600.000 Santri Madrasah Diniyah Ikuti Ujian Akhir Bersama Nasional
A
A
A
TANGERANG - Peserta Ujian Akhir Bersama Nasional (UABN) tingkat Madrasah Diniyah Takmiliyah terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak digelar serentak pada 2015 lalu, UABN Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) pun menghasilkan ribuan lulusan. Tahun ini UABN diikuti 600.999 santri yang tersebar di 30 provinsi di Indonesia. Ujian dilaksanakan selama empat hari sejak Senin (9/4/2018) hingga hari ini.
Ada tujuh mata pelajaran yang diujikan, yakni Alquran, hadis, fikih, bahasa Arab, aqidah, akhlak, dan tarikh. "Sejauh ini berlangsung lancar, lewat UABN ini, semoga akan menghasilkan generasi berkualitas," ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP FKDT) Lukman Hakim di Tangerang, Banten, Rabu (11/4/2018).
Menurut Lukman, keberadaan MDT sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Masyarakat pun telah mengakui sebagai entitas lembaga pendidikan keagamaan Islam yang berkontribusi besar pada pembangunan bangsa. "Pengembangan pendidikan Islam (tafaqquh fiddin), akhlak moral, karakter, dan pengembangan sosial kemasyarakatan menjadi trilogi fungsi MDT yang terus diperjuangkan," kata Lukman.
Merujuk data EMIS Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, saat ini ada 84.566 MDT tersebar mulai dari Sabang hingga Merauke. MDT didukung dengan 489.448 ustaz dan 6.000.062 santri usia pendidikan dasar hingga menengah. Dari data ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki lembaga pendidikan keagamaan Islam terbesar di du nia yang tidak dimiliki negara-negara muslim lainnya.
Wajah Masa Depan Indonesia
Dengan dasar ini, kata Lukman, MDT adalah wajah masa depan Islam Indonesia. Keragaman kultur, budaya, bahasa, dan dinamika keagamaan telah menjadikan Islam Indonesia menjadi agama moderat, terbuka, toleran, dan damai yang mampu berdialektika dengan budaya lokal.
Para kiai, ustaz, dan santri Madrasah Diniyah Takmiliyah juga berkomitmen agar para santri cerdas memahami agamanya, terampil melaksanakan ibadah-ibadah praktis, peka nurani, dan mempunyai kepedulian sosial. Komitmen itulah tak banyak dimiliki lembaga pendidikan lainnya.
Untuk mewujudkan komitmen tersebut, DPP FKDT melakukan program strategis di antaranya peningkatan capacity building ustaz, pemenuhan sarana dan prasarana, serta pengembangan kurikulum MDT. "Evaluasi pembelajaran salah satunya melalui UABN ini," kata lukman yang juga Ketua Umum IKA Walisongo ini.
Ketua Bidang Organisasi DPP FKDT Ruchman Basori mengatakan, UABN bertujuan mengukur kualitas produk lulusan MDT dengan baik. Selain itu, UABN bertujuan menumbuhkan semangat dan kesadaran bersama antarsantri Madrasah Diniyah Takmiliyah secara nasional. "UABN MDT bisa dijadikan pemetaan MDT secara nasional sehingga mempermudah aspek-aspek yang harus dibenahi dan dikembangkan," ujarnya.
FKDT bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama melakukan persiapan, pelaksanaan, dan pemantauan (monitoring) UABN MDT.
Ada tujuh mata pelajaran yang diujikan, yakni Alquran, hadis, fikih, bahasa Arab, aqidah, akhlak, dan tarikh. "Sejauh ini berlangsung lancar, lewat UABN ini, semoga akan menghasilkan generasi berkualitas," ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP FKDT) Lukman Hakim di Tangerang, Banten, Rabu (11/4/2018).
Menurut Lukman, keberadaan MDT sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Masyarakat pun telah mengakui sebagai entitas lembaga pendidikan keagamaan Islam yang berkontribusi besar pada pembangunan bangsa. "Pengembangan pendidikan Islam (tafaqquh fiddin), akhlak moral, karakter, dan pengembangan sosial kemasyarakatan menjadi trilogi fungsi MDT yang terus diperjuangkan," kata Lukman.
Merujuk data EMIS Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, saat ini ada 84.566 MDT tersebar mulai dari Sabang hingga Merauke. MDT didukung dengan 489.448 ustaz dan 6.000.062 santri usia pendidikan dasar hingga menengah. Dari data ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki lembaga pendidikan keagamaan Islam terbesar di du nia yang tidak dimiliki negara-negara muslim lainnya.
Wajah Masa Depan Indonesia
Dengan dasar ini, kata Lukman, MDT adalah wajah masa depan Islam Indonesia. Keragaman kultur, budaya, bahasa, dan dinamika keagamaan telah menjadikan Islam Indonesia menjadi agama moderat, terbuka, toleran, dan damai yang mampu berdialektika dengan budaya lokal.
Para kiai, ustaz, dan santri Madrasah Diniyah Takmiliyah juga berkomitmen agar para santri cerdas memahami agamanya, terampil melaksanakan ibadah-ibadah praktis, peka nurani, dan mempunyai kepedulian sosial. Komitmen itulah tak banyak dimiliki lembaga pendidikan lainnya.
Untuk mewujudkan komitmen tersebut, DPP FKDT melakukan program strategis di antaranya peningkatan capacity building ustaz, pemenuhan sarana dan prasarana, serta pengembangan kurikulum MDT. "Evaluasi pembelajaran salah satunya melalui UABN ini," kata lukman yang juga Ketua Umum IKA Walisongo ini.
Ketua Bidang Organisasi DPP FKDT Ruchman Basori mengatakan, UABN bertujuan mengukur kualitas produk lulusan MDT dengan baik. Selain itu, UABN bertujuan menumbuhkan semangat dan kesadaran bersama antarsantri Madrasah Diniyah Takmiliyah secara nasional. "UABN MDT bisa dijadikan pemetaan MDT secara nasional sehingga mempermudah aspek-aspek yang harus dibenahi dan dikembangkan," ujarnya.
FKDT bekerja sama dengan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama melakukan persiapan, pelaksanaan, dan pemantauan (monitoring) UABN MDT.
(amm)