Literasi Keuangan Harus Diajarkan Sejak Dini

Kamis, 21 Februari 2019 - 08:17 WIB
Literasi Keuangan Harus Diajarkan Sejak Dini
Literasi Keuangan Harus Diajarkan Sejak Dini
A A A
JAKARTA - Tingkat literasi keuangan di Indonesia masih rendah. Oleh karena itu, pendidikan tentang literasi keuangan pun perlu dikenalkan sejak dini.

Direktur Pembinaan Sekolah Dasar (SD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Khamim mengatakan, ada enam literasi dasar harus dikuasai anak Indonesia, yakni baca tulis, numerasi, sains, digital, kewargaan, dan finansial. “Bangsa Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagaimana kecakapan (yang harus dikuasai) abad 21,” katanya pada Peluncuran dan Pelatihan Guru Program Pendidikan Cerdas Keuangan Kurikulum Cha-Ching, di Kantor Kemendikbud, Jakarta, kemarin.

Khamim menerangkan, literasi keuangan penting dikenalkan sejak dini kepada siswa. Sebab akan tercipta perilaku anak untuk menggunakan uang yang diterimanya dengan efisien. Dia pun menyambut baik program literasi keuangan yang sudah diajarkan di Sidoarjo dan akan lebih luas lagi di Jakarta.

Dia menjelaskan, program literasi keuangan ini bisa diperluas kepada guru di seluruh Indonesia melalui skema training of trainer (TOT). Skema ini berupa mengundang 514 guru dari SD rujukan yang ada di masing-masing kabupaten untuk dilatih Kurikulum Cha-Ching itu melalui kelompok kerja guru (KKG). Nanti guru yang dilatih itulah akan ditugaskan untuk mendiseminasikan ilmu yang sudah didapat kepada guru-guru lain.

“Jadi, apa yang sudah dilakukan di Jakarta dan Sidoarjo ini bisa menjadi dasar tindak lanjut. Harapan saya, program ini bisa dilanjutkan dengan model TOT,” katanya.

Dasar pengajaran dari Kurikulum Cha-Ching adalah menanamkan empat konsep utama dalam pengelolaan uang, yaitu memperoleh (earn), menyimpan (save), membelanjakan (spend), dan menyumbangkan (donate), dalam kehidupan sehari-hari siswa. Tujuan dari pendidikan keuangan sejak dini adalah memberikan pemahaman dasar mengenai pentingnya nilai uang sehingga anak-anak diharapkan bisa membuat keputusan finansial yang lebih baik saat dewasa.

Kurikulum Cha-Ching ini sejalan dengan studi dari University of Cambridge yang mengungkapkan bahwa anak-anak mulai membentuk kebiasaan finansial sejak usia 7 tahun. Karena itu, sangat penting memberikan pemahaman dasar mengenai keuangan sejak usia tersebut.

Sebelumnya literasi keuangan bagi siswa SD ini dikenalkan di Sidoarjo pada 2017 di 602 sekolah dan menjangkau lebih dari 29.000 siswa SD dan 969 guru. Selanjutnya pada 2018, Kurikulum Cha-Ching diperkenalkan di 221 sekolah di Jakarta dengan capaian 14.062 murid dan 466 guru. Hingga tahun 2020 mendatang, Cha-Ching ditargetkan bisa menjangkau 92.000 siswa di 1.546 sekolah di Jakarta.

Executive Director Prudence Foundation Marc Fancy mengatakan, pihaknya memiliki misi menjamin masa depan komunitas di wilayah Asia termasuk Indonesia dengan memajukan bidang pendidikan, kesehatan, dan keselamatan. Dia mengatakan, bidang pendidikan mempunyai peran sangat fundamental dalam pembangunan sumber daya manusia. Dengan populasi golongan menengah dunia yang diperkirakan akan naik dari 1,8 miliar pada 2009 menjadi 4,9 miliar pada 2030 karena 66% di antaranya berasal dari Asia.

“Dan juga mengingat peningkatan inklusi keuangan yang pesat adalah suatu keharusan bagi semua individu untuk membekali diri dengan pengetahuan dan pemahaman tentang keuangan untuk menjamin keberhasilan mereka di masa depan,” katanya.

Government Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo Sharia menambahkan, pihaknya terus berkomitmen mendukung usaha pemerintah dalam meningkatkan literasi serta inklusi keuangan masyarakat Indonesia. “Terutama anak-anak di tingkat sekolah dasar, salah satunya melalui program Cha-Ching,” ujarnya. (Neneng Zubaidah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7829 seconds (0.1#10.140)