UKRIDA Dorong Penerapan Bioetika Kristen di Dunia Medis melalui Simposium Internasional

Selasa, 19 November 2024 - 20:30 WIB
Ukrida menegaskan komitmennya dalam pengembangan bioetika Kristen di Indonesia melalui penyelenggaraan One Day Symposium on Christian Bioethics. Foto/Ukrida.
JAKARTA - Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) menegaskan komitmennya dalam pengembangan bioetika Kristen di Indonesia melalui penyelenggaraan One Day Symposium on Christian Bioethics. Ini selaras dengan kiprah Ukrida yang telah menghasilkan ribuan tenaga medis profesional selama 57 tahun.

Wakil Rektor III UKRIDA Theresia Citraningtyas menekankan urgensi kajian bioetika di era kemajuan teknologi medis. "Bioetika Kristen merupakan panggilan dan tanggung jawab kita untuk mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap aspek perawatan kesehatan, terutama dalam isu-isu sensitif seperti perawatan the end of life," ujarnya, melalui siaran pers, Selasa (19/11/2024)

Baca juga: 5 Fakta UI Buka 3 Prodi Baru Spesialis dan Subspesialis di Fakultas Kedokteran



Ketua Pusat Kajian Bioetika Kristen dan dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UKRIDA Denni Boy Saragih, mengawali simposium dengan mengangkat tantangan bioetika di Indonesia. Menurutnya, bioetika Kristen bukan hanya tentang mempertahankan prinsip etika, tetapi juga menunjukkan solidaritas terhadap sesama manusia, terutama mereka yang paling rentan dalam masyarakat.

Denni menyoroti dua isu krusial yakni aborsi dan euthanasia, yang menurutnya memerlukan pendekatan komprehensif dalam konteks masyarakat Indonesia yang plural. Ia menjelaskan kasus-kasus aborsi darurat membutuhkan kajian mendalam dengan tetap menghormati hak hidup dan memberikan dukungan optimal kepada keluarga terdampak.

Yanny Yesky Mokorowu, Kepala Unit Pengembangan Spiritual UKRIDA, menekankan pentingnya bioetika dalam pelayanan di rumah sakit dan dalam pengambilan keputusan etis. Adanya Pusat Bioetika Kristen di UKRIDA, diharapkan perhatian terhadap isu-isu bioetika semakin meningkat. UKRIDA, melalui Pusat Kajian Bioetika Kristen, aktif mengembangkan berbagai program penelitian dan pengabdian masyarakat dalam mengintegrasikan nilai-nilai Kristiani dengan perkembangan teknologi medis terkini.

Terselenggaranya simposium internasional ini sebagai wujud dari pentingnya mempersiapkan calon tenaga kesehatan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang aspek etis dalam praktik medis. Lebih dari 100 peserta dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, praktisi medis, akademisi, dan masyarakat umum, turut berpartisipasi dalam diskusi mengenai bioetika Kristen ini.

Selanjutnya, Dr. Lydia Pratanu, MS dari RSAB Harapan Kita menjelaskan perspektif praktis tentang teknologi genetika dan implikasi etisnya. Ia menyoroti kemajuan tes genetik dalam praktik kebidanan modern sembari mengingatkan tentang dilema etis yang menyertainya. "Sebagai umat Kristiani, kita perlu memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti Tuhan," jelasnya.

Prof. Dr. David G. Smithard dari University of Greenwich, UK, juga menyampaikan tantangan pelayanan medis sehubungan dengan akhir kehidupan. Terkait euthanasia, ia menekankan pentingnya pendampingan pasien hingga akhir hayat, dimana tugas utama praktisi medis adalah memberikan perawatan terbaik dengan pendekatan holistik yang memperhatikan aspek fisik dan psikologis pasien, bukan mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri kehidupan.

One Day Symposium on Christian Bioethics menghasilkan beberapa rekomendasi strategis, termasuk pengembangan panduan etis praktis dan pembentukan kelompok diskusi fokus untuk topik-topik spesifik. Forum ini menjadi momentum penting yang mempersatukan gereja, tenaga kesehatan, dan institusi Kristen di Indonesia dalam menghadapi tantangan bioetika kontemporer.
(nnz)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More