harus mampu menyelenggarakan pendidikan yang mengedepankan inovasi dan kreativitas, mencetak SDM unggul, serta melakukan riset teknologi untuk mengatasi berbagai persoalan.
"UGM harus menjadi penggerak pembangunan ekosistem kewirausahaan. UGM harus menjadi contoh agar tidak terjebak rutinitas. Harus mau melakukan perubahan radikal untuk menjawab tantangan global. Tantangan ini tidak ringan, tapi saya yakin UGM pasti bisa," ujar Presiden.
Presiden mengaku saat ini pemerintah berupaya membangun ekosistem tempat tumbuhnya kewirausahaan secara nasional. Caranya melalui pembangunan infrastruktur untuk menunjang logistik, pembuatan regulasi yang efisien dan efektif, hingga pembuatan skema sumber pembiayaan baru untuk menumbuhkan dunia usaha.
"Tapi kami butuh dukungan kampus. Perguruan tinggi harus menjadi bagian ekosistem nasional untuk membangun kewirausahaan," paparnya.
Kepala Negara juga menekankan agar aktivitas kewirausahaan tidak semata mengejar keuntungan bagi perusahaan, tapi juga melahirkan manfaat yang nyata bagi masyarakat luas. "Di kalangan anak muda telah banyak yang menjadi sosiopreneur, yaitu memecahkan masalah sosial melalui cara-cara kewirausahaan. Misalnya memfasilitasiinteraksiantarguru serta antara guru dan murid dengan membangun aplikasi namanya Ruang Guru," terangnya.
Presiden berharap perguruan tinggi mampu meningkatkan perannya dan turut serta membangun ekosistem kewirausahaan dan menyiapkan para sosiopreneur yang baru. Langkah peningkatan peran tersebut di antaranya dapat dimulai oleh perguruan tinggi dengan menyediakan fasilitas pendukung berupa co-working space dan sebagaimana yang biasa ditemui dalam kantorkantor perusahaan startup yang kini mulai marak.
"Dalam co-working space ini, para mahasiswa dan dosen saling bekerja sama menciptakan inovasi-inovasi," jelas Jokowi.
Bahkan, mantan gubernur DKI Jakarta itu menilai bahwa dalam perkembangannya co-working space tersebut dapat berkembang menjadi kreatif hub, di mana fasilitasnya bukan hanya sebagai tempat kerja bersama, melainkan juga membantu berjejaring dengan para inovator lain, mencarikan sumber pembiayaan, hingga membantu untuk mengembangkan jaringan pemasaran.
Kepala Negara mengakui bahwa hal itu tentu membutuhkan biaya. Namun, dia menyebut bahwa tidak semuanya dibiayai oleh perguruan tinggi. Pihak perguruan tinggi dapat menjalin kerja sama dengan perbankan dan perusahaan-perusahaan. "Artinya, perguruan tinggi harus menjadi bagian dari ekosistem nasional dalam pengembangan kewirausahaan. Cara kerja perguruan tinggi harus inovatif, pendidikan harus dilakukan dengan cara-cara baru, yakni dengan inovasi dan kreativitas," ujarnya.
Presiden Jokowi juga menyadari bahwa bekerja dengan menemukan cara-cara baru bukanlah sesuatu mudah. Namun, dia menyadari bahwa UGM dan perguruan tinggi lainnya mampu mengemban tugas besar ini. Dia berharap UGM mampu menjadi contoh untuk perubahan besar dalam pendidikan tinggi yang menjawab tantangan IPTEK dan perubahan zaman. "Selamat ulang tahun ke-68 Universitas Gadjah Mada. Dirgahayu untuk kemajuan negeri tercinta," tutupnya.
Rektor UGM Panut Mulyono menegaskan, UGM berkomitmen dalam mengembangkan karya inovatif guna mendorong kemampuan daya saing bangsa. UGM juga terus menuntun masyarakat mencari mata air ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang tiada habisnya untuk dikembangkan demi mengatasi permasalahan dalam dinamika masyarakat, mengantisipasi tantangan, serta memimpin dan menggerakkan kemajuan peradaban sepanjang zaman.
"Masalahnya, proses hilirisasi produk inovatif tersebut tidak mudah karena masih menghadapi beberapa kendala, di antaranya hambatan di birokrasi, belum adanya keberpihakan pemerintah pada produk inovasi buatan lokal, dan belum optimalnya keterlibatan industri dari tingkat hulu hingga hilir," ungkap Panut.
Itu terlihat dari peringkat kewirausahaan Indonesia yang berada di posisi 90 dari 137 negara di dunia dan di urutan 16 dari 24 negara Pasifik. "Saya mengharapkan UGM tidak terjebak pada rutinitas, namun mendorong lulusannya agar memiliki semangat kewirausahaan dan menciptakan sosiopreneur," kata Jokowi dalam kuliah umum Dies Natalies UGM ke-68 di Auditorium Graha Sabha Pramana (GSP) UGM, DIY, Selasa (19/12/2017).
Menurut Jokowi, untuk meningkatkan jumlah wirausahawan muda tersebut, bukan hanya menjadi tantangan bagi pemerintah, melainkan juga menjadi tanggung jawab perguruan tinggi. Untuk itu, perguruan tinggi yang memiliki peran strategis harus mampu menyelenggarakan pendidikan yang mengedepankan inovasi dan kreativitas, mencetak SDM unggul, serta melakukan riset teknologi untuk mengatasi berbagai persoalan.
"UGM harus menjadi penggerak pembangunan ekosistem kewirausahaan. UGM harus menjadi contoh agar tidak terjebak rutinitas. Harus mau melakukan perubahan radikal untuk menjawab tantangan global. Tantangan ini tidak ringan, tapi saya yakin UGM pasti bisa," ujar Presiden.
Presiden mengaku saat ini pemerintah berupaya membangun ekosistem tempat tumbuhnya kewirausahaan secara nasional. Caranya melalui pembangunan infrastruktur untuk menunjang logistik, pembuatan regulasi yang efisien dan efektif, hingga pembuatan skema sumber pembiayaan baru untuk menumbuhkan dunia usaha.
"Tapi kami butuh dukungan kampus. Perguruan tinggi harus menjadi bagian ekosistem nasional untuk membangun kewirausahaan," paparnya.
Kepala Negara juga menekankan agar aktivitas kewirausahaan tidak semata mengejar keuntungan bagi perusahaan, tapi juga melahirkan manfaat yang nyata bagi masyarakat luas. "Di kalangan anak muda telah banyak yang menjadi sosiopreneur, yaitu memecahkan masalah sosial melalui cara-cara kewirausahaan. Misalnya memfasilitasiinteraksiantarguru serta antara guru dan murid dengan membangun aplikasi namanya Ruang Guru," terangnya.
Presiden berharap perguruan tinggi mampu meningkatkan perannya dan turut serta membangun ekosistem kewirausahaan dan menyiapkan para sosiopreneur yang baru. Langkah peningkatan peran tersebut di antaranya dapat dimulai oleh perguruan tinggi dengan menyediakan fasilitas pendukung berupa co-working space dan sebagaimana yang biasa ditemui dalam kantorkantor perusahaan startup yang kini mulai marak.
"Dalam co-working space ini, para mahasiswa dan dosen saling bekerja sama menciptakan inovasi-inovasi," jelas Jokowi.
Bahkan, mantan gubernur DKI Jakarta itu menilai bahwa dalam perkembangannya co-working space tersebut dapat berkembang menjadi kreatif hub, di mana fasilitasnya bukan hanya sebagai tempat kerja bersama, melainkan juga membantu berjejaring dengan para inovator lain, mencarikan sumber pembiayaan, hingga membantu untuk mengembangkan jaringan pemasaran.
Kepala Negara mengakui bahwa hal itu tentu membutuhkan biaya. Namun, dia menyebut bahwa tidak semuanya dibiayai oleh perguruan tinggi. Pihak perguruan tinggi dapat menjalin kerja sama dengan perbankan dan perusahaan-perusahaan. "Artinya, perguruan tinggi harus menjadi bagian dari ekosistem nasional dalam pengembangan kewirausahaan. Cara kerja perguruan tinggi harus inovatif, pendidikan harus dilakukan dengan cara-cara baru, yakni dengan inovasi dan kreativitas," ujarnya.
Presiden Jokowi juga menyadari bahwa bekerja dengan menemukan cara-cara baru bukanlah sesuatu mudah. Namun, dia menyadari bahwa UGM dan perguruan tinggi lainnya mampu mengemban tugas besar ini. Dia berharap UGM mampu menjadi contoh untuk perubahan besar dalam pendidikan tinggi yang menjawab tantangan IPTEK dan perubahan zaman. "Selamat ulang tahun ke-68 Universitas Gadjah Mada. Dirgahayu untuk kemajuan negeri tercinta," tutupnya.
Rektor UGM Panut Mulyono menegaskan, UGM berkomitmen dalam mengembangkan karya inovatif guna mendorong kemampuan daya saing bangsa. UGM juga terus menuntun masyarakat mencari mata air ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang tiada habisnya untuk dikembangkan demi mengatasi permasalahan dalam dinamika masyarakat, mengantisipasi tantangan, serta memimpin dan menggerakkan kemajuan peradaban sepanjang zaman.
"Masalahnya, proses hilirisasi produk inovatif tersebut tidak mudah karena masih menghadapi beberapa kendala, di antaranya hambatan di birokrasi, belum adanya keberpihakan pemerintah pada produk inovasi buatan lokal, dan belum optimalnya keterlibatan industri dari tingkat hulu hingga hilir," ungkap Panut.
(amm)