Mendikbud: Guru Harus Jadi Gate Keeper
A
A
A
JAKARTA - Perubahan dan kemajuan teknologi telah mengubah peran guru, yakni tidak hanya sebagai pendidik.
Pahlawan tanpa tanda jasa ini kini juga harus menjadi gate keeper atau pengawas serta menjaga siswa dari pengaruh buruk informasi. Guru merupakan pendidik dan tempat bertanya akan segala hal.
Namun, saat teknologi digital sudah merambah ke segala lini seperti sekarang, maka guru selain berperan sebagai pendidik juga harus bisa berfungsi sebagai penyaring informasi kepada para siswanya.
“Di tengah kemajuan TIK ini, guru berperan penting sebagai penjaga gawang yang membantu menepis pengaruh buruk internet dan media sosial bagi siswa-siswanya,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat Rapat Koordinasi Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, pekan lalu.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menjelaskan, mudahnya siswa mendapat informasi melalui mesin pencari di internet memang bisa mengancam fungsi guru sebagai pengajar. Namun, fungsi tersebut berbeda dengan peran. Sebab peran guru sebagai pendidik tidak bisa ditukar dengan teknologi dalam bentuk apapun.
Muhadjir menekankan, jangan sekali-kali menjadikan fasilitas TIK untuk menggantikan peran guru sebagai pendidik. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Pendidikan dan Kebudayaan ini menye but, di era saat ini di mana sumber belajar melimpah ruah namun semua itu tetap perlu disaring.
Bagi Muhadjir, saat ini guru berperan penting sebagai penghubung sumber-sumber belajar (resource linkers) dan mengarahkan siswanya untuk menemukan sumber belajar yang tepat. Selanjutnya guru perlu mengembangkan diri sebagai fasilitator belajar siswa serta fasilitas teknologi informasi dan komunikasi berperan penting mengoptimalkan proses belajar saat ini.
“Guru harus bisa membim bing dan memberikan pemahaman kepada siswa mengenai untuk apa, bukan sekadar apa dan bagaimana,” katanya. Muhadjir juga mengingat kan bahwa perkembangan TIK memiliki dua sisi yang berlawanan, yaitu sisi positif dan sisi negatif.
“Kita tahu, TIK sudah menjadi bagian dari kehidupan. Karena itu, jangan hanya melihat sisi positifnya saja, tetapi juga harus diwaspadai dampak negatifnya,” ujarnya.
Sisi positif perkembangan TIK antara lain masyarakat sudah tidak lagi kesulitan mengakses informasi lantaran sumber belajar ada beraneka ragam, bahkan sudah melimpah ruah. Namun, tantangan terbesar adalah mendapatkan sumber belajar yang tepat, tepercaya, dan berkualitas.
Di sisi lain, terdapat beberapa ancaman yang mudah menyebar dan memengaruhi generasi muda. Hal-hal seperti penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang, paham radikalisme dan intoleransi, serta berbagai informasi palsu atau kabar bohong (hoax) adalah contoh beberapa sisi negatif perkembangan TIK. Oleh karena itu, Muhadjir mengajak masyarakat bijaksana memanfaatkan teknologi.
Kepala Bagian Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, sebagaimana siswa, maka guru juga memiliki tanggung jawab untuk terus meningkatkan kualitas dirinya. Namun, hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pribadi guru, pemerintah juga memiliki tanggung jawab melakukan hal serupa kepada para guru.
Guru-guru Indonesia dituntut mampu membaca perubahan zaman, beradaptasi dan bisa mengikuti perubahan zaman, berwawasan luas, menguasai bahasa asing, mampu memotivasi siswa, serta harus mau terus mengembangkan kapasitas dirinya.
“Kalau para guru tidak meningkatkan kapasitas dirinya, mereka akan kalah oleh para guru dari negara lain,” ungkap Hizkia. Ada beberapa hal harus dibenahi terkait peningkatan kualitas guru. Pertama adalah meningkatkan kesejahteraan guru. Di banyak daerah di Tanah Air, masih ada guru menerima upah sebesar ratusan ribu rupiah. Selain itu, kompetensi guru juga harus terus ditingkatkan. Pihaknya juga mendorong pemerintah membuka jalan demi terciptanya sinergi antara dunia pendidikan dan industri. (Neneng Zubaidah)
Pahlawan tanpa tanda jasa ini kini juga harus menjadi gate keeper atau pengawas serta menjaga siswa dari pengaruh buruk informasi. Guru merupakan pendidik dan tempat bertanya akan segala hal.
Namun, saat teknologi digital sudah merambah ke segala lini seperti sekarang, maka guru selain berperan sebagai pendidik juga harus bisa berfungsi sebagai penyaring informasi kepada para siswanya.
“Di tengah kemajuan TIK ini, guru berperan penting sebagai penjaga gawang yang membantu menepis pengaruh buruk internet dan media sosial bagi siswa-siswanya,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat Rapat Koordinasi Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, pekan lalu.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menjelaskan, mudahnya siswa mendapat informasi melalui mesin pencari di internet memang bisa mengancam fungsi guru sebagai pengajar. Namun, fungsi tersebut berbeda dengan peran. Sebab peran guru sebagai pendidik tidak bisa ditukar dengan teknologi dalam bentuk apapun.
Muhadjir menekankan, jangan sekali-kali menjadikan fasilitas TIK untuk menggantikan peran guru sebagai pendidik. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Pendidikan dan Kebudayaan ini menye but, di era saat ini di mana sumber belajar melimpah ruah namun semua itu tetap perlu disaring.
Bagi Muhadjir, saat ini guru berperan penting sebagai penghubung sumber-sumber belajar (resource linkers) dan mengarahkan siswanya untuk menemukan sumber belajar yang tepat. Selanjutnya guru perlu mengembangkan diri sebagai fasilitator belajar siswa serta fasilitas teknologi informasi dan komunikasi berperan penting mengoptimalkan proses belajar saat ini.
“Guru harus bisa membim bing dan memberikan pemahaman kepada siswa mengenai untuk apa, bukan sekadar apa dan bagaimana,” katanya. Muhadjir juga mengingat kan bahwa perkembangan TIK memiliki dua sisi yang berlawanan, yaitu sisi positif dan sisi negatif.
“Kita tahu, TIK sudah menjadi bagian dari kehidupan. Karena itu, jangan hanya melihat sisi positifnya saja, tetapi juga harus diwaspadai dampak negatifnya,” ujarnya.
Sisi positif perkembangan TIK antara lain masyarakat sudah tidak lagi kesulitan mengakses informasi lantaran sumber belajar ada beraneka ragam, bahkan sudah melimpah ruah. Namun, tantangan terbesar adalah mendapatkan sumber belajar yang tepat, tepercaya, dan berkualitas.
Di sisi lain, terdapat beberapa ancaman yang mudah menyebar dan memengaruhi generasi muda. Hal-hal seperti penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang, paham radikalisme dan intoleransi, serta berbagai informasi palsu atau kabar bohong (hoax) adalah contoh beberapa sisi negatif perkembangan TIK. Oleh karena itu, Muhadjir mengajak masyarakat bijaksana memanfaatkan teknologi.
Kepala Bagian Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, sebagaimana siswa, maka guru juga memiliki tanggung jawab untuk terus meningkatkan kualitas dirinya. Namun, hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pribadi guru, pemerintah juga memiliki tanggung jawab melakukan hal serupa kepada para guru.
Guru-guru Indonesia dituntut mampu membaca perubahan zaman, beradaptasi dan bisa mengikuti perubahan zaman, berwawasan luas, menguasai bahasa asing, mampu memotivasi siswa, serta harus mau terus mengembangkan kapasitas dirinya.
“Kalau para guru tidak meningkatkan kapasitas dirinya, mereka akan kalah oleh para guru dari negara lain,” ungkap Hizkia. Ada beberapa hal harus dibenahi terkait peningkatan kualitas guru. Pertama adalah meningkatkan kesejahteraan guru. Di banyak daerah di Tanah Air, masih ada guru menerima upah sebesar ratusan ribu rupiah. Selain itu, kompetensi guru juga harus terus ditingkatkan. Pihaknya juga mendorong pemerintah membuka jalan demi terciptanya sinergi antara dunia pendidikan dan industri. (Neneng Zubaidah)
(nfl)