Program Studi Apoteker Spesialis Nuklir Mulai Dirintis
A
A
A
BANDUNG - Seiring pesatnya perkembangan teknologi dalam dunia kesehatan, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) tengah merancang naskah akademik program studi (prodi) apoteker spesialis nuklir guna memenuhi kebutuhan praktisi kesehatan berbasis nuklir.
Ilmu kedokteran berbasis nuklir kini berkembang pesat seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. Sehingga, apoteker spesialis nuklir pun ke depan akan semakin dibutuhkan.
“Jadi, apoteker spesialis nuklir itu bergerak di bidang farmasi nuklir seiring perkembangan ilmu kedokteran berbasis nuklir. Bicara nuklir bukan hanya selalu bahan peledak, nuklir itu satu zat yang juga bisa digunakan untuk kesehatan,” kata Ketua IAI Nurul Falah Eddy Pariang saat konferensi pers Rapat Kerja Nasional dan Pertemuan Ilmiah Nasional 2019 di Bandung, Jawa Barat, kemarin.
Eddy menerangkan, dengan kemampuan ilmu farmasi berbasis nuklir tersebut, apoteker-apoteker spesialis nuklir tersebut akan menyiapkan sediaan-sediaan farmasi berbahan nuklir yang sangat berbeda dengan sediaan-sediaan obat konvensional.
“Dokternya melakukan diagnosis berdasarkan kedokteran nuklir. Sementara apoteker menyiapkan sediaan-sediaan farmasi nuklir. Farmasi nuklir biasanya waktunya sangat pendek. Begitu disiapkan, sekitar 3 jam sudah expired, tapi itu pengobatan yang efektif,” terangnya.
Lebih jauh Eddy mengatakan, di Indonesia sendiri, ilmu kedokteran nuklir sudah mulai berkembang. Namun, untuk apoteker spesialis nuklir, baru pada tahap perencanaan. Oleh karena itu, IAI tengah menyusun prodi apoteker spesialis nuklir guna memenuhi kebutuhan apoteker spesialis nuklir.
“Dalam penyusunan prodi ini, kita berkolaborasi dengan teman-teman dari kedokteran nuklir,” katanya seraya menyebut, prodi apoteker spesialis nuklir rencananya akan mulai dibuka di Universitas Padjadjaran Bandung.
Terkait pelaksanaan Rapat Kerja Nasional dan Pertemuan Ilmiah Nasional 2019, Eddy mengatakan, rapat dan pertemuan yang mengusung tema "Enhancing Public Access to Pharmatcists In Digital Era" itu digelar dalam rangka singkronisasi kinerja antara pengurus IAI, Majelis IAI, dan anggota IAI lain. Selain itu, dibahas juga kesejahteraan apoteker di Indonesia.
“Juga dibahas program sistem informasi apoteker, program ini akan memudahkan apoteker dalam administrasi, dan peningkatan kompetensi apoterker,” katanya.
Dirjen Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Engko Sosialine Magdalen yang turut hadir dalam kegiatan itu memastikan, pihaknya siap merealisasikan kebutuhan-kebutuhan terkait penerapan ilmu kesehatan berbasis nuklir. “Kalau ada kebutuhan, maka pemerintah wajib merealisasikan kebutuhan tersebut. Saya tahu kedokteran nuklir kan sudah lama berkembang, mesti ada obat-obatannya juga,” ujarnya. (Agung Bakti Sarasa)
Ilmu kedokteran berbasis nuklir kini berkembang pesat seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. Sehingga, apoteker spesialis nuklir pun ke depan akan semakin dibutuhkan.
“Jadi, apoteker spesialis nuklir itu bergerak di bidang farmasi nuklir seiring perkembangan ilmu kedokteran berbasis nuklir. Bicara nuklir bukan hanya selalu bahan peledak, nuklir itu satu zat yang juga bisa digunakan untuk kesehatan,” kata Ketua IAI Nurul Falah Eddy Pariang saat konferensi pers Rapat Kerja Nasional dan Pertemuan Ilmiah Nasional 2019 di Bandung, Jawa Barat, kemarin.
Eddy menerangkan, dengan kemampuan ilmu farmasi berbasis nuklir tersebut, apoteker-apoteker spesialis nuklir tersebut akan menyiapkan sediaan-sediaan farmasi berbahan nuklir yang sangat berbeda dengan sediaan-sediaan obat konvensional.
“Dokternya melakukan diagnosis berdasarkan kedokteran nuklir. Sementara apoteker menyiapkan sediaan-sediaan farmasi nuklir. Farmasi nuklir biasanya waktunya sangat pendek. Begitu disiapkan, sekitar 3 jam sudah expired, tapi itu pengobatan yang efektif,” terangnya.
Lebih jauh Eddy mengatakan, di Indonesia sendiri, ilmu kedokteran nuklir sudah mulai berkembang. Namun, untuk apoteker spesialis nuklir, baru pada tahap perencanaan. Oleh karena itu, IAI tengah menyusun prodi apoteker spesialis nuklir guna memenuhi kebutuhan apoteker spesialis nuklir.
“Dalam penyusunan prodi ini, kita berkolaborasi dengan teman-teman dari kedokteran nuklir,” katanya seraya menyebut, prodi apoteker spesialis nuklir rencananya akan mulai dibuka di Universitas Padjadjaran Bandung.
Terkait pelaksanaan Rapat Kerja Nasional dan Pertemuan Ilmiah Nasional 2019, Eddy mengatakan, rapat dan pertemuan yang mengusung tema "Enhancing Public Access to Pharmatcists In Digital Era" itu digelar dalam rangka singkronisasi kinerja antara pengurus IAI, Majelis IAI, dan anggota IAI lain. Selain itu, dibahas juga kesejahteraan apoteker di Indonesia.
“Juga dibahas program sistem informasi apoteker, program ini akan memudahkan apoteker dalam administrasi, dan peningkatan kompetensi apoterker,” katanya.
Dirjen Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Engko Sosialine Magdalen yang turut hadir dalam kegiatan itu memastikan, pihaknya siap merealisasikan kebutuhan-kebutuhan terkait penerapan ilmu kesehatan berbasis nuklir. “Kalau ada kebutuhan, maka pemerintah wajib merealisasikan kebutuhan tersebut. Saya tahu kedokteran nuklir kan sudah lama berkembang, mesti ada obat-obatannya juga,” ujarnya. (Agung Bakti Sarasa)
(nfl)