Kartu Indonesia Pintar Jamin Keberlanjutan Pendidikan Siswa
A
A
A
DEPOK - Pemerintah melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) menjamin keberlanjutan pendidikan siswa ke jenjang selanjutnya. Dengan demikian, siswa akan bisa menamatkan sekolah tanpa ada kendala biaya. Program Indonesia Pintar (PIP) melalui pemberian KIP merupakan salah satu program pemerintah yang menyentuh langsung kepentingan masyarakat.“KIP ini memiliki dampak yang sangat signifikan karena memiliki pengaruh pada kepentingan masyarakat,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam konferensi pers penutupan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) di Pusdiklat Kemendikbud, Sawangan, Depok, Jawa Barat, kemarin.
Muhadjir menjelaskan, di masa terakhir pemerintahan Kabinet Kerja ini KIP akan ditata ulang meski sampai saat ini penyaluran maupun pencairannya tidak menemui kendala berarti. KIP akan terus dievaluasi terutama untuk menjamin tidak ada siswa-siswi di Indonesia yang drop out karena keterbatasan biaya.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini melanjutkan, KIP juga akan lebih menjamin siswa untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Hal ini juga diperkuat dengan program Wajib Belajar 12 Tahun sehingga seluruh anak usia sekolah bisa menamatkan sekolah hingga sekolah menengah atas.
Sebelumnya Mendikbud menyatakan angka partisipasi murni (APM) di jenjang SD sudah 100%, tingkat SMP 80%, dan SMA/SMK 60%.
Di lokasi yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Harbiyah mengakui PIP telah memberikan dampak besar bagi masyarakat.
Tidak hanya memberikan manfaat bagi siswa dan orang tua, tetapi juga terhadap pemerintah daerah dalam mewujudkan pemerataan pendidikan. “Dengan dana manfaat PIP siswa lebih semangat sekolah karena sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pendidikan mereka,” ucapnya.
Harbiyah memaparkan, pihaknya terus memberikan motivasi kepada penerima KIP agar bersemangat sekolah, pintar, dan menggunakan dananya sesuai peruntukan. Saat ini para siswa penerima KIP di Nagan Raya menggunakan dananya untuk membeli sepatu, seragam sekolah, atau perlengkapan sekolah lainnya.
“Di daerah kami awalnya ada siswa yang bersekolah menggunakan sandal, bahkan ada yang tanpa alas kaki. Akan tetapi, setelah menerima dana manfaat PIP, mereka sudah menggunakan sepatu semua,” jelasnya.
Hingga saat ini penyaluran KIP kepada siswa di Kabupaten Nagan Raya sudah hampir 100%. Dengan jumlah penerima pada tingkat SD sebanyak 7.720 siswa dan SMP sebanyak 3.753 siswa. Penyaluran dana manfaat PIP langsung ke rekening siswa melalui bank penyalur.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Amir Wonda mengemukakan PIP menjadi salah satu program unggulan yang dapat menarik anak-anak putus sekolah kembali ke sekolah di wilayahnya.
“Tidak hanya siswa yang merasakan manfaat dari PIP, tetapi juga dapat meringankan beban orang tua dalam membiayai kebutuhan pendidikan anak. Bagi daerah, PIP turut meningkatkan partisipasi sekolah di tiap daerah,” katanya.
Dengan ada program yang mulai diluncurkan pada 2014 ini, Amir Wonda berharap angka putus sekolah dapat ditekan, baik dari wilayah paling timur hingga paling barat Indonesia. Tidak hanya di daerah perkotaan, program ini juga menyasar daerah-daerah di pelosok, termasuk daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Dalam penyaluran PIP di Kabupaten Puncak Jaya, lanjut dia, terdapat sedikit kendala keamanan dan kondisi geografis. Meski demikian, pemda terus berusaha mengedukasi masyarakat akan pentingnya pendidikan dan tujuan serta manfaat PIP melalui berbagai macam sosialisasi.
Dia pun berharap PIP dapat terus diprogramkan pada tahun-tahun berikutnya karena sangat membantu memberikan layanan prima pendidikan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. “Sebab manfaat dasar dari program ini sangat baik untuk membantu anak-anak dari keluarga tidak mampu untuk terus melanjutkan pendidikannya,” pungkasnya.
Muhadjir menjelaskan, di masa terakhir pemerintahan Kabinet Kerja ini KIP akan ditata ulang meski sampai saat ini penyaluran maupun pencairannya tidak menemui kendala berarti. KIP akan terus dievaluasi terutama untuk menjamin tidak ada siswa-siswi di Indonesia yang drop out karena keterbatasan biaya.
Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini melanjutkan, KIP juga akan lebih menjamin siswa untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Hal ini juga diperkuat dengan program Wajib Belajar 12 Tahun sehingga seluruh anak usia sekolah bisa menamatkan sekolah hingga sekolah menengah atas.
Sebelumnya Mendikbud menyatakan angka partisipasi murni (APM) di jenjang SD sudah 100%, tingkat SMP 80%, dan SMA/SMK 60%.
Di lokasi yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nagan Raya, Aceh, Harbiyah mengakui PIP telah memberikan dampak besar bagi masyarakat.
Tidak hanya memberikan manfaat bagi siswa dan orang tua, tetapi juga terhadap pemerintah daerah dalam mewujudkan pemerataan pendidikan. “Dengan dana manfaat PIP siswa lebih semangat sekolah karena sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pendidikan mereka,” ucapnya.
Harbiyah memaparkan, pihaknya terus memberikan motivasi kepada penerima KIP agar bersemangat sekolah, pintar, dan menggunakan dananya sesuai peruntukan. Saat ini para siswa penerima KIP di Nagan Raya menggunakan dananya untuk membeli sepatu, seragam sekolah, atau perlengkapan sekolah lainnya.
“Di daerah kami awalnya ada siswa yang bersekolah menggunakan sandal, bahkan ada yang tanpa alas kaki. Akan tetapi, setelah menerima dana manfaat PIP, mereka sudah menggunakan sepatu semua,” jelasnya.
Hingga saat ini penyaluran KIP kepada siswa di Kabupaten Nagan Raya sudah hampir 100%. Dengan jumlah penerima pada tingkat SD sebanyak 7.720 siswa dan SMP sebanyak 3.753 siswa. Penyaluran dana manfaat PIP langsung ke rekening siswa melalui bank penyalur.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Amir Wonda mengemukakan PIP menjadi salah satu program unggulan yang dapat menarik anak-anak putus sekolah kembali ke sekolah di wilayahnya.
“Tidak hanya siswa yang merasakan manfaat dari PIP, tetapi juga dapat meringankan beban orang tua dalam membiayai kebutuhan pendidikan anak. Bagi daerah, PIP turut meningkatkan partisipasi sekolah di tiap daerah,” katanya.
Dengan ada program yang mulai diluncurkan pada 2014 ini, Amir Wonda berharap angka putus sekolah dapat ditekan, baik dari wilayah paling timur hingga paling barat Indonesia. Tidak hanya di daerah perkotaan, program ini juga menyasar daerah-daerah di pelosok, termasuk daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Dalam penyaluran PIP di Kabupaten Puncak Jaya, lanjut dia, terdapat sedikit kendala keamanan dan kondisi geografis. Meski demikian, pemda terus berusaha mengedukasi masyarakat akan pentingnya pendidikan dan tujuan serta manfaat PIP melalui berbagai macam sosialisasi.
Dia pun berharap PIP dapat terus diprogramkan pada tahun-tahun berikutnya karena sangat membantu memberikan layanan prima pendidikan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. “Sebab manfaat dasar dari program ini sangat baik untuk membantu anak-anak dari keluarga tidak mampu untuk terus melanjutkan pendidikannya,” pungkasnya.
(don)