Beasiswa Bidikmisi Bisa Entaskan Rantai Kemiskinan

Selasa, 09 April 2019 - 08:27 WIB
Beasiswa Bidikmisi Bisa...
Beasiswa Bidikmisi Bisa Entaskan Rantai Kemiskinan
A A A
JEMBER - Pemerintah menaikkan kembali kuota beasiswa Bidikmisi dari 90.000 menjadi 130.000 tahun ini. Beasiswa ini penting karena bisa memutus rantai kemiskinan.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, kepada seluruh lulusan sekolah menengah dan sederajat dari kalangan tidak mampu untuk mendaftarkan diri ke perguruan tinggi melalui jalur beasiswa Bidikmisi. Menteri Nasir menyatakan, program beasiswa ini dipastikan dapat memutus rantai kemiskinan di keluarga mereka serta mengurangi angka pengangguran di masa depan.

"Kalau seseorang semakin pintar, pasti dia akan mampu menggerakkan ekonomi. Economic capacity and analysis-nya pasti akan lebih baik. SDM yang punya pendidikan lebih baik, dia akan menerima tantangan global dan beradaptasi dengan lebih mudah. Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang semakin tinggi, akan dipastikan mampu berinovasi lebih baik," katanya setelah kuliah umum Peningkatan 'Softskill' Mahasiswa Program Bidikmisi dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0" di Universitas Jember (UNEJ).

Nasir menyatakan Pemerintah mengalokasikan program beasiswa Bidikmisi bagi mahasiswa dan mahasiswi yang kurang mampu, untuk menekan angka kemiskinan dan angka pengangguran di Indonesia, terutama dalam empat tahun terakhir.

"Jangan sampai pada saat Indonesia mendapat bonus demografi, sumber daya manusia (SDM)-nya tidak berkualitas, karena jika hal itu terjadi malah akan menjadi malapetaka di Indonesia. Bukan kemiskinan semakin mengecil, tapi akan melebar. Oleh sebab itu Negara selalu hadir, melalui pemberian program beasiswa," ungkapya.

Mantan rektor Undip ini menyatakan, pemerintah telah meningkatkan kuota penerima beasiswa Bidikmisi untuk mahasiswa dan mahasiswi baru dari 90.000 pada tahun 2018 menjadi 130.000 di tahun 2019. Menristekdikti juga menyatakan adanya beasiswa ini merupakan suatu langkah yang sudah benar untuk meningkatkan akses dan prestasi. Sebab tingkat prestasi akademik yang diperoleh mahasiswa Bidikmisi pun sangat tinggi. Setelah lulus pun mereka banyak yang menjadi pekerja professional dan sukses dibidang lain.

"Yang gagal (lulus) hanya 1 % dari program Bidikmisi. 99% berhasil lulus. Sebagai contoh di Universitas Jember ini, ada anak-anak Bidikmisi yang IPK-nya 3,95. Anak Teknik Sipil yang IPK-nya 3,98. Hal ini tidak mudah, untuk mendapatkan IPK di atas 3.0. Di rumpun sosial tadi ada IPK yang 4.0. Bagaimana mereka belajar itu, sangat luar biasa dan benar-benar memberikan inspirasi bagi mahasiswa mahasiswi lainnya. Sungguh saya sangat mengapresiasi mereka," ungkap Menristekdikti.

Guru besar bidang akuntansi ini menyatakan kunci keberhasilan mahasiswa dan mahasiswi Bidikmisi, terletak pada daya tahan mereka dalam menghadapi tantangan di perguruan tinggi dan dunia kerja. Walaupun mereka biasa hidup kurang mampu, katanya, tetapi hal ini memberikan nilai positif karena otomatis membangun 'karakter daya juang yang tangguh dan keras.

"Mahasiswa mahasiswi Bidikmisi itu memang berasal dari keluarga kurang mampu, tapi Negara selalu hadir untuk mereka, sehingga mereka seperti mendapatkan angin segar dan percaya diri, melalui program beasiswa Bidikmisi. Dengan adanya program beasiswa ini, daya tahan mereka sangat tinggi,’ jelasnya.

Dihadapan para mahasiswa, Menristekdikti mengaku bahwa dirinya dulu turut berjuang saat berkuliah di Universitas Diponegoro. Dia menuturkan, orangtuanya adalah petani yang tidak mampu membiayai kuliah di Undip. Hingga akhirnya diapun kuliah sambil bekerja. Nasir mengungkapkan, dia tidak pernah bermimpi dari hanya anak petani kini dia bisa menjadi menteri. Dia pun berharap, seluruh mahasiswa Bidikmisi memiliki daya juang hidup tinggi dan percaya bahwa dengan ilmu yang dimiliki akan mampu mengantar menjadi orang sukses.

Rektor Universitas Jember Mohammad Hasan, juga turut mengapresiasi mahasiswa dan mahasiswi Bidikmisi yang rata-rata berhasil lulus dengan baik dan mudah diterima di lapangan kerja. Dia menjelaskan, kampusnya teah meluluskan 2.200 sarjana program Bidikmisi. Saat ini mereka bekerja di sector pemerintahan, swasta dan bahkan sudah ada yang berprofesi menjadi dokter.

Pengamat Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia Said Hamid Hasan berpendapat, Bidikmisi adalah afirmasi yang bagus dari pemerintah kepada mahasiswa kelas ekonomi rendah. Dia mendukung peningkatan kuota penerima namun sebaiknya jurusannya diarahkan pada bidang yang dibutuhkan bangsa. Seperti guru, dokter, pengacara, insinyur, pebisnis dan wirausahawan.

Selain itu pemberian beasiswa Bidikmisi harus berdasarkan kebutuhan bangsa. Termasuk juga untuk menjaring penerima yang bisa membangun daerahnya. Sementara itu agar mahasiswa itu bisa mengikuti program perkuliahan dengan baik maka harus ada penyamaan kemampuan mahassiwa yang direkrut dari daerah 3T sebab banyak dari mereka berasal dari berbagai daerah dengan kualitas layanan yang tidak sama. (Neneng Zubaidah)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0421 seconds (0.1#10.140)