IPB: Agriculture Reform Visi Indonesia Jadi Poros Agro Maritim Dunia
A
A
A
BOGOR - Institut Pertanian Bogor (IPB) mendorong adanya gagasan agriculture reform yang dapat menjadikan Indonesia sebagai poros agro-maritim dunia.
Hal ini dikatakan Rektor IPB, Arif Satria saat memperingati puncak syukuran ulang tahun ke-8, Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) dan kuliah umum di Aula CCR IPB.
Menurut dia IPB sedang mengusung transformasi IPB Agro-Maritim 4.0, yaitu pengembangan dan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas produksi dan pemasaran dalam sistem pertanian dan kelautan.
Agro-Maritim 4.0 bisa menjadi visi Indonesia ke depan karena dampaknya yang sangat luas. Secara ekonomi visi ini akan menguntungkan, karena mengemban sistem pertanian low cost.
Metode ini juga akan meningkatkan nilai tambah, yang pada akhirnya mempengaruhi besaran GDP dan tentu berdampak pada kesejahteraan petani dan nelayan yang semakin membaik.
"Dalam pelaksanaan Agro-Maritim 4.0 kami akan memanfaatkan teknologi seperti penggunaan drone dalam proses usaha tani dan QR reader untuk melihat kebutuhan unsur hara dan kondisi tanaman," ujarnya, Jumat (14/12/2018).
Selain itu IPB juga sedang mengembangkan aplikasi FRS (Fire Risk System) yang digunakan untuk mendeteksi dini risiko kebakaran hutan, prakiraan risiko kebakaran hutan dan titik api pada saat kebakaran hutan. Sehingga permasalahan kebakaran hutan dapat diminimalisir.
"Selain itu, IPB juga tengah mengembangkan aplikasi check fruits, yaitu aplikasi untuk mendeteksi rasa buah tanpa harus mencicipi buah tersebut. Dengan adanya sistem sensor, rasa dan kualitas buah bisa diketahui dengan pasti,” tambahnya.
Sementara Sunarso, selaku Ketua Umum BPP PISPI menjelaskan gagasannya tentang visi pembangunan pertanian Indonesia. PISPI menilai pembangunan pertanian seharusnya bersifat visioner dan integratif.
"Visioner yang dimaksud adalah pembangunan pertanian Indonesia dalam jangka panjang, yakni 50-100 tahun. Karena permasalahan pertanian akan selalu berkembang kedepan, dibutuhkan pemecahan masalah yang visioner dan konsistensi kebijakan," katanya.
Selanjutnya, integratif adalah pembangunan pertanian Indonesia yang tidak bisa serta merta hanya diserahkan kepada Kementerian Pertanian semata, namun juga harus dikerjakan bersama-sama lintas sektoral.
Strategi pembangunan pertanian yang visioner dan integratif ini tersusun dalam konsep agriculture reform yaitu pembaruan pertanian yang menitikberatkan pada kejelasan tata ruang, pembangunan infrastruktur, pola pengusahaan pertanian, kelembagaan pertanian, riset dan teknologi tepat guna, supply chain manajemen, aspek keuangan, forcasting/monitoring neraca produksi dan stok nasional, dan terakhir membangun industri berbasis pertanian.
Hal ini dikatakan Rektor IPB, Arif Satria saat memperingati puncak syukuran ulang tahun ke-8, Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) dan kuliah umum di Aula CCR IPB.
Menurut dia IPB sedang mengusung transformasi IPB Agro-Maritim 4.0, yaitu pengembangan dan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas produksi dan pemasaran dalam sistem pertanian dan kelautan.
Agro-Maritim 4.0 bisa menjadi visi Indonesia ke depan karena dampaknya yang sangat luas. Secara ekonomi visi ini akan menguntungkan, karena mengemban sistem pertanian low cost.
Metode ini juga akan meningkatkan nilai tambah, yang pada akhirnya mempengaruhi besaran GDP dan tentu berdampak pada kesejahteraan petani dan nelayan yang semakin membaik.
"Dalam pelaksanaan Agro-Maritim 4.0 kami akan memanfaatkan teknologi seperti penggunaan drone dalam proses usaha tani dan QR reader untuk melihat kebutuhan unsur hara dan kondisi tanaman," ujarnya, Jumat (14/12/2018).
Selain itu IPB juga sedang mengembangkan aplikasi FRS (Fire Risk System) yang digunakan untuk mendeteksi dini risiko kebakaran hutan, prakiraan risiko kebakaran hutan dan titik api pada saat kebakaran hutan. Sehingga permasalahan kebakaran hutan dapat diminimalisir.
"Selain itu, IPB juga tengah mengembangkan aplikasi check fruits, yaitu aplikasi untuk mendeteksi rasa buah tanpa harus mencicipi buah tersebut. Dengan adanya sistem sensor, rasa dan kualitas buah bisa diketahui dengan pasti,” tambahnya.
Sementara Sunarso, selaku Ketua Umum BPP PISPI menjelaskan gagasannya tentang visi pembangunan pertanian Indonesia. PISPI menilai pembangunan pertanian seharusnya bersifat visioner dan integratif.
"Visioner yang dimaksud adalah pembangunan pertanian Indonesia dalam jangka panjang, yakni 50-100 tahun. Karena permasalahan pertanian akan selalu berkembang kedepan, dibutuhkan pemecahan masalah yang visioner dan konsistensi kebijakan," katanya.
Selanjutnya, integratif adalah pembangunan pertanian Indonesia yang tidak bisa serta merta hanya diserahkan kepada Kementerian Pertanian semata, namun juga harus dikerjakan bersama-sama lintas sektoral.
Strategi pembangunan pertanian yang visioner dan integratif ini tersusun dalam konsep agriculture reform yaitu pembaruan pertanian yang menitikberatkan pada kejelasan tata ruang, pembangunan infrastruktur, pola pengusahaan pertanian, kelembagaan pertanian, riset dan teknologi tepat guna, supply chain manajemen, aspek keuangan, forcasting/monitoring neraca produksi dan stok nasional, dan terakhir membangun industri berbasis pertanian.
(vhs)