Luar Biasa, UI Bikin Ventilator Hemat Energi untuk Pasien Corona
A
A
A
JAKARTA - Universitas Indonesia mengembangkan alat bantu pernapasan atau ventilator untuk pasien di rumah sakit yang mengalami gejala klinis gangguan pernapasan.
Program pengembangan ini sebagai sumbangsih dalam mendukung kebutuhan ventilator di rumah sakit Indonesia di tengah wabah Covid-19 saat ini.
“Sejak Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat di Indonesia semakin banyak membutuhkan ventilator,” ujar Ketua Tim Ventilator Universitas Indonesia (UI) Basari melalui keterangan persnya, Selasa (7/4).
Dia menjelaskan, Indonesia saat ini baru memiliki 231 jenis ventilator yang keseluruhannya masih produk impor melalui 70 distributor. Akan tetapi, pandemi global Covid-19 menyebabkan stok ventilator di dunia mengalami keterbatasan.
Karena itu, ventilator hasil produksi UI diharapkan dapat mengisi kebutuhan ventilator di rumah sakit Indonesia. Berdasarkan data Maret 2020, total jumlah ventilator di Indonesia sebanyak 8.413 yang kini tersebar di 2.867 rumah sakit.
Jawa Barat menjadi provinsi paling banyak memiliki ventilator dengan jumlah 1.215 unit yang tersebar di 364 rumah sakit. DKI Jakarta berada di urutan kedua dengan 1.071 unit ventilator yang tersebar di 190 rumah sakit.
Basari mengungapkan, berdasarkan perhitungan tim, diperkirakan selama April ini dibutuhkan tambahan ventilator sebanyak 400 hingga 500 unit.
Adapun ventilator yang diproduksi UI merupakan ventilator transport lokal rendah biaya berbasis sistem pneumatik (Covent-20).
Produk ini memiliki keunggulan, yaitu biaya produksi yang lebih hemat, mudah dibawa karena bentuknya ringkas dan sederhana, hemat energi karena menggunakan baterai lithium-ion, mudah dioperasikan dan telah dilengkapi dengan filter bakteri. Dengan demikian, ventilator Covent-20 diyakini aman bagi pasien berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) maupun pasien positif Covid-19.
Hanya saja, lanjut Basari, ventilator tersebut belum dapat diproduksi massal. Saat ini timnya sedang menyelesaikan proses kalibrasi awal di perusahaan kalibrasi, PT Medcalindo. Kemudian, dilakukan pengujian di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), di rumah sakit UI (RSUI).
Tahap terakhir akan dilanjutkan dengan pengurusan izin produksi sekaligus izin edar dari Kementerian Kesehatan dan bisa diproduksi massal.
Program pengembangan ini sebagai sumbangsih dalam mendukung kebutuhan ventilator di rumah sakit Indonesia di tengah wabah Covid-19 saat ini.
“Sejak Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat di Indonesia semakin banyak membutuhkan ventilator,” ujar Ketua Tim Ventilator Universitas Indonesia (UI) Basari melalui keterangan persnya, Selasa (7/4).
Dia menjelaskan, Indonesia saat ini baru memiliki 231 jenis ventilator yang keseluruhannya masih produk impor melalui 70 distributor. Akan tetapi, pandemi global Covid-19 menyebabkan stok ventilator di dunia mengalami keterbatasan.
Karena itu, ventilator hasil produksi UI diharapkan dapat mengisi kebutuhan ventilator di rumah sakit Indonesia. Berdasarkan data Maret 2020, total jumlah ventilator di Indonesia sebanyak 8.413 yang kini tersebar di 2.867 rumah sakit.
Jawa Barat menjadi provinsi paling banyak memiliki ventilator dengan jumlah 1.215 unit yang tersebar di 364 rumah sakit. DKI Jakarta berada di urutan kedua dengan 1.071 unit ventilator yang tersebar di 190 rumah sakit.
Basari mengungapkan, berdasarkan perhitungan tim, diperkirakan selama April ini dibutuhkan tambahan ventilator sebanyak 400 hingga 500 unit.
Adapun ventilator yang diproduksi UI merupakan ventilator transport lokal rendah biaya berbasis sistem pneumatik (Covent-20).
Produk ini memiliki keunggulan, yaitu biaya produksi yang lebih hemat, mudah dibawa karena bentuknya ringkas dan sederhana, hemat energi karena menggunakan baterai lithium-ion, mudah dioperasikan dan telah dilengkapi dengan filter bakteri. Dengan demikian, ventilator Covent-20 diyakini aman bagi pasien berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) maupun pasien positif Covid-19.
Hanya saja, lanjut Basari, ventilator tersebut belum dapat diproduksi massal. Saat ini timnya sedang menyelesaikan proses kalibrasi awal di perusahaan kalibrasi, PT Medcalindo. Kemudian, dilakukan pengujian di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), di rumah sakit UI (RSUI).
Tahap terakhir akan dilanjutkan dengan pengurusan izin produksi sekaligus izin edar dari Kementerian Kesehatan dan bisa diproduksi massal.
(dam)