4 Pelajar Bawa Indonesia Juara Umum Olimpiade Geografi Internasional 2019
A
A
A
JAKARTA - Pelajar Indonesia kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Kali ini diraih pada ajang bergengsi 16th International Geography Olympiad (IGeO) 2019. Dengan raihan dua medali emas dan dua perak, Indonesia dinobatkan sebagai juara umum pada IGeO 2019, yang diikuti 176 peserta dari 44 negara.
Keempat medali tersebut, dua medali emas diraih oleh Fernando, Siswa SMA Sutomo 1 Medan, dan Fayola, Siswa SMA Methodist 3 Medan. Sedangkan dua medali perak diraih oleh Hadyan F Anshori, Siswa SMAN Insan Cendikia Gorontalo dan Agista Kumala Dewi, Siswa SMA Semesta BBS Semarang.
Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Peserta Didik, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (Ditjen PSMA) Kemendikbud, Juandanilsyah mengatakan prestasi ini patut diapreasi oleh pemerintah sebab ini pertama kalinya Indonesia bisa menjadi juara umum di olimpiade tersebut. Sebagai bentuk apresiasi pemerintah, Kemendikbud akan memberi penghargaan berupa beasiswa pendidikan hingga ke perguruan tinggi kepada para peraih medali.
"Terima kasih, alhamdulillah, anak-anak ini hebat dan ini kali pertama Indonesia menjadi juara umum pada ajang Olimpiade Geografi Internasional dan luar biasa bisa bersaing dengan negara hebat lainnya," ujarnya di Terminal 3 Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (7/8/2019).
Berdasarkan laporan dari Steering Committee IGeO 2019, Tim Olimpiade Geografi Indonesia sangat unggul dalam WRT (tes tertulis), hal ini dibuktikan dari total skor yang dihasilkan mendapat peringkat ke-3 dari 44 negara. Untuk test lapangan (FWT), Indonesia berada di peringkat 7, sedangkan untuk test multimedia (MMT), berada di peringkat 7.
Secara akumulatif tim Indonesia mencapai skor yang paling tinggi yaitu 262.91, disusul oleh Amerika Serikat dengan skor 254.62 dan Inggris dengan skor 252.19.
"Keberhasilan ini, menurut kami adalah hasil kerja keras para asisten dan dosen, terutama diperbanyak praktik dan latihan soal-soal tertulis (WRT) dengan cara pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online," jelas Juandanilsyah.
Berdasarkan hasil tersebut, Indonesia bertekad untuk terus meningkatkan metode pembinaan terutama di bidang tes lapangan dan tes multimedia, karena tantangan ke depan jauh lebih berat, baik dilihat dari jumlah partisipan maupun kualitas soal dan keragaman assessment.
Salah satu peraih medali emas, Fayola merasa terkejut dirinya bisa mempersembahkan medali emas untuk Indonesia. "Sebenarnya saya cukup terkejut bisa mendapat medali, karena pada saat mengerjakan soal sebetulnya kurang menguasai juga, tapi puji Tuhan bisa menorehkan prestasi untuk Indonesia," ujar siswi yang baru menyelesaikan pendidikannya di SMA.
Menceritakan pengalamannya saat berkompetisi, Fayola menambahkan, negara-negara lain sangat kompetitif dan banyak negara hebat lainnya yang juga bersaing pada ajang olimpiade ini. "Saingan paling berat itu Amerika Serikat dan untuk Asia, ada Thailand," ucapnya.
Persiapan yang dilakukan gadis berambut panjang ini ialah dengan belajar selama satu tahun sebelum olimpiade dimulai. Siswi yang hendak melanjutkan pendidikannya ke Nanyang Technology University, Singapura ini pun mengaku memasrahkan semuanya ke Tuhan dan bersyukur karena Tuhan menjawab doanya dengan kemenangan.
IGeO 2019 berlangsung dalam tiga babak tes, yaitu Written Response Test (WRT/tes tertulis), di mana para peserta mengerjakan tes secara tertulis dalam kurun waktu tertentu. Babak selanjutnya adalah Fieldwork Test (FWT/tes lapangan), pada babak ini para peserta turun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi pada daerah tertentu dan pada malam harinya, melakukan analisis perencanaan terhadap daerah yang diobservasi tersebut. Babak terakhir adalah Multimedia Test (MMT/Tes Multimedia), di sini para peserta selain mengerjakan soal yang berhubungan dengan geografi, juga soal-soal yang berhubungan denga pancaindra.
Keempat medali tersebut, dua medali emas diraih oleh Fernando, Siswa SMA Sutomo 1 Medan, dan Fayola, Siswa SMA Methodist 3 Medan. Sedangkan dua medali perak diraih oleh Hadyan F Anshori, Siswa SMAN Insan Cendikia Gorontalo dan Agista Kumala Dewi, Siswa SMA Semesta BBS Semarang.
Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Peserta Didik, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (Ditjen PSMA) Kemendikbud, Juandanilsyah mengatakan prestasi ini patut diapreasi oleh pemerintah sebab ini pertama kalinya Indonesia bisa menjadi juara umum di olimpiade tersebut. Sebagai bentuk apresiasi pemerintah, Kemendikbud akan memberi penghargaan berupa beasiswa pendidikan hingga ke perguruan tinggi kepada para peraih medali.
"Terima kasih, alhamdulillah, anak-anak ini hebat dan ini kali pertama Indonesia menjadi juara umum pada ajang Olimpiade Geografi Internasional dan luar biasa bisa bersaing dengan negara hebat lainnya," ujarnya di Terminal 3 Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (7/8/2019).
Berdasarkan laporan dari Steering Committee IGeO 2019, Tim Olimpiade Geografi Indonesia sangat unggul dalam WRT (tes tertulis), hal ini dibuktikan dari total skor yang dihasilkan mendapat peringkat ke-3 dari 44 negara. Untuk test lapangan (FWT), Indonesia berada di peringkat 7, sedangkan untuk test multimedia (MMT), berada di peringkat 7.
Secara akumulatif tim Indonesia mencapai skor yang paling tinggi yaitu 262.91, disusul oleh Amerika Serikat dengan skor 254.62 dan Inggris dengan skor 252.19.
"Keberhasilan ini, menurut kami adalah hasil kerja keras para asisten dan dosen, terutama diperbanyak praktik dan latihan soal-soal tertulis (WRT) dengan cara pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online," jelas Juandanilsyah.
Berdasarkan hasil tersebut, Indonesia bertekad untuk terus meningkatkan metode pembinaan terutama di bidang tes lapangan dan tes multimedia, karena tantangan ke depan jauh lebih berat, baik dilihat dari jumlah partisipan maupun kualitas soal dan keragaman assessment.
Salah satu peraih medali emas, Fayola merasa terkejut dirinya bisa mempersembahkan medali emas untuk Indonesia. "Sebenarnya saya cukup terkejut bisa mendapat medali, karena pada saat mengerjakan soal sebetulnya kurang menguasai juga, tapi puji Tuhan bisa menorehkan prestasi untuk Indonesia," ujar siswi yang baru menyelesaikan pendidikannya di SMA.
Menceritakan pengalamannya saat berkompetisi, Fayola menambahkan, negara-negara lain sangat kompetitif dan banyak negara hebat lainnya yang juga bersaing pada ajang olimpiade ini. "Saingan paling berat itu Amerika Serikat dan untuk Asia, ada Thailand," ucapnya.
Persiapan yang dilakukan gadis berambut panjang ini ialah dengan belajar selama satu tahun sebelum olimpiade dimulai. Siswi yang hendak melanjutkan pendidikannya ke Nanyang Technology University, Singapura ini pun mengaku memasrahkan semuanya ke Tuhan dan bersyukur karena Tuhan menjawab doanya dengan kemenangan.
IGeO 2019 berlangsung dalam tiga babak tes, yaitu Written Response Test (WRT/tes tertulis), di mana para peserta mengerjakan tes secara tertulis dalam kurun waktu tertentu. Babak selanjutnya adalah Fieldwork Test (FWT/tes lapangan), pada babak ini para peserta turun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi pada daerah tertentu dan pada malam harinya, melakukan analisis perencanaan terhadap daerah yang diobservasi tersebut. Babak terakhir adalah Multimedia Test (MMT/Tes Multimedia), di sini para peserta selain mengerjakan soal yang berhubungan dengan geografi, juga soal-soal yang berhubungan denga pancaindra.
(kri)