Rekam Aktivitas Gempa, ITB dan Maipark Pasang Instrument Borehole Seismometer
Rabu, 28 Agustus 2019 - 07:07 WIB

Rekam Aktivitas Gempa, ITB dan Maipark Pasang Instrument Borehole Seismometer
A
A
A
JAKARTA - Instrument borehole seismometer (IBS) menjadi alat yang penting untuk merekam aktivitas potensi gempa yang disebabkan pergerakan Sesar Baribis -Kendeng.
Nah, beberapa alat ini telah terpasang di beberapa titik di wilayah Jakarta yang dilakukan Group R&D PT Reasuransi Maipark Indonesia bekerja sama dengan LAPI ITB.
Direktur Utama PT Reasuransi Maipark Indonesia Ahmad Fauzie Darwis mengatakan, pemasangan IBS bertujuan untuk memperoleh data primer digital yang telah dikompilasi dan diolah, sehingga menambah database kebencanaan Maipark.
Tujuan kedua, lanjutnya, untuk memperoleh dokumentasi kajian ilmiah sebagai sumber rujukan informasi dan pengetahuan Maipark untuk menyinergikan informasi riset tersebut kepada industri asuransi dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.
Tujuan ketiga, dengan pemasangan IBS tersebut diharapkan untuk memperoleh pemahaman risiko gempa bumi yang lebih baik, dan pengaruhnya terhadap kecukupan premi asuransi gempa.
“Pemantauan gempa mikro yang menunjukkan suatu sesar itu aktif atau tidak sangat perlu dilakukan dengan tepat. Monitoring gempa mikro di DKI Jakarta dan sekitarnya dilakukan dengan memasang beberapa borehole seismometer di sekitar sesar yang diharapkan akan teridentifikasi,” tuturnya di Jakarta usai pemasangan borehole seismogram di area Gedung Asuransi Wahana Tata.
Sesar Baribis-Kendeng membentang dari timur hingga barat Pulau Jawa. Salah satu potongan atau segmennya diduga oleh para ahli melintas di area Jakarta. Berdasarkan hasil riset Kolali pada 2016 dan Pusat Survei Badan Geologi, yang memodelkan segmen Sesar Baribis lokasinya diperkirakan berjarak sekitar 10 km di selatan Jakarta.
Selain itu, wilayah cekungan Jakarta diapit Patahan Cisadane di bagian barat dan Patahan Bekasi di sisi timur.
Beberapa kejadian gempa tektonik yang mengguncang beberapa wilayah seperti Majalengka, Kuningan, dan Cirebon pada Selasa 25 Juni 2019 disinyalir akibat aktivitas Sesar Baribis.
Berdasarkan analisa BMKG, episenter gempa ini terletak di lereng utara Gunung Ciremai pada koordinat 6,867 LS dan 108,396 LT, tepatnya berada di darat pada jarak 15,8 km arah barat laut Kuningan dengan kedalaman 6 km. Ditinjau dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake yang dipicu sesar aktif.
Fauzie menyebutkan, lebih dari 50% total eksposure asuransi nasional berada di wilayah Jawa bagian barat, sementara ada lebih dari 1.600 bangunan tinggi berada di DKI. Pemasangan IBS tersebut menurut Fauzie, bagian dari upaya Maipark melakukan riset terhadap beberapa risiko bencana yang digunakan untuk kepentingan masyarakat dan industri.
Selain studi tentang gempa tersebut, Maipark juga tengah melakukan studi mengenai banjir, gunung api, dan tsunami. “Kami mengharapkan bisa selesai tahun ini dan tahun depan, sehingga hasilnya bisa dijadikan acuan,” ujarnya.
Nah, beberapa alat ini telah terpasang di beberapa titik di wilayah Jakarta yang dilakukan Group R&D PT Reasuransi Maipark Indonesia bekerja sama dengan LAPI ITB.
Direktur Utama PT Reasuransi Maipark Indonesia Ahmad Fauzie Darwis mengatakan, pemasangan IBS bertujuan untuk memperoleh data primer digital yang telah dikompilasi dan diolah, sehingga menambah database kebencanaan Maipark.
Tujuan kedua, lanjutnya, untuk memperoleh dokumentasi kajian ilmiah sebagai sumber rujukan informasi dan pengetahuan Maipark untuk menyinergikan informasi riset tersebut kepada industri asuransi dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.
Tujuan ketiga, dengan pemasangan IBS tersebut diharapkan untuk memperoleh pemahaman risiko gempa bumi yang lebih baik, dan pengaruhnya terhadap kecukupan premi asuransi gempa.
“Pemantauan gempa mikro yang menunjukkan suatu sesar itu aktif atau tidak sangat perlu dilakukan dengan tepat. Monitoring gempa mikro di DKI Jakarta dan sekitarnya dilakukan dengan memasang beberapa borehole seismometer di sekitar sesar yang diharapkan akan teridentifikasi,” tuturnya di Jakarta usai pemasangan borehole seismogram di area Gedung Asuransi Wahana Tata.
Sesar Baribis-Kendeng membentang dari timur hingga barat Pulau Jawa. Salah satu potongan atau segmennya diduga oleh para ahli melintas di area Jakarta. Berdasarkan hasil riset Kolali pada 2016 dan Pusat Survei Badan Geologi, yang memodelkan segmen Sesar Baribis lokasinya diperkirakan berjarak sekitar 10 km di selatan Jakarta.
Selain itu, wilayah cekungan Jakarta diapit Patahan Cisadane di bagian barat dan Patahan Bekasi di sisi timur.
Beberapa kejadian gempa tektonik yang mengguncang beberapa wilayah seperti Majalengka, Kuningan, dan Cirebon pada Selasa 25 Juni 2019 disinyalir akibat aktivitas Sesar Baribis.
Berdasarkan analisa BMKG, episenter gempa ini terletak di lereng utara Gunung Ciremai pada koordinat 6,867 LS dan 108,396 LT, tepatnya berada di darat pada jarak 15,8 km arah barat laut Kuningan dengan kedalaman 6 km. Ditinjau dari lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake yang dipicu sesar aktif.
Fauzie menyebutkan, lebih dari 50% total eksposure asuransi nasional berada di wilayah Jawa bagian barat, sementara ada lebih dari 1.600 bangunan tinggi berada di DKI. Pemasangan IBS tersebut menurut Fauzie, bagian dari upaya Maipark melakukan riset terhadap beberapa risiko bencana yang digunakan untuk kepentingan masyarakat dan industri.
Selain studi tentang gempa tersebut, Maipark juga tengah melakukan studi mengenai banjir, gunung api, dan tsunami. “Kami mengharapkan bisa selesai tahun ini dan tahun depan, sehingga hasilnya bisa dijadikan acuan,” ujarnya.
(vhs)