Indonesia Masih Bergantung Pada Asing

Kamis, 11 Desember 2014 - 16:04 WIB
Indonesia Masih Bergantung...
Indonesia Masih Bergantung Pada Asing
A A A
BANDUNG - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan Indonesia belum mandiri dan menentukan nasibnya sendiri. Hal tersebut terlihat dari berbagai hal, di antaranya saat ini untuk memenuhi kebutuhan pokok, Indonesia masih bergantung pada impor.

"Bukan hanya barang mewah yang masuk, tetapi sekarang termasuk kebutuhan pokok. Itu menunjukkan kita belum merdeka," kata Hary dalam seminar nasional "Pemuda Kreatif, Pahlawan Era Globalisasi" di Telkom University Bandung, Kamis (11/12/2014).

Seperti diketahui saat ini Indonesia mengimpor berbagai kebutuhan pokok di antaranya beras, jagung, kedelai, daging sapi, sapi hingga garam. Nilai impor produk pertanian Indonesia pun tak sedikit sepanjang tahun 2013 sebesar USD14,90 miliar.

Selain itu HT mengatakan ekonomi Indonesia masih bergantung pada investasi asing. Padahal, potensi investor domestik sangat besar. Menurut Hary yang perlu dilakukan adalah mengedukasi investor-investor potensial tersebut.

Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, realisasi investasi periode Januari-September 2014 mencapai Rp342,7 triliun. Investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp114,4 triliun.

Sementara, Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp228,3 triliun. Artinya investasi asing mencapai 66,6% dari total nilai investasi.

Menurut Hary Indonesia memiliki modal yang kuat untuk menjadi negara maju. Bila negara dikelola dengan benar. Selain memiliki beragam kekayaan seperti tanah subur, kekayaan perut bumi, dan berbagai kekayaan lain. Indonesia memiliki populasi yang besar.

"Populasi kita 250 juta penduduk dengan pertumbuhan penduduk 1,2 persen. Diprediksi, 20 tahun mendatang melebihi AS. Artinya kita akan menjadi kekuatan luar biasa," kata HT.

Populasi yang luar biasa tersebut membawa konsekuensi pada jaminan keadilan. Keadilan yang dimaksud adalah keadilan di mata hukum dan keadilan sosial. "Soal keadilan sosial, termasuk juga adil dalam akses pendidikan," ujarnya. Akses pendidikan yang baik diperlukan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Nur Iman)
(hyk)
Berita Terkait
Paradoks Pendidikan...
Paradoks Pendidikan Tinggi
Pengalaman 36 Tahun,...
Pengalaman 36 Tahun, Universitas Terbuka Ingin Bantu PT Lain
Kualitas Universitas...
Kualitas Universitas Oxford Tak Terkalahkan di Dunia
iSB Sediakan Jurusan...
iSB Sediakan Jurusan Akuntansi Internasional, Ini Sejumlah Keunggulannya
16 Lembaga Layanan Pendidikan...
16 Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi di Indonesia, Ini Daftar dan Kontaknya
100 Program Studi Vokasi...
100 Program Studi Vokasi Akan Dipadukan dengan Dunia Industri dan Kerja
Berita Terkini
Berapa Gaji Lulusan...
Berapa Gaji Lulusan S1 Columbia University? Angkanya Bikin Penasaran!
10 jam yang lalu
PIS Buka Beasiswa Crewing...
PIS Buka Beasiswa Crewing Talent Scouting, Lulus Dikontrak Jadi Pelaut di Kapal Pertamina
11 jam yang lalu
Haier Group Perkuat...
Haier Group Perkuat Hubungan Budaya Lewat Peluncuran Beasiswa di Indonesia
13 jam yang lalu
Riwayat Pendidikan Danjen...
Riwayat Pendidikan Danjen Kopassus Mayjen TNI Djon Afriandi, Lulusan Terbaik Akmil 1995
14 jam yang lalu
8 Beasiswa SMA Luar...
8 Beasiswa SMA Luar Negeri Terbaik 2025, Mana Negara Favoritmu?
16 jam yang lalu
Rayakan Hari Kartini,...
Rayakan Hari Kartini, BINUS Shecodes Society dan IAIS Soroti Peran Perempuan di Era AI
19 jam yang lalu
Infografis
10 Negara Penghasil...
10 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, Termasuk Indonesia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved