Cegah Cyberbullying di Sekolah, Siswa Butuh Kompetensi Etika Berinternet

Selasa, 30 Juli 2024 - 13:08 WIB
Kompetensi literasi digital terkait etiket berinternet (netiket) diyakini mampu menjadikan seorang siswa lebih bijak sehingga tidak melakukan cyberbullying di lingkungan sekolah. Foto/Ist
SIDOARJO - Bahaya perundungan siber ( cyberbullying) dapat mengakibatkan korban mudah depresi, marah, timbul perasaan gelisah, cemas, menyakiti diri sendiri, bahkan percobaan untuk bunuh diri.

Kompetensi literasi digital terkait etiket berinternet (netiket) diyakini mampu menjadikan seseorang lebih bijak, sehingga tidak melakukan cyberbullying.

Dosen Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA AWS) E. Rizky Wulandari menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, di Kabupaten Sidoarjo, Selasa (30/7/2024).





Rizky mengatakan, kompetensi literasi digital terkait netiket itu meliputi kemampuan mengakses, menyeleksi, menganalisis, dan memahami informasi di platform digital. Kompetensi ini juga termasuk upaya membentengi diri dari tindakan negatif di platform digital (media sosial).

”Bijak bermedsos juga berarti memiliki kemampuan untuk memverifikasi pesan, memproduksi dan mendistribusikan, berpartisipasi membangun relasi, berkolaborasi data dan informasi dengan aman dan nyaman di platform digital,” ujar pertempuan yang akrab disapa Kiky ini dalam keterangan resminya, Senin (30/7/2024)

Dalam diskusi bertajuk ”Bijak Bermedsos Tanpa Cyberbullying”, Kiky juga menyebut ada beberapa jenis cyberbullying. Di antaranya, flaming atau tindakan berbentuk provokasi, penghinaan, mengejek, sampai dengan menyinggung orang lain.

Kemudian, harassment yang berarti berkomentar buruk yang menimbulkan keresahan, denigration atau mengumbar keburukan orang lain hingga merusak nama baik dan reputasinya, cyberstalking atau menguntit dan memata-matai.

”Ada juga membuat akun palsu (impersonation), menyebarkan rahasia orang lain (outing), memanfaatkan kepercayaan orang lain (trickery), dan pencurian informasi pribadi dibuat profil untuk menipu dan merusak reputasi orang lain,” rinci Rizky Wulandari dalam diskusi yang diikuti lewat nonton bareng (nobar) para pelajar/santri dari berbagai madrasah di wilayah Sidoarjo.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More