Ngabuburit Istilah Populer Saat Ramadan, Pakar Bahasa Sunda Unpad Jelaskan Artinya

Rabu, 05 April 2023 - 14:57 WIB
Sejumlah masyarakat sedang ngabuburit di Taman Spatodhea, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Foto/SINDOnews/Dzikry Subhanie.
JAKARTA - Selama bulan Ramadan, ngabuburit menjadi istilah bahasa yang populer digunakan masyarakat. Pakar Bahasa Sunda Fakultas Ilmu Budaya Unpad menjelaskan arti ngabuburit yang saat ini tak hanya digunakan di penutur bahasa sunda saja melainkan sudah meluas secara nasional.

Definisi Ngabuburit dalam Bahasa Sunda

Pakar Bahasa Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Gugun Gunardi menjelaskan, definisi kata ngabuburit dalam bahasa Sunda adalah “ngalantung ngadagoan burit” atau bermain sambil menunggu waktu sore.

“Asal katanya dari ‘burit’, yaitu waktu sore, senja, menjelang adan Magrib, atau menjelang matahari terbenam,” jelas Gugun, dikutip dari laman Unpad, Rabu (5/4/2023).

Baca juga: 5 PTN yang Membuka Jalur Mandiri Prestasi, dari UGM hingga Unpad

Istilah ini pun kemudian digunakan masyarakat sebagai aktivitas untuk menunggu saat berbuka puasa di bulan Ramadan. Masyarakat mengisi waktu ini dengan melakukan permainan tradisional, berjalan-jalan, berdagang, dan juga aktivitas keagamaan.

Sudah Ada Sejak Orde Baru

Gugun menerangkan, istilah ngabuburit sebenarnya sudah ada sejak zaman Orde Baru, atau saat ulama Buya Hamka menjadi ketua umum pertama Majelis Ulama Indonesia pada 1975. Kala itu, ulama Buya Hamka mendapat arahan dari Presiden Soeharto untuk mengisi momentum ngabuburit dengan kegiatan keagamaan.

Hal ini tentunya bisa diterapkan kembali di masa kini, khususnya oleh para generasi muda. “Generasi muda bisa melakukan ngabuburit dengan berdiskusi. Ini waktu yang bagus sehingga pengetahuan kita dapat bertambah dan juga terjalin silaturahmi,” ujar Gugun.

Ngabuburit Sudah Ada di KBBI

Saat ini, ngabuburit sudah ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Unpad Dr. Wahya menambahkan, proses penyerapan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia berawal dari ketidakadaan konsep kata yang sepadan untuk penggunaan sehari-hari di luar penutur bahasa Sunda.

Baca juga: Simak Perbandingan Biaya Kuliah Top PTN di Jabar, dari ITB hingga UI

Ada beberapa pertimbangan suatu kata bisa digunakan banyak penutur. Pertama, soal bunyi, apakah enak didengar atau tidak mengarah ke makna tertentu. Susunan kata juga dipertimbangkan, seperti apakah sesuai dengan susunan suka kata bahasa Indonesia atau tidak.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More