Abad Ke- 21 Tuntut Profesionalisme Guru

Senin, 26 November 2018 - 11:49 WIB
Abad Ke- 21 Tuntut Profesionalisme Guru
Abad Ke- 21 Tuntut Profesionalisme Guru
A A A
JAKARTA - Bertepatan dengan Hari Guru Nasional (HGN) 2018 yang jatuh pada Minggu (25/11) pemerintah ingin guru terus meningkatkan profesionalismenya. Sebab guru punya tanggung jawab menghasilkan generasi penerus bangsa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, profesionalisme guru harus didorong untuk menghadapi abad ke-21. Hal ini penting karena para guru harus menyiapkan generasi muda yang cocok dengan dunia kerja dan dunia sosial di abad ke-21.

“Itu tanggung jawab besar para guru bahwa di tangan gurulah generasi muda yang akan menentukan bangsa Indonesia menjadi bangsa besar dan maju,” kata Mendikbud seusai mengikuti jalan sehat dalam rangka memeriahkan HGN 2018 di Kantor Kemendikbud kemarin.

Muhadjir menyatakan, peningkatan profesionalisme guru bisa dilakukan melalui pelatihan pendidikan guru. Dia berharap, para guru harus menguasai metodologi, pendekatan maupun materi pembelajaran abad ke-21. Namun di sisi lain, pemerintah juga harus menyusun kriteria-kriteria baru yang semakin baik dalam rangka rekrutmen guru baru.

Sementara itu, mengutip pidato Upacara HGN 2018, Mendikbud menyampaikan, ada tiga ciri guru profesional. Pertama, guru profesional adalah guru yang telah memenuhi kompetensi dan keahlian inti.

Perubahan zaman mendorong guru agar dapat menghadirkan pembelajaran abad ke-21, yaitu menyiapkan siswa untuk keterampilan berpikir kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. “Hal tersebut tentu tidak akan dapat diwujudkan jika para guru berhenti belajar dan mengem bangkan diri,” ujarnya.

Kedua, mampu membangun kesejawatan. Bersama rekanrekan sejawat, guru terus belajar, mengembangkan diri, dan meningkatkan kecakapan untuk mengikuti laju perubahan zaman. Bersama teman sejawatnya pula guru terus merawat marwah dan menguatkan posisi profesinya.

Ketiga, menurut Mendikbud, guru yang profesional harus mampu merawat jiwa sosialnya. Para guru Indonesia adalah para pejuang pendidikan sesungguhnya yang menjalankan peran, tugas, dan tanggung jawab mulia sebagai panggilan jiwa. “Dengan segala tantangan dan hambatan, para guru Indonesia berada di garda terdepan dalam pencerdasan kehidupan bangsa,” jelasnya.

Mendikbud menyampaikan bahwa, revolusi industri keempat yang sudah merambah ke semua sektor harus disikapi dengan arif karena telah mengubah peradaban manusia secara fundamental.

Untuk itu diperlukan guru profesional yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang supercepat tersebut untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pada setiap satuan pendidikan dalam rangka memper siapkan SDM unggul dengan kompetensi global.

Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darojat menambahkan, revolusi industri 4.0 menuntut guru untuk harus dibangun kesadarannya agar interaksi dengan siswa tidak terjebak pada tradisi lama, yakni tatap muka saja. Kemajuan TI harus bisa diintegrasikan di dalam proses pembelajaran.

"Jangan semua konten diajarkan lewat tatap muka, namun sebagian materi bisa di-upload di internet sehingga siswa bisa mengakses 24 jam,” katanya seusai membuka seminar Temu Ilmiah Nasional Guru X di Kampus UT Pondok Cabe.

Ojat menjelaskan, guru saat ini harus bisa memahami teknologi yang bisa memudahkan pembelajaran seperti itu. Perkembangan teknologi harus dilatih kepada guru, sebab jika masih ada anak gagap teknologi dan literasi teknologi anak Indonesia rendah akan sulit untuk bersaing dengan negara lain.

Dia menyampaikan, tema seminar Innovations in Education for the Indonesia 4.0 sangat penting untuk pendidik dalam menyiapkan anak bangsa agar meningkat keterampilan dan pemanfaatan revolusi industri 4.0 dalam kehidupan.

Menurut dia, seorang guru adalah fasilitator yang mendorong anak untuk memanfaatkan era 4.0 secara bijak. Ojat menjelaskan, jika selama ini pembelajaran di sekolah terbatas ruang dan waktu, maka teknologi mendobrak batasan itu. Sebagian materi bisa diunggah di internet dan siswa bisa menyimpannya tanpa perlu berat membawa buku. Lalu buka ruang diskusi online sehingga interaksi guru dan siswa pun bisa 24 jam.

“Pendidik harus bisa membangun kerangka pikir, himpun gagasan dan pengalaman dan melakukan refleksi dan praksis," jelasnya. (Neneng Zubaidah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7023 seconds (0.1#10.140)