Akses Pendidikan Merata Bentuk Nyata Nasionalisme

Selasa, 02 Oktober 2018 - 22:00 WIB
Akses Pendidikan Merata...
Akses Pendidikan Merata Bentuk Nyata Nasionalisme
A A A
JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal PP GP Ansor Muhammad A Idris menekankan, bentuk nyata nasionalisme dan mempertahankan keutuhan NKRI bagi generasi milenial adalah akses pendidikan yang merata dan berkualitas.

Kata dia, legal akses pendidikan untuk mendapatkan pendidikan terbaik harus diberikan, termasuk generasi muda Tidore.

"Ini bukan semata-mata soal masa depan perorangan melainkan wujud kongkret mendistribusikan kader bangsa masuk Universitas terbaik maupun membekali kecakapan kerja yang siap bersaing," kata Idris dalam acara dialog kebangsaan bertajuk Sultan Nuku dan Kedaulatan NKRI rangkaian Kirab Satu Negeri di Balai Kedatong Belakang Kesultanan Tidore, Selasa (2/10/2018).

Sementara itu, tema dialog sengaja dipilih Sultan Husain Alting Sjah agar generasi mendatang khususnya Milenial memahami posisi strategis Tidore dan berdirinya Indonesia.
"Slogan NKRI Harga Mati tidak cocok untuk Maluku Utara, khususnya Tidore Kepulauan. Sebab kami sudah mati berkali-kali untuk Indonesia," ujar Sultan.

Antusiasme peserta mulai meningkat. Kobaran semangat sejarah Tidore disampaikan Sang Sultan menjadi pembuka dialog kebangsaan.

"Sejak dulu Tidore sudah menyerahkan sepertiga wilayah kerajaan termasuk Papua untuk Indonesia. Bahkan mengirim pemuda Papua untuk mewakili Kerajaan Tidore secara resmi di momentum Sumpah Pemuda. Ini merupakan bentuk keihlasan dan ridhonya kerajaan bergabung menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Sang Sultan.

Untuk melengkapi sejarah Sultan Nuku dan keterlibatannya dalam kemerdekaan Indonesia, Sultan Husain meminta Perdana Menterinya untuk ikut bicara. Kurang lebih tiga puluh menit Muhammad Amin Faruq mewakilinya.

Disela-sela membawakan materi, Amin Faruq sempat berulang kali meneteskan air mata ketika membahas tentang asal muasal Bendera Merah Putih. Bendera yang sekarang menjadi lambang kebesaran Bangsa Indonesia. "Merah darah membasahi bumi, putih kain membalut luka," katanya.

Menurutnya, warna merah putih merupakan hasil dialog kakeknya dengan Soekarno saat dipenjara. Sehingga Merah Putih bukan sekedar simbol kenegeraan baginya, melainkan warisan keluarga yang juga harus dijaga meski nyawa taruhannya.

Setelah dialog acara dilanjutkan ziarah ke Makam Sultan Nuku, Makan Ibu Aminah penjahit pertama bendera Merah Putih di Tidore dengan benang serabut daun nanas. Sebelum kembali di dermaga, Tim KSN menyempatkan napak tilas di Monumen Pengibaran Bendera Merah Putih pertama serta ke Benteng Tahula.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6436 seconds (0.1#10.140)