Transformasi Digital Menu Wajib Mahasiswa
A
A
A
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin cepat mau tidak mau harus diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang handal pula. Jika tidak, bukan tidak mungkin akan tersingkir dari persaingan global.
Terutama di era revolusi industri 4.0 ini, di mana perkembangan teknologi berjalan dengan cepatnya. Kondisi ini pun memicu dan berdampak pada pendidikan di Indonesia. Untuk menyiapkan generasi yang mampu menghadapi itu semua, kampus pun mulai berlomba-lomba menyusun strategi.
Mulai dari kurikulum berbasis teknologi digital hingga membuka jurusan-jurusan baru. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Panut Mulyana mengatakan, tidak bisa dipungkiri bahwa di era revolusi industri 4.0 ini, kalangan akademisi harus menyiapkan semuanya dengan baik.
Akademisi, ujarnya, harus menyesuaikan diri dengan perkembangan era industri 4.0 ini. UGM pun, ungkapnya, juga telah menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan global yang makin ketat ini. Di antaranya dengan menyiapkan program pendidikan khusus, yaitu menjadikan kuliah transformasi digital (big data, internet optic, bahasa pemograman, dan coding) menjadi kuliah wajib yang harus diikuti seluruh mahasiswa di UGM.
“Era digital ini, empat hal itu, (big data, internet optic, bahasa pemograman, dan coding) menjadi hal penting. Sehingga mahasiswa harus menguasainya,” ungkapnya.
Meski demikian, menurut Panut, UGM tidak membuat program studi yang spesifik. Namun lebih memperkaya program studi (prodi) dengan mata kuliah yang memberikan warna dan kebutuhan saat ini. Sebab, jika dengan membuat prodi spesifik, maka justru malah mempersempit ruang pembelajaran. “Prodi baru yang spesifik punya kelemahan, yaitu bahwa ilmu yang didalami terlalu sempit, sehingga tidak baik untuk S1 yang harus tahu banyak. Meski begitu, hal sepesifik untuk era saat ini seperti big data, coding,internal optic, dan bahasa pemograman juga harus tahu secara umum,” tandasnya.
Karena itu, UGM menyesuaikan konteks pembelajaran lebih kepada evaluasi kurikulum. Apalagi, nama prodi bukan hanya mengikuti tren dunia semata, namun juga harus memiliki standar. Seperti di engineering, UGM harus melalui akreditasi internasional, di mana nama prodi tersebut bisa diakrediasi dan sudah ada daftarnya.
“Prodi yang lebih spesifik namun tidak mengikuti tren dunia, keterakuan di dunia internasional, maka akan sulit. Jadi, lebih baik nama prodi mengikuti tren dunia tapi kontennya tidak ketinggalan,” paparnya. Rektor Insititut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Dr Ir Mochamad Ashari mengatakan, ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan perguruan tinggi untuk mampu mencetak lulusan yang bermutu.
Salah satu fokus yang ingin dikembangkan lulusan ITS dengan terjun dan partisipasi dalam bidang pertambangan di Indonesia. “Selama ini ITS punya SDM yang kompeten di bidang pertambangan, ada jurusan teknik geofisika dan teknik geomatika yang dapat memberikan sumbangsih teknologi dan inovasi di bidang ini secara berkelanjutan,” kata Ashari.
Dua jurusan itu, katanya, memang tidak banyak di Indonesia. Kesempatan bagi para mahasiswa untuk bisa berkembang di dunia pertambangan bisa terus diproduksi. Apalagi, potensi pertambangan di dunia masih cukup luas dan bisa memberikan andil bagi bangsa ini untuk terus berkembang. Doktor lulusan Curtin University Australia ini menambahkan, pihaknya juga ingin ITS menjadi research and innovative university.
“Jadi, ketika mahasiswa lulus, kita targetkan untuk dapat mengisi sumber daya di Indonesia termasuk di industri, pimpinan di lembaga, di kementerian, dan seterusnya. Kami ingin menghasilkan inovasi-inovasi yang berguna bagi bangsa Indonesia,” tandasnya. Bahkan, ITS membangun Science Techno Park (STP) sesuai yang ditargetkan oleh Kemenristekdikti.
Targetnya adalah 100 STP dan saat ini ITS sudah berjalan membangun STP tersebut dan akan lebih diintensifkan di lima tahun ke depan nantinya. ITS, lanjutnya, juga mendorong mahasiswa untuk menghasilkan inovasi. Karena itu, ITS akan menyesuaikan kurikulum nantinya. Terlebih saat ini semua universitas di Indonesia sedang menghadapi para mahasiswa generasi milenial dan tantangan baru di era revolusi industri 4.0.
“Kebutuhan sumber daya manusia di bidang industri saat ini lebih mencari dan mengutamakan orangorang yang inovatif dan ITS ingin mendorong mahasiswanya ke arah tersebut,” paparnya.
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Nasih mengatakan, pada era disrupsi teknologi dan industri 4.0, harus dipahami secara menyeluruh bagi kampus-kampus negeri. Termasuk Unair yang selama ini banyak menelorkan lulusan di bidang kesehatan. Ke depan, akan banyak tantangan yang harus disiapkan dengan baik. Salah satunya adanya kecerdasan buatan, pengembangan nanotechnology, big data, sampai internet of thingsyang harus direspons dengan baik oleh Unair.
“Kami harus punya solusi untuk mengabungkan physical domains, digital, dan biology,” kata Nasih. Makanya, pilihan yang bisa dikembangkan Unair menjadi kampus pusat pengembangan peneliti kesehatan.
Pihaknya pun diuntungkan dengan memiliki rumah sakit pendidikan, rumah sakit gigi dan mulut, pusat penelitian penyakit tropis, serta rumah sakit hewan. Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Arry Bainus mengatakan, kampusnya sudah mulai menyusun program studi kekinian untuk menghadapi era revolusi industri 4.0.
“Sejak 2017, kami sudah membuat prodi kekinian. Misalnya terkait bisnis digital, pemasaran digital, dan lainnya. Kami juga membuka program vokasi D4, yang program studinya diarahkan untuk industri di daerah,” ungkapnya.
Salah satu program vokasi Unpad yang baru dibuka adalah agro teknopreneur. Prodi ini disesuaikan dengan potensi pertanian di Jawa Barat. Harapannya, banyak lulusan perguruan tinggi mampu mengelaborasi pertanian menjadi komoditi unggul dan bernilai ekonomi tinggi. “Ranah keilmuan juga dibuat tidak konvensional lagi, tetapi setiap mahasiswanya memiliki banyak pengetahuan keilmuan. Karena, tantangan ke depan tidak cuma paham satu ilmu, tapi harus paham semua ilmu,” tandasnya.
Tidak hanya pertanian, Unpad juga menyesuaikan program studinya dengan perkembangan teknologi informasi masa kini yang mengedepankan artificial intelligence(AI).
“Kami juga punya program unggulan BUMN Center of Excellence. Ini sudah dirintis sejak 2016 untuk mendekatkan mahasiswa dengan dunia industri, terutama BUMN. Alhamdulilah realisasinya dalam bentuk kegiatanjob fair, kuliah umum BUMN, dan lainnya,” paparnya.
Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulububu mengatakan, pihaknya sudah melakukan sejumlah program menghadapi era industri 4.0. Seluruh sistem pembelajaran hingga pelayanan dibuat dengan berbasis teknologi informasi. “Semua pembelajaran dan pelayanan berbasis IT, misalnya dengan kita sudah pakai learning management system (LMS),” kata Dwia.
Menurut dia, dalam sistem pembelajaran telah dibuat lebih fleksibel sehingga interaksi dosen dan mahasiswa tidak hanya melalui ruang kelas saja. Sebab dengan LMS diskusi dan komunikasi, keduanya sudah bisa dilakukan melalui chating-an. Bahkan, Unhas saat ini membuka sejumlah program studi berbasis online. Salah satunya program pascasarjana spesifik bekerja sama dengan Dirjen Otoda. Peserta didik yang kebanyakan merupakan ASN pemda bisa mengikuti kelas jarak jauh berbasis blended learning .
“Kita membuka kelas khusus, jadi untuk program studi yang dari wilayah jauh bisa dengan blended learning , termasuk yang kerja sama kita dengan Ditjen Otoda, bagian kesehatan maupun manajemen. Jadi, teknologi IT sejak awal sudah menjadi komitmen kita,” katanya.
(Priyo Setiawan/Aan Haryono/Arif Budianto/Ahmad Anthoni / Mustafa Layong)
Terutama di era revolusi industri 4.0 ini, di mana perkembangan teknologi berjalan dengan cepatnya. Kondisi ini pun memicu dan berdampak pada pendidikan di Indonesia. Untuk menyiapkan generasi yang mampu menghadapi itu semua, kampus pun mulai berlomba-lomba menyusun strategi.
Mulai dari kurikulum berbasis teknologi digital hingga membuka jurusan-jurusan baru. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Panut Mulyana mengatakan, tidak bisa dipungkiri bahwa di era revolusi industri 4.0 ini, kalangan akademisi harus menyiapkan semuanya dengan baik.
Akademisi, ujarnya, harus menyesuaikan diri dengan perkembangan era industri 4.0 ini. UGM pun, ungkapnya, juga telah menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan global yang makin ketat ini. Di antaranya dengan menyiapkan program pendidikan khusus, yaitu menjadikan kuliah transformasi digital (big data, internet optic, bahasa pemograman, dan coding) menjadi kuliah wajib yang harus diikuti seluruh mahasiswa di UGM.
“Era digital ini, empat hal itu, (big data, internet optic, bahasa pemograman, dan coding) menjadi hal penting. Sehingga mahasiswa harus menguasainya,” ungkapnya.
Meski demikian, menurut Panut, UGM tidak membuat program studi yang spesifik. Namun lebih memperkaya program studi (prodi) dengan mata kuliah yang memberikan warna dan kebutuhan saat ini. Sebab, jika dengan membuat prodi spesifik, maka justru malah mempersempit ruang pembelajaran. “Prodi baru yang spesifik punya kelemahan, yaitu bahwa ilmu yang didalami terlalu sempit, sehingga tidak baik untuk S1 yang harus tahu banyak. Meski begitu, hal sepesifik untuk era saat ini seperti big data, coding,internal optic, dan bahasa pemograman juga harus tahu secara umum,” tandasnya.
Karena itu, UGM menyesuaikan konteks pembelajaran lebih kepada evaluasi kurikulum. Apalagi, nama prodi bukan hanya mengikuti tren dunia semata, namun juga harus memiliki standar. Seperti di engineering, UGM harus melalui akreditasi internasional, di mana nama prodi tersebut bisa diakrediasi dan sudah ada daftarnya.
“Prodi yang lebih spesifik namun tidak mengikuti tren dunia, keterakuan di dunia internasional, maka akan sulit. Jadi, lebih baik nama prodi mengikuti tren dunia tapi kontennya tidak ketinggalan,” paparnya. Rektor Insititut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Dr Ir Mochamad Ashari mengatakan, ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan perguruan tinggi untuk mampu mencetak lulusan yang bermutu.
Salah satu fokus yang ingin dikembangkan lulusan ITS dengan terjun dan partisipasi dalam bidang pertambangan di Indonesia. “Selama ini ITS punya SDM yang kompeten di bidang pertambangan, ada jurusan teknik geofisika dan teknik geomatika yang dapat memberikan sumbangsih teknologi dan inovasi di bidang ini secara berkelanjutan,” kata Ashari.
Dua jurusan itu, katanya, memang tidak banyak di Indonesia. Kesempatan bagi para mahasiswa untuk bisa berkembang di dunia pertambangan bisa terus diproduksi. Apalagi, potensi pertambangan di dunia masih cukup luas dan bisa memberikan andil bagi bangsa ini untuk terus berkembang. Doktor lulusan Curtin University Australia ini menambahkan, pihaknya juga ingin ITS menjadi research and innovative university.
“Jadi, ketika mahasiswa lulus, kita targetkan untuk dapat mengisi sumber daya di Indonesia termasuk di industri, pimpinan di lembaga, di kementerian, dan seterusnya. Kami ingin menghasilkan inovasi-inovasi yang berguna bagi bangsa Indonesia,” tandasnya. Bahkan, ITS membangun Science Techno Park (STP) sesuai yang ditargetkan oleh Kemenristekdikti.
Targetnya adalah 100 STP dan saat ini ITS sudah berjalan membangun STP tersebut dan akan lebih diintensifkan di lima tahun ke depan nantinya. ITS, lanjutnya, juga mendorong mahasiswa untuk menghasilkan inovasi. Karena itu, ITS akan menyesuaikan kurikulum nantinya. Terlebih saat ini semua universitas di Indonesia sedang menghadapi para mahasiswa generasi milenial dan tantangan baru di era revolusi industri 4.0.
“Kebutuhan sumber daya manusia di bidang industri saat ini lebih mencari dan mengutamakan orangorang yang inovatif dan ITS ingin mendorong mahasiswanya ke arah tersebut,” paparnya.
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof Nasih mengatakan, pada era disrupsi teknologi dan industri 4.0, harus dipahami secara menyeluruh bagi kampus-kampus negeri. Termasuk Unair yang selama ini banyak menelorkan lulusan di bidang kesehatan. Ke depan, akan banyak tantangan yang harus disiapkan dengan baik. Salah satunya adanya kecerdasan buatan, pengembangan nanotechnology, big data, sampai internet of thingsyang harus direspons dengan baik oleh Unair.
“Kami harus punya solusi untuk mengabungkan physical domains, digital, dan biology,” kata Nasih. Makanya, pilihan yang bisa dikembangkan Unair menjadi kampus pusat pengembangan peneliti kesehatan.
Pihaknya pun diuntungkan dengan memiliki rumah sakit pendidikan, rumah sakit gigi dan mulut, pusat penelitian penyakit tropis, serta rumah sakit hewan. Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Arry Bainus mengatakan, kampusnya sudah mulai menyusun program studi kekinian untuk menghadapi era revolusi industri 4.0.
“Sejak 2017, kami sudah membuat prodi kekinian. Misalnya terkait bisnis digital, pemasaran digital, dan lainnya. Kami juga membuka program vokasi D4, yang program studinya diarahkan untuk industri di daerah,” ungkapnya.
Salah satu program vokasi Unpad yang baru dibuka adalah agro teknopreneur. Prodi ini disesuaikan dengan potensi pertanian di Jawa Barat. Harapannya, banyak lulusan perguruan tinggi mampu mengelaborasi pertanian menjadi komoditi unggul dan bernilai ekonomi tinggi. “Ranah keilmuan juga dibuat tidak konvensional lagi, tetapi setiap mahasiswanya memiliki banyak pengetahuan keilmuan. Karena, tantangan ke depan tidak cuma paham satu ilmu, tapi harus paham semua ilmu,” tandasnya.
Tidak hanya pertanian, Unpad juga menyesuaikan program studinya dengan perkembangan teknologi informasi masa kini yang mengedepankan artificial intelligence(AI).
“Kami juga punya program unggulan BUMN Center of Excellence. Ini sudah dirintis sejak 2016 untuk mendekatkan mahasiswa dengan dunia industri, terutama BUMN. Alhamdulilah realisasinya dalam bentuk kegiatanjob fair, kuliah umum BUMN, dan lainnya,” paparnya.
Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulububu mengatakan, pihaknya sudah melakukan sejumlah program menghadapi era industri 4.0. Seluruh sistem pembelajaran hingga pelayanan dibuat dengan berbasis teknologi informasi. “Semua pembelajaran dan pelayanan berbasis IT, misalnya dengan kita sudah pakai learning management system (LMS),” kata Dwia.
Menurut dia, dalam sistem pembelajaran telah dibuat lebih fleksibel sehingga interaksi dosen dan mahasiswa tidak hanya melalui ruang kelas saja. Sebab dengan LMS diskusi dan komunikasi, keduanya sudah bisa dilakukan melalui chating-an. Bahkan, Unhas saat ini membuka sejumlah program studi berbasis online. Salah satunya program pascasarjana spesifik bekerja sama dengan Dirjen Otoda. Peserta didik yang kebanyakan merupakan ASN pemda bisa mengikuti kelas jarak jauh berbasis blended learning .
“Kita membuka kelas khusus, jadi untuk program studi yang dari wilayah jauh bisa dengan blended learning , termasuk yang kerja sama kita dengan Ditjen Otoda, bagian kesehatan maupun manajemen. Jadi, teknologi IT sejak awal sudah menjadi komitmen kita,” katanya.
(Priyo Setiawan/Aan Haryono/Arif Budianto/Ahmad Anthoni / Mustafa Layong)
(nfl)