Mendikbud Resmikan PLTS SMA Pertama di Indonesia
A
A
A
MALANG - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meresmikan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan laboratorium pembelajaran energi tenaga surya milik SMAN 8 Kota Malang, Jawa Timur.
PLTS ini diklaim pertama di Indonesia. “Saya percaya konsolidasi energi mampu kita galang, berbagai gerak program pembangunan utamanya di bidang pendidikan akan dapat terwujud sebagaimana yang kita harapkan bersama,” kata Muhadjir di sela peresmian kemarin.
PLTS tersebut merupakan hasil kerja sama SMAN 8 dengan PT Paiton Energy dan Institut Ekonomi Bisnis dan Eko nomi Kerakyatan (IBEKA). Pembangunan fasilitas PLTS tersebut dilakukan mulai 2017 dan mendapat bantuan juga dari alumni SMAN 8. PLTS ini berkapasitas 15,36 on-grid dengan 50 panel dan menghabiskan dana Rp1,5 miliar.
Kapasitas ini cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di sekolah tersebut. Muhadjir menilai, Paiton Energy sudah tepat memberikan corporate social responsibility (CSR)-nya di SMAN 8 Malang karena sekolah ini memiliki daya riset yang tinggi. Karena itu, tidak salah jika alumni sekolah ini banyak yang sukses di bidangnya masing-masing.
Apalagi, dengan ada laboratorium tersebut, ke depan SMAN 8 Malang diharapkan mampu melahirkan banyak periset muda yang mumpuni.
Mendikbud berharap apa yang telah diterima SMAN 8 Malang juga dapat digunakan serta dirawat keberadaannya demi menunjang pengembangan pendidikan.
“Saya juga minta agar produk PLTS ini ditularkan ke sekolah-sekolah lain sebab masih puluhan ribu sekolah di Tanah Air yang belum terakses listrik,” terangnya.
Dia mengemukakan ada sekitar 90.000 sekolah di seluruh Indonesia belum mendapatkan jaringan listrik dan terkoneksi internet untuk kepentingan pembelajaran.
Sebenarnya, lanjutnya, di Papua sudah ada bantuan jaringan listrik tenaga surya dari Kementerian ESDM, namun tidak terawat sehingga rusak dan tidak bisa digunakan lagi. “Dengan kondisi masih banyaknya sekolah yang belum terakses jaringan internet dan aliran listrik ini, problem pendidikan kita cukup berat,” ucapnya.
Karena itu, kata mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, pihaknya akan terus menggalakkan program afirmasi dengan memprioritaskan siswa-siswi dari wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Direktur PT Paiton Energy Syakib Bafagih mengatakan, ke depan akan dimulai dengan clean energy sehingga tak salah jika SMAN 8 menerima bantuan solar cell sebagai wujud CSR dari PT Paiton Energy.
“CSR yang kami kucurkan tidak hanya menyentuh dunia pendidikan, tapi juga banyak bidang, termasuk kewirausahaan dan penguatan ekonomi UMKM, serta lingkungan,” sebutnya. (M Yamin/Ant)
PLTS ini diklaim pertama di Indonesia. “Saya percaya konsolidasi energi mampu kita galang, berbagai gerak program pembangunan utamanya di bidang pendidikan akan dapat terwujud sebagaimana yang kita harapkan bersama,” kata Muhadjir di sela peresmian kemarin.
PLTS tersebut merupakan hasil kerja sama SMAN 8 dengan PT Paiton Energy dan Institut Ekonomi Bisnis dan Eko nomi Kerakyatan (IBEKA). Pembangunan fasilitas PLTS tersebut dilakukan mulai 2017 dan mendapat bantuan juga dari alumni SMAN 8. PLTS ini berkapasitas 15,36 on-grid dengan 50 panel dan menghabiskan dana Rp1,5 miliar.
Kapasitas ini cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di sekolah tersebut. Muhadjir menilai, Paiton Energy sudah tepat memberikan corporate social responsibility (CSR)-nya di SMAN 8 Malang karena sekolah ini memiliki daya riset yang tinggi. Karena itu, tidak salah jika alumni sekolah ini banyak yang sukses di bidangnya masing-masing.
Apalagi, dengan ada laboratorium tersebut, ke depan SMAN 8 Malang diharapkan mampu melahirkan banyak periset muda yang mumpuni.
Mendikbud berharap apa yang telah diterima SMAN 8 Malang juga dapat digunakan serta dirawat keberadaannya demi menunjang pengembangan pendidikan.
“Saya juga minta agar produk PLTS ini ditularkan ke sekolah-sekolah lain sebab masih puluhan ribu sekolah di Tanah Air yang belum terakses listrik,” terangnya.
Dia mengemukakan ada sekitar 90.000 sekolah di seluruh Indonesia belum mendapatkan jaringan listrik dan terkoneksi internet untuk kepentingan pembelajaran.
Sebenarnya, lanjutnya, di Papua sudah ada bantuan jaringan listrik tenaga surya dari Kementerian ESDM, namun tidak terawat sehingga rusak dan tidak bisa digunakan lagi. “Dengan kondisi masih banyaknya sekolah yang belum terakses jaringan internet dan aliran listrik ini, problem pendidikan kita cukup berat,” ucapnya.
Karena itu, kata mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, pihaknya akan terus menggalakkan program afirmasi dengan memprioritaskan siswa-siswi dari wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Direktur PT Paiton Energy Syakib Bafagih mengatakan, ke depan akan dimulai dengan clean energy sehingga tak salah jika SMAN 8 menerima bantuan solar cell sebagai wujud CSR dari PT Paiton Energy.
“CSR yang kami kucurkan tidak hanya menyentuh dunia pendidikan, tapi juga banyak bidang, termasuk kewirausahaan dan penguatan ekonomi UMKM, serta lingkungan,” sebutnya. (M Yamin/Ant)
(nfl)