Teliti Prilaku Guru, Anak Petani Berhasil Raih Gelar Doktor
A
A
A
JAKARTA - Kisah pria asal Ciamis, Jawa Barat ini, dalam meraih pendidikan S3 merupakan bukti pencapaian sebuah impian. Adjat Wiratma, berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Perjuangan gigih untuk meraih pendidikan, tidak lepas dari semangat orang tuanya yang adalah petani. Adjat adalah anak bungsu dari lima bersaudara yang dibesarkan dengan kesederhanaan. Kerja keras orang tuanya, mengantarkan ia ke bangku kuliah selepas lulus SMA, padahal kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan, bahkan kakak-kakaknya pun tidak ada yang kuliah. Tapi, rezeki masing-masing berbeda.
"Mungkin mereka (orang tua) tahu, saya pernah menangis dihadapan kakak sangat mengemukakan keinginan untuk kuliah, hingga akhirnya mereka menginzikan ke Bandung untuk mendaftar. Waktu itu sudah memasuki masa akhir penutupan pendaftaran. Entah uang dari mana, waktu itu saya sih senang saja," ujar Adjat.
"Di keluarga itu tidak ada yang sekolah sampai SMA, saya itu paling tinggi bisa sekolah sampai SMA, tapi saya bersikeras ingin kuliah," tambahnya.
Selagi duduk di bangku SMA, dia memang terbilang aktif, prestasi dikelasnya tidaklah buruk. Sempat mendapat undangan PMDK dari Perguruan Tinggi di Jawa Tengah, tapi tidak diambilnya karena tidak diizinkan orang tuanya.
Mengikuti pesan Bapak dan Mamak, begitulah Adjat memanggil orangtuanya, saat masuk kuliah dia selalu semangat untuk belajar hingga menjadi juara, mahasiswa berprestasi dua tahun berturut-turun, dapat beasiswa, hingga lulus dengan IPK tertinggi.
"Belajar yang rajin, enggak usah mikir biaya. Biar emak dan bapak yang usaha," kenangnya.
Pesan itu menjadi pemecut, setelah lulus S1 Adjat langsung mencari kerja. Bidangnya tidak sesuai dengan ilmu hukum yang digelutinya. "Yang terpenting waktu itu bisa kerja tidak membebani orang tua," ujarnya.
Ternyata pekerjaannya sebagai jurnalis televisi, ia nikmati hingga kini. Disela kesibukanya bekerja, pria kelahiran 1982 ini memutuskan untuk melanjutkan kuliah S2, ia pun lulus cumlaude, hingga kemudian seorang dosen pembimbing menyarankannya untuk melajutkan S3 di universitas yang sama, UNJ.
Adjat mengambil program studi Manajemen Pendidikan, usahanya itu kini membuahkan hasil. Mengangkat penelitian tentang perilaku guru, ia lulus meraih gelar doktor, dalam sidang terbuka yang dilaksanakan Februari 2019 dengan sangat memuaskan.
"Ini adalah pencapaian yang didedikasikan untuk kedua orang tua, yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk kuliah dulu, hingga saya bisa mandiri, dan bisa melanjutkan kuliah hingga S3," katanya.
Di bidang pendidikan, Adjat juga adalah seorang guru relawan, di sekolah gratis Ibu Guru Kembar. Tanpa dibayar, di tengah kesibukannya sebagai jurnalis, Adjat masih mau membagi waktu untuk mengajar anak-anak kurang mampu sebagai guru PAUD. Menurut Adjat pendidikan itu penting bagi anak-anak Indonesia, terutama anak-anak kurang mampu. Karena dengan pendidikan, mereka bisa memperbaiki kehidupan mereka yang sekarang.
"Melalui pendidikan, kita bisa bermimpi, keluar dari kehidupan kita sekarang," pungkasnya.
Perjuangan gigih untuk meraih pendidikan, tidak lepas dari semangat orang tuanya yang adalah petani. Adjat adalah anak bungsu dari lima bersaudara yang dibesarkan dengan kesederhanaan. Kerja keras orang tuanya, mengantarkan ia ke bangku kuliah selepas lulus SMA, padahal kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan, bahkan kakak-kakaknya pun tidak ada yang kuliah. Tapi, rezeki masing-masing berbeda.
"Mungkin mereka (orang tua) tahu, saya pernah menangis dihadapan kakak sangat mengemukakan keinginan untuk kuliah, hingga akhirnya mereka menginzikan ke Bandung untuk mendaftar. Waktu itu sudah memasuki masa akhir penutupan pendaftaran. Entah uang dari mana, waktu itu saya sih senang saja," ujar Adjat.
"Di keluarga itu tidak ada yang sekolah sampai SMA, saya itu paling tinggi bisa sekolah sampai SMA, tapi saya bersikeras ingin kuliah," tambahnya.
Selagi duduk di bangku SMA, dia memang terbilang aktif, prestasi dikelasnya tidaklah buruk. Sempat mendapat undangan PMDK dari Perguruan Tinggi di Jawa Tengah, tapi tidak diambilnya karena tidak diizinkan orang tuanya.
Mengikuti pesan Bapak dan Mamak, begitulah Adjat memanggil orangtuanya, saat masuk kuliah dia selalu semangat untuk belajar hingga menjadi juara, mahasiswa berprestasi dua tahun berturut-turun, dapat beasiswa, hingga lulus dengan IPK tertinggi.
"Belajar yang rajin, enggak usah mikir biaya. Biar emak dan bapak yang usaha," kenangnya.
Pesan itu menjadi pemecut, setelah lulus S1 Adjat langsung mencari kerja. Bidangnya tidak sesuai dengan ilmu hukum yang digelutinya. "Yang terpenting waktu itu bisa kerja tidak membebani orang tua," ujarnya.
Ternyata pekerjaannya sebagai jurnalis televisi, ia nikmati hingga kini. Disela kesibukanya bekerja, pria kelahiran 1982 ini memutuskan untuk melanjutkan kuliah S2, ia pun lulus cumlaude, hingga kemudian seorang dosen pembimbing menyarankannya untuk melajutkan S3 di universitas yang sama, UNJ.
Adjat mengambil program studi Manajemen Pendidikan, usahanya itu kini membuahkan hasil. Mengangkat penelitian tentang perilaku guru, ia lulus meraih gelar doktor, dalam sidang terbuka yang dilaksanakan Februari 2019 dengan sangat memuaskan.
"Ini adalah pencapaian yang didedikasikan untuk kedua orang tua, yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk kuliah dulu, hingga saya bisa mandiri, dan bisa melanjutkan kuliah hingga S3," katanya.
Di bidang pendidikan, Adjat juga adalah seorang guru relawan, di sekolah gratis Ibu Guru Kembar. Tanpa dibayar, di tengah kesibukannya sebagai jurnalis, Adjat masih mau membagi waktu untuk mengajar anak-anak kurang mampu sebagai guru PAUD. Menurut Adjat pendidikan itu penting bagi anak-anak Indonesia, terutama anak-anak kurang mampu. Karena dengan pendidikan, mereka bisa memperbaiki kehidupan mereka yang sekarang.
"Melalui pendidikan, kita bisa bermimpi, keluar dari kehidupan kita sekarang," pungkasnya.
(mhd)