RI-Malaysia Promosikan Islam Moderat
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan Malaysia dengan Kemendikbud akan mengintensifkan promosi tentang Islam moderat. Hal ini perlu dilakukan karena munculnya gerakan Islam radikal.
Menteri Pendidikan Malaysia Maszlee bin Malik mengatakan, pihaknya ingin ada program bersama untuk mempromosikan Islam yang moderat dengan Kemendikbud. Dia menjelaskan, di Malaysia mempunyai pendekatan wasathiyah dan insaniyyah. Sementara di Indonesia ada Islam berkemajuan dan Islam Nusantara.
Dia menjelaskan, keduanya memiliki persamaan yakni untuk mengembalikan kemanusiaan dan bukan bersifat menghukum. Oleh karena itu, jelasnya, melalui bidang pendidikan, maka Islam harus dikembalikan lagi kepada kemanusiaan.
“Kita lakukan program bersama untuk mempromosikan Islam yang moderat. Bila Islam moderat menjadi naratif kita dengan sendirinya Islam radikal tidak akan mempunyai ruangan,” katanya usai pertemuan di kantor Kemendikbud kemarin.
Maszlee menjelaskan, upaya membumikan Islam yang moderat ini tercetus karena dia mendapati kemunculan gerakan dan paham radikal. Dorongan gerakan itu terjadi karena ekonomi, politik, dan kurangnya dominasi pemikiran Islam moderat, terutama di sosial media.
Maszlee menyatakan kekagumannya dengan sistem pendidikan di Indonesia yang meletakkan budaya dan pendidikan dalam satu kementerian. Sebab, pendidikan memiliki satu rumpun dengan nilai di mana, kata dia, pendidikan tanpa nilai hanya akan melahirkan robot-robot tidak bernyawa.
"Pendidikan memainkan peranan penting dalam menggambarkan masa depan negara," jelasnya. Maszlee mengatakan, salah satu program yang akan berjalan ialah alih bahasa buku. Menurut dia, banyak sekali buku Indonesia diterjemahkan di Malaysia.
Namun tidak banyak buku Malaysia yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Selanjutnya, kedua kementerian akan mempelajari program yang bisa dikerjasamakan. Maszlee mengatakan, sistem pendidikan di Malaysia saat ini berada pada era baru pasca pergantian pemerintah menitikberatkan pada isu nilai.
Dia menjelaskan, PM Malaysia Mahathir Mohammad menitipkan tugas kepadanya bahwa pendidikan yang berjalan harus mengubah generasi Malaysia di masa mendatang. “Kita harus melihat ke Jepang setelah Perang Dunia mereka bangkit menjadi bangsa yang mendominasi dunia. Semua bermula dari nilai, disiplin, komitmen, kebersihan, dan sikap integritas tinggi," tuturnya.
Maszlee menerangkan, Mahathir ingin sekali ada pembinaan karakter di Malaysia, di mana ada budaya baru bagi rakyat negeri jiran itu untuk bisa bangkit menjadi bangsa yang maju.
Dia mengungkapkan, pada pemerintahan yang baru ini memang pendidikan berkualitas sangat ditekankan. Hal ini tercermin pada sarana prasarana, pengajaran, pembelajaran guru, dan teknologi. Namun tekanannya, kualitas itu saja tidak cukup, maka di perlukan nilai sebab nilai yang akan membentuk karakter masyarakat 100-200 tahun yang akan datang.
Dia juga mengungkapkan bahwa saat ini di sistem pendidikan dasar di Malaysia menekan kan pada penguasaan Bahasa Inggris. Namun, mereka juga masih menjunjung tinggi Bahasa Melayu. Setidaknya ada tiga bahasa yang harus dikuasai siswa di sana, yakni Bahasa Melayu, Bahasa Arab, dan bahasa asing.
Sementara Mendikbud Muhadjir Effendy menjelaskan, selain pengembangan Islam moderat, kedua kementerian juga akan mengintegrasikan Bahasa Melayu dengan Bahasa Indonesia. Dia meng ungkapkan, antar siswa Indonesia yang bersekolah di sekolah Indonesia di Malaysia kerap mengadakan kunjungan kesekolah milik Malaysia.
"Mereka berkunjung dalam rangka saling tukar pengalaman di bidang budaya," ungkapnya. (Neneng Zubaidah)
Menteri Pendidikan Malaysia Maszlee bin Malik mengatakan, pihaknya ingin ada program bersama untuk mempromosikan Islam yang moderat dengan Kemendikbud. Dia menjelaskan, di Malaysia mempunyai pendekatan wasathiyah dan insaniyyah. Sementara di Indonesia ada Islam berkemajuan dan Islam Nusantara.
Dia menjelaskan, keduanya memiliki persamaan yakni untuk mengembalikan kemanusiaan dan bukan bersifat menghukum. Oleh karena itu, jelasnya, melalui bidang pendidikan, maka Islam harus dikembalikan lagi kepada kemanusiaan.
“Kita lakukan program bersama untuk mempromosikan Islam yang moderat. Bila Islam moderat menjadi naratif kita dengan sendirinya Islam radikal tidak akan mempunyai ruangan,” katanya usai pertemuan di kantor Kemendikbud kemarin.
Maszlee menjelaskan, upaya membumikan Islam yang moderat ini tercetus karena dia mendapati kemunculan gerakan dan paham radikal. Dorongan gerakan itu terjadi karena ekonomi, politik, dan kurangnya dominasi pemikiran Islam moderat, terutama di sosial media.
Maszlee menyatakan kekagumannya dengan sistem pendidikan di Indonesia yang meletakkan budaya dan pendidikan dalam satu kementerian. Sebab, pendidikan memiliki satu rumpun dengan nilai di mana, kata dia, pendidikan tanpa nilai hanya akan melahirkan robot-robot tidak bernyawa.
"Pendidikan memainkan peranan penting dalam menggambarkan masa depan negara," jelasnya. Maszlee mengatakan, salah satu program yang akan berjalan ialah alih bahasa buku. Menurut dia, banyak sekali buku Indonesia diterjemahkan di Malaysia.
Namun tidak banyak buku Malaysia yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Selanjutnya, kedua kementerian akan mempelajari program yang bisa dikerjasamakan. Maszlee mengatakan, sistem pendidikan di Malaysia saat ini berada pada era baru pasca pergantian pemerintah menitikberatkan pada isu nilai.
Dia menjelaskan, PM Malaysia Mahathir Mohammad menitipkan tugas kepadanya bahwa pendidikan yang berjalan harus mengubah generasi Malaysia di masa mendatang. “Kita harus melihat ke Jepang setelah Perang Dunia mereka bangkit menjadi bangsa yang mendominasi dunia. Semua bermula dari nilai, disiplin, komitmen, kebersihan, dan sikap integritas tinggi," tuturnya.
Maszlee menerangkan, Mahathir ingin sekali ada pembinaan karakter di Malaysia, di mana ada budaya baru bagi rakyat negeri jiran itu untuk bisa bangkit menjadi bangsa yang maju.
Dia mengungkapkan, pada pemerintahan yang baru ini memang pendidikan berkualitas sangat ditekankan. Hal ini tercermin pada sarana prasarana, pengajaran, pembelajaran guru, dan teknologi. Namun tekanannya, kualitas itu saja tidak cukup, maka di perlukan nilai sebab nilai yang akan membentuk karakter masyarakat 100-200 tahun yang akan datang.
Dia juga mengungkapkan bahwa saat ini di sistem pendidikan dasar di Malaysia menekan kan pada penguasaan Bahasa Inggris. Namun, mereka juga masih menjunjung tinggi Bahasa Melayu. Setidaknya ada tiga bahasa yang harus dikuasai siswa di sana, yakni Bahasa Melayu, Bahasa Arab, dan bahasa asing.
Sementara Mendikbud Muhadjir Effendy menjelaskan, selain pengembangan Islam moderat, kedua kementerian juga akan mengintegrasikan Bahasa Melayu dengan Bahasa Indonesia. Dia meng ungkapkan, antar siswa Indonesia yang bersekolah di sekolah Indonesia di Malaysia kerap mengadakan kunjungan kesekolah milik Malaysia.
"Mereka berkunjung dalam rangka saling tukar pengalaman di bidang budaya," ungkapnya. (Neneng Zubaidah)
(nfl)