Sukses Pertahankan Disertasi, Putra Flores Ini Raih Gelar Doktor
A
A
A
JAKARTA - Yohanes Don Bosco Doho sukses meraih gelar Doktor di bidang Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan predikat sangat memuaskan. Gelar tersebut diraih oleh putra asal Manggara-Flores itu setelah berhasil mempertahankan disertasi dengan judul Kepemimpinan Etis Berbasis Kearifan Lokal Pada Lembaga Pendidikan Katolik (Studi Fenomenologi Hermeneutik di Manggarai NTT).
Di hadapan dewan penguji yang diketuai Prof. Ivan Hanafi, M. Pd, Asisten Direktur I Pascasarjana UNJ, yang berlangsung di Gedung Bung Hatta, Kampus UNJ Jakarta, Rabu (27/11/2019), Bosco memaparkan secara lengkap semua hal yang berkaitan dengan kepemimpinan etis yang secara universal sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia.
Bosco mengatakan, semua nilai kepemimpinan etis didambakan oleh seluruh pengikut di organisasi manapun termasuk dalam institusi atau lembaga pendidikan. Nilai kepemimpinan etis eksplisit melalui tindakan yang adil, menghargai sesama, jujur, humanis, mendorong inisiatif, serta memberikan teladan. Namun tidak semua pemimpin memiliki kompetensi etis dalam kepemimpinannya.
Menurut lelaki yang juga Dosen LSPR London School Jakarta ini, kepemimpinan etis bertumbuh di atas kearifan lokal di setiap tempat. Umumnya seluruh bentuk kearifan lokal sarat dengan nilai-nilai etis. setiap organisasi atau institusi mutlak membutuhkan kepemimpinan. Literatur menegaskan bahwa inti dari kepemimpinan adalah bagaimana memberi pengaruh bagi semua pengikut.
Bosco melakukan penelitian dengan mengambil tema tentang kepemimpinan etis berbasis kearifan lokal pada lembaga pendidikan Katolik di Manggarai Nusa Tenggara Timur. Tiga sekolah Katolik yang diteliti adalah SMA Seminari Pius XII Kisol, SMAK St. Klaus Kuwu, dan SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo. Adapun kearifan lokal dalam bidang kepemimpinan di Manggarai NTT mengerucut menjadi tujuan poin yaitu toing, teing, titong, tatong, taking, toming dan tinu. Semua kearifan ini diturun-temurunkan dari orang tua hingga ke generasi masa kini.
“Perkembangan zaman berpotensi memudarkan kearifan lokal tersebut padahal nilai moralitas dari kearifan tersebut tidak pernah lekang oleh ruang dan waktu. Kepemimpinan dalam pendidikan di ketiga sekolah di atas dijalankan oleh para pemimpinnya melalui berbagai aktivitas dan pendampingan di ruang-ruang kelas serta di asrama,” ujarnya.
Don Bosco memaparkan, dirinya meneliti peran para kepala sekolah di ketiga sekolah. Karena peran kepala sekolah lah yang membuat ketiga sekolah itu berkualitas dan dikenal luas melalui alumni yang berkualitas dan berintegritas. Karena nilai dan keteladanan para kepala sekolah dan para guru lah para alumni menjadi manusia yang selalu ingat almamater yang disebut kearifan Tinu sebagai salah satu fokus penelitiannya.
Salah satu keunikan yang dimiliki hampir semua suku, etnis, masyarakat dan budaya di Indonesia adalah tradisi. Tradisi, menurut direktur STIDEF ini, diturun-temurunkan dengan berbagai cara yang unik pula. Petuah merupakan bagian dari tradisi yang melekat pada masyarakat tertentu di Indonesia. Petuah juga dapat dipahami sebagai bentuk pendidikan, pembelajaran dan pengajaran kepada anak cucu masyarakat di sebuah tempat.
Keunikan cara penyampaian, waktu penyampaian, siapa yang menyampaikan menentukan makna dan tujuan tertentu. Fenomena yang khas dan unik dari satu tempat ke tempat yang lain diterima dan diakui sebagai kearifan lokal sebuah masyarakat. Kehidupan masyarakat selalu diatur oleh etika dan norma yang disepakati, diterima dan berlaku bagi seluruh masyarakat di suatu tempat dan subkultur tertentu.
Kearifan lokal umumnya sarat dengan nilai-nilai etika. Nilai etika dan norma dalam sebuah masyarakat mewarnai kualitas hampir semua aspek kehidupan masyarakat tersebut. Pemimpin dan kepemimpinan pun tidak pernah lepas dari tradisi dan kearifan masyarakat, demikian pula bagi masyarakat di Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur.
Tidak Jadi Misionaris
Yohanes Don Bosco Doho lahir di Desa Lempang Paji, Manggarai, Timur, Flores, 17 Agustus 1972. Anak pertama dari sepuluh bersaudara dari pasangan Bapak Alexander Sale (Alm) dan Ibu Valentina Tami ini menyelesaikan Pendidikan SD Katolik Leda Liur tahun 1984, SMP Seminari Menengah Pius XII Kisol, tahun 1987 SMA Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo, tahun 1990. Awalnya dia bercita-cita menjadi imam/pastor pada Gereja Katolik.
Tahun 1990-1991 mengenyam masa Novisiat yaitu Tahun Orientasi Rohani dalam Kongregasi Societas Verbi Divini (SVD). Tahun 1992-1996 memperoleh Gelar Sarjana Filsafat dengan skripsi tentang Etika Pembangunan menurut Peter L. Berger pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero Maumere Flores.
Tahun 1995 menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Paroki Buraen Amarasi Kupang. Tahun 1996 ketika akan ditugaskan oleh Pusat Kongregasi SVD di Roma dan seyogyanya menjadi misionaris di Jepang, Korea dan Kolumbia Amerika Latin, Don Bosco mengundurkan diri dan segera hijrah ke metropolitan Jakarta.
Mengawali karir sebagai Guru Bahasa Inggris dan Agama Katolik untuk SMU St. Fransiskus dan SMIP St. Regina Jakarta Timur serta menjagi tenaga part time pada AMINEF (Americian Indonesian Exchange Foundation). Tahun 1998-2000 menjadi Ketua Program Bahasa Asing pada Sekolah Kristen Kanaan Jakarta.
Setelah menamatkan pendidikan Magister Human Resources Development dari STIE IBEK Jakarta, menjadi Manager HRD pada PT Aowanusa Lestari, PT. Bali Kharisma Samudra, dan PT. Adhisaksi Solusi Komputindo. Sejak September 2003 menjadi Student Counselor dan Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi: The London School of Public Relations Jakarta. Hingga kini menjadi Subject Coordinator untuk Mata Kuliah Logika dan Filsafat Ilmu, Etika dan Filsafat Komunikasi.
Selain mengabdi sebagai dosen, peneliti juga menjadi penulis, pembicara public/trainer dalam bidang Etika Komunikasi dan Etos Kerja Profesional. Hingga kini tergabung dalam Himpunan Dosen Etika Seluruh Indonesia (HIDESI). Memiliki sertifikasi dalam bidang Graphology and Handwriting Analysis dari Rahasia Jiwa.com dan Etos Trainer dari Guru Etos Indonesia.
Prestasi yang pernah diterimanya adalah Dosen Pembimbing Skripsi terbaik tahun 2010. Pengalaman internasional melakukan studi banding dan confrence maupun short course ke Australia, Malaysia, Thailand dan China. Tahun 2012/2013 melanjutkan studi S3 pada Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jurusan Manajemen Pendidikan hingga masa studi berakhir tahun 2019.
Publikasi yang dilakukan adalah Etika Komunikasi Pada Pasangan Suami Istri untuk Menjaga Keharmonisan Pernikahan, Analisis Hermeneutik Film Dilan bagi Peneguhan Cinta Suami Istri di era Milenial, Analisis Etika Komunikasi pada Pasangan Berbeda Tingkat Pendidikan, sementara pengabdian masyarakat yang dilaksanakan antara lain: Etos Keguruan bagi Guru SMUN se Jakarta Timur, Etika Komunikasi bagi Para Pemimpin Umat, Etika Komunikasi bagi Para Manajer, dan Etika Komunikasi bagi Wirausaha Muda Kemenpora.
Di hadapan dewan penguji yang diketuai Prof. Ivan Hanafi, M. Pd, Asisten Direktur I Pascasarjana UNJ, yang berlangsung di Gedung Bung Hatta, Kampus UNJ Jakarta, Rabu (27/11/2019), Bosco memaparkan secara lengkap semua hal yang berkaitan dengan kepemimpinan etis yang secara universal sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia.
Bosco mengatakan, semua nilai kepemimpinan etis didambakan oleh seluruh pengikut di organisasi manapun termasuk dalam institusi atau lembaga pendidikan. Nilai kepemimpinan etis eksplisit melalui tindakan yang adil, menghargai sesama, jujur, humanis, mendorong inisiatif, serta memberikan teladan. Namun tidak semua pemimpin memiliki kompetensi etis dalam kepemimpinannya.
Menurut lelaki yang juga Dosen LSPR London School Jakarta ini, kepemimpinan etis bertumbuh di atas kearifan lokal di setiap tempat. Umumnya seluruh bentuk kearifan lokal sarat dengan nilai-nilai etis. setiap organisasi atau institusi mutlak membutuhkan kepemimpinan. Literatur menegaskan bahwa inti dari kepemimpinan adalah bagaimana memberi pengaruh bagi semua pengikut.
Bosco melakukan penelitian dengan mengambil tema tentang kepemimpinan etis berbasis kearifan lokal pada lembaga pendidikan Katolik di Manggarai Nusa Tenggara Timur. Tiga sekolah Katolik yang diteliti adalah SMA Seminari Pius XII Kisol, SMAK St. Klaus Kuwu, dan SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo. Adapun kearifan lokal dalam bidang kepemimpinan di Manggarai NTT mengerucut menjadi tujuan poin yaitu toing, teing, titong, tatong, taking, toming dan tinu. Semua kearifan ini diturun-temurunkan dari orang tua hingga ke generasi masa kini.
“Perkembangan zaman berpotensi memudarkan kearifan lokal tersebut padahal nilai moralitas dari kearifan tersebut tidak pernah lekang oleh ruang dan waktu. Kepemimpinan dalam pendidikan di ketiga sekolah di atas dijalankan oleh para pemimpinnya melalui berbagai aktivitas dan pendampingan di ruang-ruang kelas serta di asrama,” ujarnya.
Don Bosco memaparkan, dirinya meneliti peran para kepala sekolah di ketiga sekolah. Karena peran kepala sekolah lah yang membuat ketiga sekolah itu berkualitas dan dikenal luas melalui alumni yang berkualitas dan berintegritas. Karena nilai dan keteladanan para kepala sekolah dan para guru lah para alumni menjadi manusia yang selalu ingat almamater yang disebut kearifan Tinu sebagai salah satu fokus penelitiannya.
Salah satu keunikan yang dimiliki hampir semua suku, etnis, masyarakat dan budaya di Indonesia adalah tradisi. Tradisi, menurut direktur STIDEF ini, diturun-temurunkan dengan berbagai cara yang unik pula. Petuah merupakan bagian dari tradisi yang melekat pada masyarakat tertentu di Indonesia. Petuah juga dapat dipahami sebagai bentuk pendidikan, pembelajaran dan pengajaran kepada anak cucu masyarakat di sebuah tempat.
Keunikan cara penyampaian, waktu penyampaian, siapa yang menyampaikan menentukan makna dan tujuan tertentu. Fenomena yang khas dan unik dari satu tempat ke tempat yang lain diterima dan diakui sebagai kearifan lokal sebuah masyarakat. Kehidupan masyarakat selalu diatur oleh etika dan norma yang disepakati, diterima dan berlaku bagi seluruh masyarakat di suatu tempat dan subkultur tertentu.
Kearifan lokal umumnya sarat dengan nilai-nilai etika. Nilai etika dan norma dalam sebuah masyarakat mewarnai kualitas hampir semua aspek kehidupan masyarakat tersebut. Pemimpin dan kepemimpinan pun tidak pernah lepas dari tradisi dan kearifan masyarakat, demikian pula bagi masyarakat di Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur.
Tidak Jadi Misionaris
Yohanes Don Bosco Doho lahir di Desa Lempang Paji, Manggarai, Timur, Flores, 17 Agustus 1972. Anak pertama dari sepuluh bersaudara dari pasangan Bapak Alexander Sale (Alm) dan Ibu Valentina Tami ini menyelesaikan Pendidikan SD Katolik Leda Liur tahun 1984, SMP Seminari Menengah Pius XII Kisol, tahun 1987 SMA Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo, tahun 1990. Awalnya dia bercita-cita menjadi imam/pastor pada Gereja Katolik.
Tahun 1990-1991 mengenyam masa Novisiat yaitu Tahun Orientasi Rohani dalam Kongregasi Societas Verbi Divini (SVD). Tahun 1992-1996 memperoleh Gelar Sarjana Filsafat dengan skripsi tentang Etika Pembangunan menurut Peter L. Berger pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero Maumere Flores.
Tahun 1995 menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Paroki Buraen Amarasi Kupang. Tahun 1996 ketika akan ditugaskan oleh Pusat Kongregasi SVD di Roma dan seyogyanya menjadi misionaris di Jepang, Korea dan Kolumbia Amerika Latin, Don Bosco mengundurkan diri dan segera hijrah ke metropolitan Jakarta.
Mengawali karir sebagai Guru Bahasa Inggris dan Agama Katolik untuk SMU St. Fransiskus dan SMIP St. Regina Jakarta Timur serta menjagi tenaga part time pada AMINEF (Americian Indonesian Exchange Foundation). Tahun 1998-2000 menjadi Ketua Program Bahasa Asing pada Sekolah Kristen Kanaan Jakarta.
Setelah menamatkan pendidikan Magister Human Resources Development dari STIE IBEK Jakarta, menjadi Manager HRD pada PT Aowanusa Lestari, PT. Bali Kharisma Samudra, dan PT. Adhisaksi Solusi Komputindo. Sejak September 2003 menjadi Student Counselor dan Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi: The London School of Public Relations Jakarta. Hingga kini menjadi Subject Coordinator untuk Mata Kuliah Logika dan Filsafat Ilmu, Etika dan Filsafat Komunikasi.
Selain mengabdi sebagai dosen, peneliti juga menjadi penulis, pembicara public/trainer dalam bidang Etika Komunikasi dan Etos Kerja Profesional. Hingga kini tergabung dalam Himpunan Dosen Etika Seluruh Indonesia (HIDESI). Memiliki sertifikasi dalam bidang Graphology and Handwriting Analysis dari Rahasia Jiwa.com dan Etos Trainer dari Guru Etos Indonesia.
Prestasi yang pernah diterimanya adalah Dosen Pembimbing Skripsi terbaik tahun 2010. Pengalaman internasional melakukan studi banding dan confrence maupun short course ke Australia, Malaysia, Thailand dan China. Tahun 2012/2013 melanjutkan studi S3 pada Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jurusan Manajemen Pendidikan hingga masa studi berakhir tahun 2019.
Publikasi yang dilakukan adalah Etika Komunikasi Pada Pasangan Suami Istri untuk Menjaga Keharmonisan Pernikahan, Analisis Hermeneutik Film Dilan bagi Peneguhan Cinta Suami Istri di era Milenial, Analisis Etika Komunikasi pada Pasangan Berbeda Tingkat Pendidikan, sementara pengabdian masyarakat yang dilaksanakan antara lain: Etos Keguruan bagi Guru SMUN se Jakarta Timur, Etika Komunikasi bagi Para Pemimpin Umat, Etika Komunikasi bagi Para Manajer, dan Etika Komunikasi bagi Wirausaha Muda Kemenpora.
(don)