Kuota SBMPTN Ditambah, Pendaftar Tes Dahulu Baru Pilih Jurusan

Selasa, 23 Oktober 2018 - 06:31 WIB
Kuota SBMPTN Ditambah,...
Kuota SBMPTN Ditambah, Pendaftar Tes Dahulu Baru Pilih Jurusan
A A A
JAKARTA - Mulai 2019, pemerintah menambah kuota penerimaan mahasiswa baru dari jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dari 30% menjadi minimal 40%. Tujuan penambahan ini untuk memperluas peluang siswa bisa kuliah di kampus-kampus negeri.

Imbas dari penambahan kuota ini, pemerintah mengurangi kuota jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dari 30% menjadi 20%. Adapun pada jalur Mandiri, perguruan tinggi negeri diberi jatah menerima mahasiswa baru maksimal sebanyak 30% dari daya tampung tiap program studi.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohamad Nasir mengatakan, pengurangan jalur SNMPTN ini dilakukan karena dari hasil evaluasi akademik, prestasi mahasiswa jalur undangan ini tidak berbeda dengan mahasiswa lain. Jalur SNMPTN adalah sistem penerimaan mahasiswa melalui penjaringan siswa berprestasi yang dinilai dari rapor semester 1–5.

''Dari segi perspektif seleksi, setelah masuk kuliah tidak mencerminkan korelasi yang makin baik dibandingkan jalur SBMPTN dan SNMPTN,'' ujarnya di Kantor Kemenristek-Dikti, Jakarta, Senin, 23 Oktober 2018.

Untuk jalur Mandiri, tandas Nasir, masih tetap dibuka sebab sangat memungkinkan sejumlah perguruan tinggi akan mengalami kekurangan calon mahasiswa jika jalur ini ditutup. Pada jalur Mandiri, tes masuk calon mahasiswa menjadi otoritas masing-masing PTN. Kendati demikian, pemerintah tetap mempersilakan jika ada PTN yang hanya membuka pada jalur SNMPTN dan SBMPTN. Untuk itu, pada jalur ini, batasannya PTN diperbolehkan menerima mahasiswa maksimal 30% dari daya tampung.

Nasir menjelaskan, prinsip utama dalam seleksi mahasiswa baru tahun depan ialah memberikan rasa keadilan bagi seluruh siswa di manapun berada. Untuk itu, dia meminta kepada panitia agar tidak lagi mengedepankan siswa dari sekolah yang fasilitasnya sudah bagus. Panitia perlu menjaring siswa yang memang diprediksi bisa menyelesaikan studi tepat waktu. ''Sehingga lulusan tidak didominasi dari Jawa saja, tapi menyebar. Keadilan ini sangat penting,'' tegasnya.

Bisa Tes Dua Kali
Selain kuota masuk PTN yang diubah, pemerintah juga merevisi hal teknis di SBMPTN. Pertama, tidak ada lagi ujian tulis, tetapi diganti ujian tulis berbasis komputer (UTBK) secara total tahun depan. Selain itu, jika biasanya tes SBMPTN hanya bisa diikuti satu kali, maka mulai 2019 nanti siswa boleh ikut sebanyak dua kali.

Biaya satu kali tes siswa adalah Rp200.000. Dengan ikut dua kali tes maka siswa bisa memperbaiki nilai jika mengetahui nilainya masih rendah untuk masuk ke PTN yang dituju. Jadwal tes nantinya akan berlangsung selama Maret hingga Juni.

Perubahan signifikan lainnya adalah pada jalur SBMPTN, siswa nantinya tak lagi memilih PTN dahulu baru tes, namun sebaliknya mengikuti tes lebih dahulu, lalu mendapat nilai tes per individu. Setelah itu, nilai ini menjadi dasar calon mahasiswa dalam dan memilih kampus serta jurusan sesuai dengan patokan nilai yang ditetapkan masing-masing kampus.

''Ini revolusi di dalam penerimaan. Jadi bukan mahasiswa datang ke kampus, daftar lalu tes. Tapi tes dulu, lulus, baru nilainya untuk mendaftar ke kampus untuk memilih prodi yang diinginkan,'' katanya.

Pada SBMPTN tahun depan, juga hanya akan menyisakan kelompok ujian sainstek dan soshum, sedangkan kelompok campuran dihapus. Materi tesnya adalah Tes Potensi Skolastik (TPS) yang mengukur penalaran dan pemahaman umum dan Tes Kompetensi Akademik (TKA). Selain itu, panitia pusat juga berganti nama menjadi Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) yang berkantor pusat di BPPT Jakarta.

Ketua LTMPT Ravik Karsidi menjelaskan, pada periode Maret-Juni, LTMPT akan membuka 24 kali tes yang akan digelar setiap Sabtu dan Minggu. ''Lokasi tesnya di semua 85 PTN yang terdaftar. Biayanya tidak naik Rp200.000 untuk biaya tes dan nanti saat pendaftaran masuk tidak akan dipungut lagi,'' katanya.

Rektor UNS ini menjelaskan, siswa yang masih kelas 12 nantinya tidak perlu menunggu lulus untuk ikut tes sebab bisa ikut tes dengan siswa yang sudah lulus sebelumnya. Kebijakan baru lainnya adalah penghapusan uji keterampilan untuk jurusan olahraga dan seni. Nanti peminat kedua jurusan itu akan diuji di UTBK dengan menambah data portofolio masing-masing.

Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Kadarsyah Suryadi mengatakan, seluruh rektor PTN menyambut baik perubahan di dalam sistem penerimaan mahasiswa baru ini. MRPTNI menilai sistem ini bisa menjaga kualitas mahasiswa. Selain itu, sistem ini menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. "Sebab seluruh mahasiswa dari mana saja bisa ikut tes," katanya.

Akses untuk masuk PTN juga semakin terbuka dengan ujian komputer. Terakhir, pemerintah masih memberikan kewenangan bagi para rektor untuk menyeleksi siswa mana yang berhak masuk ke kampusnya. Rektor ITB ini menerangkan, ITB hanya membuka dua jalur yakni 60% untuk SNMPTN dan 40% SBMPTN. Dari hasil evaluasi, kata dia, prestasi mahasiswa dari kedua jalur ini menunjukkan data yang sama-sama baik.

Pengamat pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia Said Hamid Hasan menilai pembatasan yang ditetapkan pemerintah ini cenderung membuat perguruan tinggi kehilangan daya otoritasnya untuk menyeleksi siswa. "Saya pikir pemerintah terlalu mengatur dan menjadikan perguruan tinggi tidak berdaya," ungkapnya.

Said menyarankan, dari pada mengatur tentang seleksi, lebih baik pemerintah melakukan sinkronisasi dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah menengah atas dengan fakultas yang akan dimasuki siswa tersebut. Dia juga memandang sebaiknya sistem ujian masuk hanya satu kali agar lebih sederhana, jelas, dan harus berbiaya murah. Di sejumlah negara, kata dia, sudah memberikan kewenangan ke perguruan tinggi untuk membuat seleksi yang simpel namun tetap transparan.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1609 seconds (0.1#10.140)