Guru Diminta Kreatif Ubah Metode Pengajaran di Kelas
A
A
A
JAKARTA - Menyambut Hari Guru setiap tanggal 25 November, bangsa ini dihadapkan pada berbagai persoalan utama seperti kesejahteraan guru. Namun terlepas dari persoalan tersebut, yang paling penting saat ini adalah menjadikan momentum hari guru dengan mengubah metode pengajaran di kelas menjadi lebih transformatif.
Anggota Komisi X DPR Fraksi PDI Perjuangan, Putra Nababan menyoroti, saat ini dunia sudah berubah. Perkembangannya begitu cepat dan dinamis terlebih lagi sejak kehadiran generasi milenial atau net generation yang melek dengan teknologi.
"Dengan kehadiran generasi milenial tersebut maka pola-pola pembelajaran seperti teacher centered di kelas sudah usang dan membosankan. Untuk itu guru perlu mengganti pola pengajaran menjadi student participation," kata Putra Nababan, Senin (25/11/2019).
Lewat metode partisipatif tersebut, tambah Putra, siswa menjadi lebih aktif dalam melakukan diskusi di kelas dan lebih berani untuk berbagi pengetahuan dengan teman-temannya yang lain.
Guru hanya melakukan pendampingan atau menjadi penengah jika terjadi perdebatan atau hal-hal substansi yang tidak dipahami oleh siswa. "Jadi dengan metode seperti itu, guru bisa ikut mencermati perkembangan siswa dengan mudah dari waktu ke waktu. Sehingga dengan begitu guru bisa memberikan masukan agar siswa tersebut bisa semakin berkembang," ucapnya.
Selain itu, guru harus menjadi role model utama mengingat guru juga sekaligus ikut mengimplementasikan nilai-nilai etika Pancasila di sekolah. Nilai nilai murni itu harus disesuaikan dengan perkembangan net generation yang ada saat ini.
"Karena itu guru juga perlu memahami karakter net generation tersebut terlebih dahulu," katanya.
Seperti diketahui, ada beberapa karakter net generation yang saat ini menjadi fenomena jaman. Pertama adalah kebebasan dalam mengakses berita melalui internet dan aktivitas online lainnya. Dengan kebebasan tersebut maka siapapun bisa melakukan tindakan sesuka hati.
"Kedua customization yang menjadi ciri khas dari net generation. Sebagai konsumer yang akttif, dapat memperoleh sesuatu, menyesuaikan, memodifikasi dan menjadikan sesuatu itu menjadi miliknya," ujar Putra.
Ketiga adalah scrutiny sebagai sebuah karakteristik yang berkaitan dengan siikap kritis untuk membedakan informasi yang reliable dan informasi yang tidak reliable. Hal ini bisa terjadi karena net generation sudah sangat dekat dengan internet dan memiliki pandangan alternatif akibat banjir informasi di internet.
"Keempat adalah integrity sebagai sikap yang kuat, sadar dan bertanggungjawab atas apa yang dilakukan," kata mantan Pemimpin Redaksi Metro TV tersebut.
Kelima adalah entertainment. Net generation tentu akan mencari fungsi hiburan untuk menyenangkan diri secara online. Mereka mudah dalam memperoleh akses hiburan dalam waktu singkat.
Keenam adalah speed. Net generation itu fokus pada kecepatan dan respons instan karena adanya kecanggihan teknologi intofmasi yang dapat diakses tanpa batasan ruang dan waktu sehingga penyebaran informasi bisa dilakukan secara singkat.
"Terakhir, ketujuh adalah inovasi. Kemunculan net generation pada dasarnya adalah adanya inovasi yang dinamis, ide-ide baru temuan-temuan baru dan bahkan masa depan baru," jelasnya.
Untuk itu, para guru juga perlu menyesuaikan diri dengan net generation ini. Jika masih tetap menerapkan pola-pola lama yang sudah usang maka sudah barang tentu net generation akan menganggap bahwa guru adalah sesuatu yang usang.
"Jadi perlu sekali guru juga memperbaiki kapasitas metode pengajarannya di kelas dengan metode transformatif," tandasnya.
Anggota Komisi X DPR Fraksi PDI Perjuangan, Putra Nababan menyoroti, saat ini dunia sudah berubah. Perkembangannya begitu cepat dan dinamis terlebih lagi sejak kehadiran generasi milenial atau net generation yang melek dengan teknologi.
"Dengan kehadiran generasi milenial tersebut maka pola-pola pembelajaran seperti teacher centered di kelas sudah usang dan membosankan. Untuk itu guru perlu mengganti pola pengajaran menjadi student participation," kata Putra Nababan, Senin (25/11/2019).
Lewat metode partisipatif tersebut, tambah Putra, siswa menjadi lebih aktif dalam melakukan diskusi di kelas dan lebih berani untuk berbagi pengetahuan dengan teman-temannya yang lain.
Guru hanya melakukan pendampingan atau menjadi penengah jika terjadi perdebatan atau hal-hal substansi yang tidak dipahami oleh siswa. "Jadi dengan metode seperti itu, guru bisa ikut mencermati perkembangan siswa dengan mudah dari waktu ke waktu. Sehingga dengan begitu guru bisa memberikan masukan agar siswa tersebut bisa semakin berkembang," ucapnya.
Selain itu, guru harus menjadi role model utama mengingat guru juga sekaligus ikut mengimplementasikan nilai-nilai etika Pancasila di sekolah. Nilai nilai murni itu harus disesuaikan dengan perkembangan net generation yang ada saat ini.
"Karena itu guru juga perlu memahami karakter net generation tersebut terlebih dahulu," katanya.
Seperti diketahui, ada beberapa karakter net generation yang saat ini menjadi fenomena jaman. Pertama adalah kebebasan dalam mengakses berita melalui internet dan aktivitas online lainnya. Dengan kebebasan tersebut maka siapapun bisa melakukan tindakan sesuka hati.
"Kedua customization yang menjadi ciri khas dari net generation. Sebagai konsumer yang akttif, dapat memperoleh sesuatu, menyesuaikan, memodifikasi dan menjadikan sesuatu itu menjadi miliknya," ujar Putra.
Ketiga adalah scrutiny sebagai sebuah karakteristik yang berkaitan dengan siikap kritis untuk membedakan informasi yang reliable dan informasi yang tidak reliable. Hal ini bisa terjadi karena net generation sudah sangat dekat dengan internet dan memiliki pandangan alternatif akibat banjir informasi di internet.
"Keempat adalah integrity sebagai sikap yang kuat, sadar dan bertanggungjawab atas apa yang dilakukan," kata mantan Pemimpin Redaksi Metro TV tersebut.
Kelima adalah entertainment. Net generation tentu akan mencari fungsi hiburan untuk menyenangkan diri secara online. Mereka mudah dalam memperoleh akses hiburan dalam waktu singkat.
Keenam adalah speed. Net generation itu fokus pada kecepatan dan respons instan karena adanya kecanggihan teknologi intofmasi yang dapat diakses tanpa batasan ruang dan waktu sehingga penyebaran informasi bisa dilakukan secara singkat.
"Terakhir, ketujuh adalah inovasi. Kemunculan net generation pada dasarnya adalah adanya inovasi yang dinamis, ide-ide baru temuan-temuan baru dan bahkan masa depan baru," jelasnya.
Untuk itu, para guru juga perlu menyesuaikan diri dengan net generation ini. Jika masih tetap menerapkan pola-pola lama yang sudah usang maka sudah barang tentu net generation akan menganggap bahwa guru adalah sesuatu yang usang.
"Jadi perlu sekali guru juga memperbaiki kapasitas metode pengajarannya di kelas dengan metode transformatif," tandasnya.
(maf)