Akreditasi Unggul Jadi Kebutuhan Semua Perguruan Tinggi NU
Kamis, 02 Mei 2024 - 19:51 WIB
JAKARTA - Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur menggelar Workshop Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama di Kampus Universitas Islam Malang (Unisma), Kamis (2/5/2024). Kegiatan ini sekaligus memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024.
Workshop ini menghadirkan 3 narasumber, yaitu Rektor Unisma, Prof. Dr. Maskuri, M.Si; Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Prof. Jazidie, M.Eng., Ph.D dan Prof. Slamet Wahyu, M.T., guru besar Universitas Brawijaya (Unibraw). Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz juga hadir sebagai keynote speaker.
Ketua PW ISNU Jawa Timur, Prof, M. Mas’ud Said mengatakan, dalam peta jalan abad kedua NU, pendidikan tinggi menjadi salah satu prioritas yang harus dikuatkan selain bidang kesehatan, pengkaderan dan tata organisasi.
Menurutnya, akreditasi unggul menjadi kebutuhan bagi semua perguruan tinggi NU saat ini. ISNU Jatim akan melakukan pendampingan kepada perguruan tinggi NU agar bisa mendapatkan status akreditasi unggul. ”Setelah ini, kita geser ke perguruan tinggi yang lain yang mau ditempati, narasumbernya ISNU yang mengurusi. Dua tahun. Harus unggul,” ujar Direktur Pascasarjana Unisma ini.
Sementara itu, KH. Abdul Hakim Mahfudz menegaskan sejak didirikan oleh Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari, NU selalu melakukan transformasi dalam rangka mengantisipasi perkembangan zaman.
Menurut kiai yang akrab disapa Gus Kikin ini, meski NU didirikan para ulama dan menjadi tempat beraktifitas para ulama alim, namun tidak pernah berhenti melakukan transformasi.
"Hal ini dilakukan dalam rangka menjawab tantangan dan perubahan zaman. Ilmu-ilmu agama ditekuni secara fokus dan bersanad, sedangkan ilmu umum juga dipelajari di pesantren-pesantren agar NU selalu mengikuti perkembangan zaman sesuai dengan prinsip “almuhafadzatu ‘alal qadimis sholih wal ahdu biijadidil ashlah” yang artinya, segala sesuatu yang baik akan tetap dipertahankan dengan mengadaptasi hal-hal baru yang lebih baik," terangnya.
Gus Kikin berharap perguruan tinggi juga melakukan transformas-transformasi dalam rangka menghadapi perkembangan zaman, termasuk menjadi perguruan tinggi yang unggul.
“Hadratussyaikh (KH. Hasyim Asy’ari) sangat fokus menekuni keilmuan agama, tapi bukan berarti meninggalkan urusan berbangsa dan bernegara. Mudah-mudahan para peserta mendapatkan banyak pencerahan supaya semakin kaya khazanah keilmuan untuk bertransformasi sesuai perkembangan zaman,” ungkap pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini.
Workshop ini menghadirkan 3 narasumber, yaitu Rektor Unisma, Prof. Dr. Maskuri, M.Si; Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Prof. Jazidie, M.Eng., Ph.D dan Prof. Slamet Wahyu, M.T., guru besar Universitas Brawijaya (Unibraw). Ketua PWNU Jatim, KH Abdul Hakim Mahfudz juga hadir sebagai keynote speaker.
Ketua PW ISNU Jawa Timur, Prof, M. Mas’ud Said mengatakan, dalam peta jalan abad kedua NU, pendidikan tinggi menjadi salah satu prioritas yang harus dikuatkan selain bidang kesehatan, pengkaderan dan tata organisasi.
Menurutnya, akreditasi unggul menjadi kebutuhan bagi semua perguruan tinggi NU saat ini. ISNU Jatim akan melakukan pendampingan kepada perguruan tinggi NU agar bisa mendapatkan status akreditasi unggul. ”Setelah ini, kita geser ke perguruan tinggi yang lain yang mau ditempati, narasumbernya ISNU yang mengurusi. Dua tahun. Harus unggul,” ujar Direktur Pascasarjana Unisma ini.
Sementara itu, KH. Abdul Hakim Mahfudz menegaskan sejak didirikan oleh Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari, NU selalu melakukan transformasi dalam rangka mengantisipasi perkembangan zaman.
Menurut kiai yang akrab disapa Gus Kikin ini, meski NU didirikan para ulama dan menjadi tempat beraktifitas para ulama alim, namun tidak pernah berhenti melakukan transformasi.
"Hal ini dilakukan dalam rangka menjawab tantangan dan perubahan zaman. Ilmu-ilmu agama ditekuni secara fokus dan bersanad, sedangkan ilmu umum juga dipelajari di pesantren-pesantren agar NU selalu mengikuti perkembangan zaman sesuai dengan prinsip “almuhafadzatu ‘alal qadimis sholih wal ahdu biijadidil ashlah” yang artinya, segala sesuatu yang baik akan tetap dipertahankan dengan mengadaptasi hal-hal baru yang lebih baik," terangnya.
Gus Kikin berharap perguruan tinggi juga melakukan transformas-transformasi dalam rangka menghadapi perkembangan zaman, termasuk menjadi perguruan tinggi yang unggul.
“Hadratussyaikh (KH. Hasyim Asy’ari) sangat fokus menekuni keilmuan agama, tapi bukan berarti meninggalkan urusan berbangsa dan bernegara. Mudah-mudahan para peserta mendapatkan banyak pencerahan supaya semakin kaya khazanah keilmuan untuk bertransformasi sesuai perkembangan zaman,” ungkap pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini.
(wyn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda