Menggagas Pengganti Terbaik UN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Asesmen Nasional (AN) digadang-gadang sebagai pengganti terbaik ujian nasional (UN) . Dengan AN akan diketahui sejauh mana capaian penyelenggaraan pendidikan nasional.
Selama ini alat ukur untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa menggunakan metode UN. Hanya, dalam berbagai praktiknya UN dipandang tidak memberikan gambaran utuh terkait progres peserta didik. (Baca: Enam Jenis Bisikan Setan yang Merasuki Manusia)
Bahkan UN kerap menjadi momok bagi siswa dan sekolah sehingga banyak memunculkan berbagai problem psikologis. Akibatnya kemampuan literasi, numerasi, dan sains peserta didik di Indonesia malah sering jeblok.
Peringkat Indonesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA) terus menunjukkan tren penurunan. Untuk kemampuan baca, skor Indonesia di awal mengikuti tes PISA tahun 2000 di peringkat 371 dan mengalami peningkatan 382 (tahun 2003), 393 (2006), dan 402 (2009). Kemudian terus mengalami penurunan 396 (2012), 397 (2015), dan titik terendah 371 (2018).
Demikian pula dengan capaian kemampuan matematika. Setelah sempat mengalami tren kenaikan pada 2003 dengan skor 360, 2012 di skor 371, 2009 dan 2012 di skor 375, dan 2015 di skor 386, skor PISA matematika Indonesia kembali turun di angka 379 pada 2018.
Kemampuan sains siswa Indonesia naik turun, yakni di angka 393 (tahun 2006), 383 (2009) dan 382 (2012), kemudian naik lagi pada 2015 dengan skor 403. Sayangnya, skor kemampuan sains kita kembali mengalami penurunan di laporan terakhir PISA, tahun 2018 di angka 396.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pun mengambil langkah cepat. Sesaat setelah pelantikannya sebagai salah satu menteri termuda, founder Gojek Indonesia tersebut langsung mencanangkan penghapusan UN .
Kebijakan yang harusnya diterapkan pada 2021 tersebut ternyata lebih cepat berjalan di mana UN mulai tahun ini resmi dihapus seiring adanya pandemi Covid-19. Kemendikbud kemudian meluncurkan Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti UN. (Baca juga: Subsidi Gaji 2,4 Juta Guru Non-PNS Cair)
“Format dan tujuan AN berbeda dengan UN. Asesmen Nasional bukan untuk mengevaluasi siswa dan tidak semua siswa mengikutinya karena akan dipilih secara acak sebagai sampel,” ujar Sekjen Kemendikbud Ainun Naim kepada KORAN SINDO.
Selama ini alat ukur untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa menggunakan metode UN. Hanya, dalam berbagai praktiknya UN dipandang tidak memberikan gambaran utuh terkait progres peserta didik. (Baca: Enam Jenis Bisikan Setan yang Merasuki Manusia)
Bahkan UN kerap menjadi momok bagi siswa dan sekolah sehingga banyak memunculkan berbagai problem psikologis. Akibatnya kemampuan literasi, numerasi, dan sains peserta didik di Indonesia malah sering jeblok.
Peringkat Indonesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA) terus menunjukkan tren penurunan. Untuk kemampuan baca, skor Indonesia di awal mengikuti tes PISA tahun 2000 di peringkat 371 dan mengalami peningkatan 382 (tahun 2003), 393 (2006), dan 402 (2009). Kemudian terus mengalami penurunan 396 (2012), 397 (2015), dan titik terendah 371 (2018).
Demikian pula dengan capaian kemampuan matematika. Setelah sempat mengalami tren kenaikan pada 2003 dengan skor 360, 2012 di skor 371, 2009 dan 2012 di skor 375, dan 2015 di skor 386, skor PISA matematika Indonesia kembali turun di angka 379 pada 2018.
Kemampuan sains siswa Indonesia naik turun, yakni di angka 393 (tahun 2006), 383 (2009) dan 382 (2012), kemudian naik lagi pada 2015 dengan skor 403. Sayangnya, skor kemampuan sains kita kembali mengalami penurunan di laporan terakhir PISA, tahun 2018 di angka 396.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pun mengambil langkah cepat. Sesaat setelah pelantikannya sebagai salah satu menteri termuda, founder Gojek Indonesia tersebut langsung mencanangkan penghapusan UN .
Kebijakan yang harusnya diterapkan pada 2021 tersebut ternyata lebih cepat berjalan di mana UN mulai tahun ini resmi dihapus seiring adanya pandemi Covid-19. Kemendikbud kemudian meluncurkan Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti UN. (Baca juga: Subsidi Gaji 2,4 Juta Guru Non-PNS Cair)
“Format dan tujuan AN berbeda dengan UN. Asesmen Nasional bukan untuk mengevaluasi siswa dan tidak semua siswa mengikutinya karena akan dipilih secara acak sebagai sampel,” ujar Sekjen Kemendikbud Ainun Naim kepada KORAN SINDO.