Pakar Internasional Bahas Peran Islam dalam Perjalanan Jalur Rempah di Samudra Hindia
Minggu, 22 Oktober 2023 - 20:15 WIB
JAKARTA - Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi tuan rumah pertemuan pakar internasional bertajuk "Spiced Islam and Material Culture Across Indian Ocean". Acara ini digelar pada 23-24 Oktober 2023 di Teater Bustami Abdul Ghani, Fakultas Adab dan Humaniora.
Pertemuan pakar ini mengungkap betapa pertukaran antara India dan Asia Tenggara—terutama di jalur rempah—telah meningkat sejak abad ke-15. "Kita melihat bagaimana perpindahan penduduk antara kedua wilayah ini berdampak pada gagasan dan ciri-ciri material Islam," kata Jajat Burhanudin, salah satu convener pertemuan pakar ini, dalam keterangan resmi, Minggu (22/10/2023).
Baca juga: Kokohkan Moderasi Beragama, UIN Jakarta Gelar Studium General dengan Peneliti Internasional
Berbeda dari konferensi pada umumnya, acara ini menggunakan format pertemuan pakar atau 'expert meeting', memungkinkan diskusi yang lebih fokus dan mendalam. "Kami ingin mengeksplorasi permigrasian umat Islam yang bersifat multi arah, bukan hanya dari India ke Indonesia," kata Mahmood Kooria dari Universitas Leiden, Belanda.
Ada berbagai tema menarik yang akan diulas oleh para pakar. Kebanyakan dari mereka adalah sejarawan dan arkeolog, sehingga banyak bahasan yang mencoba melihat akar sejarah sebuah budaya material di kawasan Samudra Hindia. Beberapa pakar, misalnya, membahas soal sejarah minuman rempah berkhasiat, kopi rempah, dan makanan hibrida hasil percampuran budaya Tidore dan Iberia.
Selain itu, pertemuan pakar ini juga memperlihatkan bagaimana tradisi-tradisi di kawasan Samudra Hindia yang saling beririsan. Untuk menyebut beberapa, beberapa pakar membahas tentang tradisi penguburan, Qiraatul Quran, dan tradisi bersuci dalam Islam. Beberapa yang lain membahas soal jaringan perdagangan dan jaringan intelektual di kawasan Samudra tersebut.
Baca juga: UIN Jakarta Raih Juara Umum Ajang Olimpiade Agama, Sains, dan Riset PTKI II 2023
Konferensi ini menampilkan 28 pembicara dari tujuh negara, termasuk Indonesia, India, Malaysia, Turki, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Adapun peserta diperkirakan berjumlah 300 peserta, baik secara luring maupun daring. "Dalam era pandemi ini, kita memanfaatkan teknologi untuk menjangkau audiens lebih luas," kata Mahmood Kooria dari Leiden University, Belanda, salah satu pembicara dan moderator dalam konferensi ini.
Pertemuan ini juga dirancang untuk memberikan pengalaman yang interaktif kepada para peserta. Selain sesi diskusi, ada juga coffee break dan gala dinner yang bernuansa Samudra Hindia. "Ini adalah platform yang baik untuk berinteraksi dan membangun jaringan dengan para ahli dari berbagai bidang," tutur Mahmood Kooria.
Selain itu, pertemuan ini juga akan menghasilkan sebuah buku dan edisi khusus jurnal sebagai bentuk publikasi ilmiah. "Di akhir kegiatan, kami juga akan mengeluarkan policy brief yang akan disebar ke berbagai media," tambah Mahmood Kooria.
Dengan beragam topik dan pembicara, pertemuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting untuk memahami dan menjembatani dunia Islam di India dan Asia Tenggara, khususnya dalam konteks jalur rempah dan budaya material.
Pertemuan pakar ini mengungkap betapa pertukaran antara India dan Asia Tenggara—terutama di jalur rempah—telah meningkat sejak abad ke-15. "Kita melihat bagaimana perpindahan penduduk antara kedua wilayah ini berdampak pada gagasan dan ciri-ciri material Islam," kata Jajat Burhanudin, salah satu convener pertemuan pakar ini, dalam keterangan resmi, Minggu (22/10/2023).
Baca juga: Kokohkan Moderasi Beragama, UIN Jakarta Gelar Studium General dengan Peneliti Internasional
Berbeda dari konferensi pada umumnya, acara ini menggunakan format pertemuan pakar atau 'expert meeting', memungkinkan diskusi yang lebih fokus dan mendalam. "Kami ingin mengeksplorasi permigrasian umat Islam yang bersifat multi arah, bukan hanya dari India ke Indonesia," kata Mahmood Kooria dari Universitas Leiden, Belanda.
Ada berbagai tema menarik yang akan diulas oleh para pakar. Kebanyakan dari mereka adalah sejarawan dan arkeolog, sehingga banyak bahasan yang mencoba melihat akar sejarah sebuah budaya material di kawasan Samudra Hindia. Beberapa pakar, misalnya, membahas soal sejarah minuman rempah berkhasiat, kopi rempah, dan makanan hibrida hasil percampuran budaya Tidore dan Iberia.
Selain itu, pertemuan pakar ini juga memperlihatkan bagaimana tradisi-tradisi di kawasan Samudra Hindia yang saling beririsan. Untuk menyebut beberapa, beberapa pakar membahas tentang tradisi penguburan, Qiraatul Quran, dan tradisi bersuci dalam Islam. Beberapa yang lain membahas soal jaringan perdagangan dan jaringan intelektual di kawasan Samudra tersebut.
Baca juga: UIN Jakarta Raih Juara Umum Ajang Olimpiade Agama, Sains, dan Riset PTKI II 2023
Konferensi ini menampilkan 28 pembicara dari tujuh negara, termasuk Indonesia, India, Malaysia, Turki, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Adapun peserta diperkirakan berjumlah 300 peserta, baik secara luring maupun daring. "Dalam era pandemi ini, kita memanfaatkan teknologi untuk menjangkau audiens lebih luas," kata Mahmood Kooria dari Leiden University, Belanda, salah satu pembicara dan moderator dalam konferensi ini.
Pertemuan ini juga dirancang untuk memberikan pengalaman yang interaktif kepada para peserta. Selain sesi diskusi, ada juga coffee break dan gala dinner yang bernuansa Samudra Hindia. "Ini adalah platform yang baik untuk berinteraksi dan membangun jaringan dengan para ahli dari berbagai bidang," tutur Mahmood Kooria.
Selain itu, pertemuan ini juga akan menghasilkan sebuah buku dan edisi khusus jurnal sebagai bentuk publikasi ilmiah. "Di akhir kegiatan, kami juga akan mengeluarkan policy brief yang akan disebar ke berbagai media," tambah Mahmood Kooria.
Dengan beragam topik dan pembicara, pertemuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting untuk memahami dan menjembatani dunia Islam di India dan Asia Tenggara, khususnya dalam konteks jalur rempah dan budaya material.
(nnz)
tulis komentar anda