Mensos Resmikan Perubahan Nama Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung
A
A
A
BANDUNG - Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita berpesan kepada segenap sivitas akademika Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) agar mempertajam kemampuan memecahkan masalah dan merebut peluang di dunia kerja.
“Saya optimistis, Poltekesos Bandung akan senantiasa mampu menjawab berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang yang dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Indonesia di era revolusi industri 4.0,” kata Mensos dalam sambutannya pada peresmian Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung, di Kampus Poltekesos, Bandung, Selasa (10/7/2019).
Mensos hadir untuk meresmikan perubahan nomenklatur Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) menjadi Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos).
Hadir dalam kesempatan ini Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Kepala Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial (BP3S) Harry Z. Soeratin, para pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di lingkungan Kementerian Sosial RI, dan Jawa Barat; para mantan Direktur/Ketua STKS Bandung; para Rektor/Ketua/Direktur/Dekan/Pimpinan Perguruan Tinggi di Bandung dan Jawa Barat, dan sejumah tamu undangan.
Terkait dengan perubahan nomenklatur ini, Mensos menyampaikan lima pesan penting bagi Poltekesos Bandung. Pertama soal mempertajam kemampuan tentang complex problem solving, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah di dalam dunia nyata.
Kedua, agar membelajarkan social skill, yaitu kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, kepekaan dalam memberikan bantuan, hingga emotional intelligence; Ketiga, membelajaran tentang process skill, yaitu kemampuan yang terdiri dari active listening,logical thinking dan monitoring self and the others.
Keempat, membelajarkan kemampuan system skill, yaitu kemampuan untuk dapat melakukan professional judgement, serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem dibuat dan dijalankan.
Kemudian kelima, membelajarkan tentang cognitive abilities, yaitu keterampilan yang meliputi antara lain cognitive flexibility,creativity, logical reasoning dan problem sensitivity.
Selanjutnya Mensos menekankan, Poltekesos Bandung memiliki peran penting dan sangat berpeluang dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan sanggup berkompetisi di dunia kerja. “Oleh karenanya, Poltekesos Bandung harus memiliki jejaring kerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang relevan dengan program studi,” katanya.
Pembangunan jejaring dibutuhkan untuk mendekatkan SDM yang dihasilkan agar relevan dengan kebutuhan LKS-nya. “Sekaligus untuk menjawab tantangan pasar kerja yang dinamis. Oleh sebab itu, Poltekesos Bandung jangan hanya mengajarkan mahasiswa dengan keterampilan lama,” kata Mensos.
Mensos meminta Poltekesos Bandung agar mendesain program studi yang relevan dengan dunia kerja, baik dari aspek kemampuan dosen, kurikulum, laboratorium dan semua peralatannya, serta kampus yang kondusif.
Tak lupa Mensos mengingatkan, pendidikan tinggi vokasi punya peran strategis dan berada di garda terdepan dalam penanganan usia angkatan kerja. “Lulusan program pendidikan tinggi vokasi tidak hanya menguasai Iptek, namun juga mandiri, terampil dan terlatih serta memenuhi tuntutan dunia industri atau dunia kerja,” kata Mensos.
Oleh karenanya, kata Mensos, lulusan pendidikan tinggi vokasi punya modal yang cukup dalam menghadapi persaingan regional maupun global. “Bahkan, secara khusus juga akan mampu menjawab tantangan yang muncul di era Revolusi Industri 4.0 ini,” kata Mensos.
Kini bahkan kemampuan vokasi Indonesia cukup menggembirakan. Mengutip survey Global Talent Competitiveness Index 2017. Indikator Vocational & Technical Skills Indonesia berperingkat paling baik di antara indikator-indikator lainnya.
“Indonesia menempati ranking 13 dari 27 di kelompok negara lower-middle income. Padahal fokus pemerintah selama ini dalam pengembangan vokasi dinilai masih kurang memadai,” kata Mensos.
Oleh karena itu, pendidikan vokasi di era Revolusi Industri 4.0 telah menjadi kesepakatan bersama dan selanjutnya menjadi bagian dari kebijakan pemerintah dalam penyiapan platform untuk mempermudah akses ke pasar kerja.
Dalam laporannya kepada Mensos, Kepala BP3S Harry Z. Soeratin menyatakan, acara ini bertujuan untuk memperkenalkan secara resmi nomenklatur baru Perguruan Tinggi di bawah Kementerian Sosial RI, yaitu STKS Bandung menjadi Poltekesos kepada seluruh sivitas akademika, seluruh stakeholder dan kepada masyarakat luas.
“Untuk selanjutnya Poltekesos Bandung menjadi identitas dan nama baru secara resmi dalam korespondensi akademik maupun nonakademik,” kata Harry Z. Soeratin.
Menurut Harry, perubahan nomenklatur dari STKS Bandung menjadi Poltekesos jalan dengan kebijakan Pemerintah melalui Kementerian Ristek Dikti. “Yakni agar melakukan perubahan kelembagaan dari Sekolah Tinggi menjadi Politeknik,” katanya.
Menurut Harry, perubahan kelembagaan Sekolah Tinggi menjadi Politeknik adalah suatu keniscayaan untuk meningkatkan peran pendidikan tinggi kementerian lain dalam mencetak dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai kebutuhan kementerian yang bersangkutan.
“Perubahan nomenklatur kelembagaan STKS Bandung menjadi Politeknik tentu saja menjadi suatu peristiwa monumental untuk disambut dengan sukacita oleh sivitas akademika, seluruh stakeholder dan kita semua,” katanya.
“Saya optimistis, Poltekesos Bandung akan senantiasa mampu menjawab berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang yang dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Indonesia di era revolusi industri 4.0,” kata Mensos dalam sambutannya pada peresmian Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung, di Kampus Poltekesos, Bandung, Selasa (10/7/2019).
Mensos hadir untuk meresmikan perubahan nomenklatur Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) menjadi Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos).
Hadir dalam kesempatan ini Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Kepala Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial (BP3S) Harry Z. Soeratin, para pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di lingkungan Kementerian Sosial RI, dan Jawa Barat; para mantan Direktur/Ketua STKS Bandung; para Rektor/Ketua/Direktur/Dekan/Pimpinan Perguruan Tinggi di Bandung dan Jawa Barat, dan sejumah tamu undangan.
Terkait dengan perubahan nomenklatur ini, Mensos menyampaikan lima pesan penting bagi Poltekesos Bandung. Pertama soal mempertajam kemampuan tentang complex problem solving, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah di dalam dunia nyata.
Kedua, agar membelajarkan social skill, yaitu kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, kepekaan dalam memberikan bantuan, hingga emotional intelligence; Ketiga, membelajaran tentang process skill, yaitu kemampuan yang terdiri dari active listening,logical thinking dan monitoring self and the others.
Keempat, membelajarkan kemampuan system skill, yaitu kemampuan untuk dapat melakukan professional judgement, serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah sistem dibuat dan dijalankan.
Kemudian kelima, membelajarkan tentang cognitive abilities, yaitu keterampilan yang meliputi antara lain cognitive flexibility,creativity, logical reasoning dan problem sensitivity.
Selanjutnya Mensos menekankan, Poltekesos Bandung memiliki peran penting dan sangat berpeluang dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan sanggup berkompetisi di dunia kerja. “Oleh karenanya, Poltekesos Bandung harus memiliki jejaring kerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang relevan dengan program studi,” katanya.
Pembangunan jejaring dibutuhkan untuk mendekatkan SDM yang dihasilkan agar relevan dengan kebutuhan LKS-nya. “Sekaligus untuk menjawab tantangan pasar kerja yang dinamis. Oleh sebab itu, Poltekesos Bandung jangan hanya mengajarkan mahasiswa dengan keterampilan lama,” kata Mensos.
Mensos meminta Poltekesos Bandung agar mendesain program studi yang relevan dengan dunia kerja, baik dari aspek kemampuan dosen, kurikulum, laboratorium dan semua peralatannya, serta kampus yang kondusif.
Tak lupa Mensos mengingatkan, pendidikan tinggi vokasi punya peran strategis dan berada di garda terdepan dalam penanganan usia angkatan kerja. “Lulusan program pendidikan tinggi vokasi tidak hanya menguasai Iptek, namun juga mandiri, terampil dan terlatih serta memenuhi tuntutan dunia industri atau dunia kerja,” kata Mensos.
Oleh karenanya, kata Mensos, lulusan pendidikan tinggi vokasi punya modal yang cukup dalam menghadapi persaingan regional maupun global. “Bahkan, secara khusus juga akan mampu menjawab tantangan yang muncul di era Revolusi Industri 4.0 ini,” kata Mensos.
Kini bahkan kemampuan vokasi Indonesia cukup menggembirakan. Mengutip survey Global Talent Competitiveness Index 2017. Indikator Vocational & Technical Skills Indonesia berperingkat paling baik di antara indikator-indikator lainnya.
“Indonesia menempati ranking 13 dari 27 di kelompok negara lower-middle income. Padahal fokus pemerintah selama ini dalam pengembangan vokasi dinilai masih kurang memadai,” kata Mensos.
Oleh karena itu, pendidikan vokasi di era Revolusi Industri 4.0 telah menjadi kesepakatan bersama dan selanjutnya menjadi bagian dari kebijakan pemerintah dalam penyiapan platform untuk mempermudah akses ke pasar kerja.
Dalam laporannya kepada Mensos, Kepala BP3S Harry Z. Soeratin menyatakan, acara ini bertujuan untuk memperkenalkan secara resmi nomenklatur baru Perguruan Tinggi di bawah Kementerian Sosial RI, yaitu STKS Bandung menjadi Poltekesos kepada seluruh sivitas akademika, seluruh stakeholder dan kepada masyarakat luas.
“Untuk selanjutnya Poltekesos Bandung menjadi identitas dan nama baru secara resmi dalam korespondensi akademik maupun nonakademik,” kata Harry Z. Soeratin.
Menurut Harry, perubahan nomenklatur dari STKS Bandung menjadi Poltekesos jalan dengan kebijakan Pemerintah melalui Kementerian Ristek Dikti. “Yakni agar melakukan perubahan kelembagaan dari Sekolah Tinggi menjadi Politeknik,” katanya.
Menurut Harry, perubahan kelembagaan Sekolah Tinggi menjadi Politeknik adalah suatu keniscayaan untuk meningkatkan peran pendidikan tinggi kementerian lain dalam mencetak dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai kebutuhan kementerian yang bersangkutan.
“Perubahan nomenklatur kelembagaan STKS Bandung menjadi Politeknik tentu saja menjadi suatu peristiwa monumental untuk disambut dengan sukacita oleh sivitas akademika, seluruh stakeholder dan kita semua,” katanya.
(alf)