Inovasi Urban Farming dengan Teknologi Internet ala Mahasiswa Universitas Pertamina
Minggu, 29 Januari 2023 - 21:45 WIB
JAKARTA - Urban farming atau pertanian di perkotaan makin naik daun sejak merambatnya Covid-19. Survei MarkPlus (2020) mendapati bahwa 92,7 persen masyarakat Jakarta melakukan kegiatan urban farming dan akan terus melanjutkannya meski pandemi telah terkendali.
Metode urban farming teranyar adalah aeroponik , yaitu sistem bercocok tanam di udara tanpa menggunakan tanah. Akar tanaman dibiarkan tumbuh menggantung tanpa media tanah, pada tempat yang telah dijaga kelembapannya.
“Aeroponik merupakan sistem pertanian yang mudah untuk dikembangkan, namun dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Harus menjaga kelembaban udara, kehangatan dan sistem pengkabutan untuk menutrisi tanaman. ujar Muhammad Rozan Miqdad, mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Pertamina, Sabtu (28/1/2023).
"Kami memanfaatkan teknologi Internet of Things atau IoT yang terintegrasi dengan perkebunan untuk memudahkan pelaku aeroponik memantau pertumbuhan tanamannya,” tambahnya.
Bersama rekan-rekannya Muladi Jordan dan Muhammad Akram Saputra, inovasi tim bernama Tim Ariculture itu berjaya menyabet juara 1 dalam PT PLN Innovation and Competition Engineering (ICE) 2022. Mereka juga berhasil mendapatkan pendanaan pengembangan proyek IoT aeroponik dengan total nilai mencapai Rp50 juta.
"Kami membangun rumah cerdas pengembangan pertanian aeroponik, berlokasi di Garut. Rumah cerdas itu dilengkapi teknologi penunjang pertanian seperti sensor kelembaban, sensor cahaya dan sensor pH yang terintegrasi dengan Internet melalui ponsel pintar, sebagai alat pengaturnya. Sehingga pelaku aeroponik bisa memantau tanaman dari jauh," jelas Rozan.
NASA (National Aeronautics and Space Administration) menyebutkan bahwa pertaniaan perkotaan yang memanfaatkan sistem aeroponik dapat mengurangi penggunaan air hingga 98 persen, penggunaan pupuk hingga 60 persen dan penggunaan pestisida 100 persen.
Metode urban farming teranyar adalah aeroponik , yaitu sistem bercocok tanam di udara tanpa menggunakan tanah. Akar tanaman dibiarkan tumbuh menggantung tanpa media tanah, pada tempat yang telah dijaga kelembapannya.
Baca Juga
“Aeroponik merupakan sistem pertanian yang mudah untuk dikembangkan, namun dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Harus menjaga kelembaban udara, kehangatan dan sistem pengkabutan untuk menutrisi tanaman. ujar Muhammad Rozan Miqdad, mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Pertamina, Sabtu (28/1/2023).
"Kami memanfaatkan teknologi Internet of Things atau IoT yang terintegrasi dengan perkebunan untuk memudahkan pelaku aeroponik memantau pertumbuhan tanamannya,” tambahnya.
Bersama rekan-rekannya Muladi Jordan dan Muhammad Akram Saputra, inovasi tim bernama Tim Ariculture itu berjaya menyabet juara 1 dalam PT PLN Innovation and Competition Engineering (ICE) 2022. Mereka juga berhasil mendapatkan pendanaan pengembangan proyek IoT aeroponik dengan total nilai mencapai Rp50 juta.
Baca Juga
"Kami membangun rumah cerdas pengembangan pertanian aeroponik, berlokasi di Garut. Rumah cerdas itu dilengkapi teknologi penunjang pertanian seperti sensor kelembaban, sensor cahaya dan sensor pH yang terintegrasi dengan Internet melalui ponsel pintar, sebagai alat pengaturnya. Sehingga pelaku aeroponik bisa memantau tanaman dari jauh," jelas Rozan.
NASA (National Aeronautics and Space Administration) menyebutkan bahwa pertaniaan perkotaan yang memanfaatkan sistem aeroponik dapat mengurangi penggunaan air hingga 98 persen, penggunaan pupuk hingga 60 persen dan penggunaan pestisida 100 persen.
Lihat Juga :
tulis komentar anda