Cerita Dosen UNS Berpuasa di Jepang, Bunga Sakura Bermekaran Sambut Ramadan
Sabtu, 22 April 2023 - 08:06 WIB
JAKARTA - Salah satu dosen Universitas Sebelas Maret ( UNS ) Surakarta Mercy Bientri Yunindanova tahun ini harus menjalani ibadah puasa di negeri orang. Ia saat ini sedang kuliah S3 di Osaka University, Jepang.
Mercy bercerita, dia tinggal di Negeri Sakura tepat satu tahun pada bulan Maret ini. Mercy pun mengalami banyak perbedaan dalam menjalankan ibadah puasa saat di Indonesia dan kini di Jepang.
“Di sini tentunya tidak semeriah atau kurang terasa dibandingkan dengan bulan puasa di Tanah Air. Karena kami (muslim) minoritas di sini, apalagi Jepang terbiasa dengan suasana yang tenang, jadi kami tidak mendengar azan," katanya, dikutip dari laman UNS, Sabtu (22/4/2023).
"Semuanya harus berpatokan pada diri sendiri. Mungkin itu juga yang menjadi challenge atau tantangan beribadah di negara di mana muslim merupakan minoritas,” lanjutnya.
Baca juga: Dosen Unesa Bagikan Tips Kelola Uang THR bagi Mahasiswa
Bukan hanya soal azan, Mercy menyebut ritme kerja di Jepang juga tidak ada bedanya antara ramadanmaupun bulan-bulan lainnya. Aktivitas berlangsung sebagaimana biasanya. Terlebih ritme kerja di Jepang terkenal disiplin, sehingga tidak ada istilah masuk lebih siang atau pulang lebih awal saat bulan puasa.
Termasuk orang-orang non muslim lainnya yang juga makan dan minum di sekitarnya yang sedang berpuasa dan hal itu tidak menjadi persoalan. Sehingga, ia dan kawan muslim lainnya yang harus beradaptasi dan mengatur energi untuk memastikan tetap bisa produktif meskipun dalam menjalankan ibadah puasa.
"Tapi kami juga cukup bersyukur, orang Jepang saat ini sudah mengenal istilah ramadan. Jadi meskipun mereka masih normal aktivitasnya, saat kami menjelaskan bahwa kami sedang berpuasa, ketika ada acara dengan makan-makan, mereka akan menempatkan acara itu setelah kami berbuka puasa," kisahnya.
Mercy bercerita, dia tinggal di Negeri Sakura tepat satu tahun pada bulan Maret ini. Mercy pun mengalami banyak perbedaan dalam menjalankan ibadah puasa saat di Indonesia dan kini di Jepang.
“Di sini tentunya tidak semeriah atau kurang terasa dibandingkan dengan bulan puasa di Tanah Air. Karena kami (muslim) minoritas di sini, apalagi Jepang terbiasa dengan suasana yang tenang, jadi kami tidak mendengar azan," katanya, dikutip dari laman UNS, Sabtu (22/4/2023).
"Semuanya harus berpatokan pada diri sendiri. Mungkin itu juga yang menjadi challenge atau tantangan beribadah di negara di mana muslim merupakan minoritas,” lanjutnya.
Baca juga: Dosen Unesa Bagikan Tips Kelola Uang THR bagi Mahasiswa
Aktivitas Berjalan Normal di Bulan Puasa
Bukan hanya soal azan, Mercy menyebut ritme kerja di Jepang juga tidak ada bedanya antara ramadanmaupun bulan-bulan lainnya. Aktivitas berlangsung sebagaimana biasanya. Terlebih ritme kerja di Jepang terkenal disiplin, sehingga tidak ada istilah masuk lebih siang atau pulang lebih awal saat bulan puasa.
Termasuk orang-orang non muslim lainnya yang juga makan dan minum di sekitarnya yang sedang berpuasa dan hal itu tidak menjadi persoalan. Sehingga, ia dan kawan muslim lainnya yang harus beradaptasi dan mengatur energi untuk memastikan tetap bisa produktif meskipun dalam menjalankan ibadah puasa.
"Tapi kami juga cukup bersyukur, orang Jepang saat ini sudah mengenal istilah ramadan. Jadi meskipun mereka masih normal aktivitasnya, saat kami menjelaskan bahwa kami sedang berpuasa, ketika ada acara dengan makan-makan, mereka akan menempatkan acara itu setelah kami berbuka puasa," kisahnya.
tulis komentar anda