Hacker Serang PDN, Pakar ITS Ungkap Ancaman Selanjutnya bagi Masyarakat Luas
Jum'at, 28 Juni 2024 - 14:51 WIB
Baca juga: Bisakah Penyerang Ransomware PDNS 2 Membuka Data yang Dienkripsi dan Menjualnya ke Dark Web?
Setelah berhasil mengenkripsi data, penyerang akan menampilkan pesan tebusan yang meminta pembayaran dalam bentuk cryptocurrency atau uang kripto seperti Bitcoin.
“Tebusan ini dianggap sebagai imbalan untuk pemulihan akses ke data yang telah dienkripsi tersebut,” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi, ia menekankan pentingnya melakukan tindakan mitigasi dalam menghadapi berbagai serangan siber yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan individu kepada masyarakat.
Pertama-tama, penting bagi setiap organisasi maupun individu untuk melakukan backup data secara rutin dan menyimpannya di lokasi terpisah. Pembaruan perangkat lunak secara berkala juga sangat krusial untuk menutup celah keamanan yang bisa dieksploitasi oleh ransomware, phising, maupun serangan siber lainnya.
Baca juga: BSSN Sudah Memprediksi Serangan Virus Ransomware Sejak Tahun 2023
Ridho menyoroti peran penting institusi pendidikan, khususnya kampus-kampus, dalam meningkatkan kesadaran dan keterampilan keamanan siber. Langkah-langkah pencegahan lainnya termasuk mengedukasi masyarakat maupun karyawan tentang praktik keamanan siber yang baik, menggunakan perangkat lunak keamanan yang dapat mendeteksi dan memblokir ransomware, serta memisahkan jaringan yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Ridho juga menyarankan agar pemerintah memperkuat kerja sama dengan institusi pendidikan dan lembaga penelitian untuk mengembangkan solusi teknologi yang lebih canggih dalam mendeteksi dan menangani serangan siber.
"Kampus seperti ITS memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik generasi muda tentang pentingnya keamanan siber. Melalui program pelatihan, seminar, dan penelitian, kita dapat memperkuat ketahanan siber nasional," pungkasnya.
Setelah berhasil mengenkripsi data, penyerang akan menampilkan pesan tebusan yang meminta pembayaran dalam bentuk cryptocurrency atau uang kripto seperti Bitcoin.
“Tebusan ini dianggap sebagai imbalan untuk pemulihan akses ke data yang telah dienkripsi tersebut,” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi, ia menekankan pentingnya melakukan tindakan mitigasi dalam menghadapi berbagai serangan siber yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan individu kepada masyarakat.
Pertama-tama, penting bagi setiap organisasi maupun individu untuk melakukan backup data secara rutin dan menyimpannya di lokasi terpisah. Pembaruan perangkat lunak secara berkala juga sangat krusial untuk menutup celah keamanan yang bisa dieksploitasi oleh ransomware, phising, maupun serangan siber lainnya.
Baca juga: BSSN Sudah Memprediksi Serangan Virus Ransomware Sejak Tahun 2023
Ridho menyoroti peran penting institusi pendidikan, khususnya kampus-kampus, dalam meningkatkan kesadaran dan keterampilan keamanan siber. Langkah-langkah pencegahan lainnya termasuk mengedukasi masyarakat maupun karyawan tentang praktik keamanan siber yang baik, menggunakan perangkat lunak keamanan yang dapat mendeteksi dan memblokir ransomware, serta memisahkan jaringan yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Ridho juga menyarankan agar pemerintah memperkuat kerja sama dengan institusi pendidikan dan lembaga penelitian untuk mengembangkan solusi teknologi yang lebih canggih dalam mendeteksi dan menangani serangan siber.
"Kampus seperti ITS memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik generasi muda tentang pentingnya keamanan siber. Melalui program pelatihan, seminar, dan penelitian, kita dapat memperkuat ketahanan siber nasional," pungkasnya.
(nnz)
tulis komentar anda