Bappenas Dorong Gen Z Asah Soft Skill untuk Hadapi Tantangan Dunia Kerja
Kamis, 12 Desember 2024 - 15:40 WIB
JAKARTA - Soft skill atau keterampilan interpersonal dan kepribadian sangat penting di dunia kerja. Terlebih persaingan di dunia kerja saat ini sangat tinggi.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/B appenas Amich Alhumami menyebut, keterampilan soft skill generasi saat ini masih rendah.
Padahal, keterampilan soft skill memainkan peran penting dalam kesuksesan seseorang di pasar kerja. Tak heran bila akhirnya banyak gen-z mengalami pemutusan hubungan kerja.
"Beberapa kali viral itu yang gen-z banyak di lay off (pecat) karena soft skillnya lemah," katanya pada peluncuran Buku Putih Pemetaan Kebutuhan SDM (Bidang Keahlian) dan Pusat Keunggulan untuk Indonesia Emas, dalam keterangan resmi, Kamis (12/12/2024).
Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation Michael Susanto menekankan pentingnya soft skill ini. Terutama di dunia kerja.
"Hasil studi kami menunjukkan bahwa kompetensi Soft Skill mahasiswa perlu dikembangkan secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan industri Indonesia, sehingga mampu meningkatkan potensi yang mereka miliki untuk kesiapan kerja, siap latih, dan siap berkontribusi," tuturnya.
Pihaknya pun telah mengeluarkan studi mengenai pengembangan soft skill untuk tenaga kerja industri prioritas nasional. Studi dilakukan untuk mempertajam Buku Putih Pemetaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Bidang Keahlian) serta Pusat Keunggulan untuk Indonesia Emas 2045 Bappenas.
"Studi ini juga memberikan pemetaan kebutuhan soft skills di industri-industri prioritas nasional dan menawarkan solusi strategis melalui program-program pengembangan yang dapat mendukung transformasi SDM Indonesia," paparnya. Ia berharap, hasil studi tersebut juga dapat dipadankan dengan kebutuhan industri dan praktik di pendidikan tinggi di Indonesia guna membantu tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Di sisi lain, Bappenas juga mendorong perguruan tinggi lebih fleksibel dalam penyediaan program studi (prodi). Menurutnya, pembukaan atau penutupan prodi sesuai kebutuhan negara, kebutuhan pasar kerja, dan perkembangan ilmu di dunia merupakan hal lumrah di berbagai negara. Hal ini sebagai salah satu upaya mendukung perekonomian negara tersebut.
Karena itu, penting bagi kampus memetakan potensi perekonomian yang ada di daerahnya. "Misalnya, katakanlah Sumatera, apa sesungguhnya potensi industri atau potensi ekonomi yang dipunyai di wilayah Sumatera? Apakah pariwisata? manufaktur? Atau yang lainnya. Demikian juga kalau kita bicara tentang Kalimantan, Sulawesi, dan seterusnya," ujarnya.
Selain potensi ekonomi wilayah, kampus juga diminta melihat potensi keilmuan yang tengah berkembang. Bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) misalnya.
Menurutnya, penting bagi PT untuk menambah jurusan di bidang STEM ini guna memenuhi kebutuhan bidang hard sciences yang masih minim. Selain itu, keilmuan STEM saat ini sangat diperlukan karena jadi infrastruktur utama dalam perkembangan suatu negara.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/B appenas Amich Alhumami menyebut, keterampilan soft skill generasi saat ini masih rendah.
Padahal, keterampilan soft skill memainkan peran penting dalam kesuksesan seseorang di pasar kerja. Tak heran bila akhirnya banyak gen-z mengalami pemutusan hubungan kerja.
"Beberapa kali viral itu yang gen-z banyak di lay off (pecat) karena soft skillnya lemah," katanya pada peluncuran Buku Putih Pemetaan Kebutuhan SDM (Bidang Keahlian) dan Pusat Keunggulan untuk Indonesia Emas, dalam keterangan resmi, Kamis (12/12/2024).
Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation Michael Susanto menekankan pentingnya soft skill ini. Terutama di dunia kerja.
"Hasil studi kami menunjukkan bahwa kompetensi Soft Skill mahasiswa perlu dikembangkan secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan industri Indonesia, sehingga mampu meningkatkan potensi yang mereka miliki untuk kesiapan kerja, siap latih, dan siap berkontribusi," tuturnya.
Pihaknya pun telah mengeluarkan studi mengenai pengembangan soft skill untuk tenaga kerja industri prioritas nasional. Studi dilakukan untuk mempertajam Buku Putih Pemetaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Bidang Keahlian) serta Pusat Keunggulan untuk Indonesia Emas 2045 Bappenas.
"Studi ini juga memberikan pemetaan kebutuhan soft skills di industri-industri prioritas nasional dan menawarkan solusi strategis melalui program-program pengembangan yang dapat mendukung transformasi SDM Indonesia," paparnya. Ia berharap, hasil studi tersebut juga dapat dipadankan dengan kebutuhan industri dan praktik di pendidikan tinggi di Indonesia guna membantu tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Di sisi lain, Bappenas juga mendorong perguruan tinggi lebih fleksibel dalam penyediaan program studi (prodi). Menurutnya, pembukaan atau penutupan prodi sesuai kebutuhan negara, kebutuhan pasar kerja, dan perkembangan ilmu di dunia merupakan hal lumrah di berbagai negara. Hal ini sebagai salah satu upaya mendukung perekonomian negara tersebut.
Karena itu, penting bagi kampus memetakan potensi perekonomian yang ada di daerahnya. "Misalnya, katakanlah Sumatera, apa sesungguhnya potensi industri atau potensi ekonomi yang dipunyai di wilayah Sumatera? Apakah pariwisata? manufaktur? Atau yang lainnya. Demikian juga kalau kita bicara tentang Kalimantan, Sulawesi, dan seterusnya," ujarnya.
Selain potensi ekonomi wilayah, kampus juga diminta melihat potensi keilmuan yang tengah berkembang. Bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) misalnya.
Menurutnya, penting bagi PT untuk menambah jurusan di bidang STEM ini guna memenuhi kebutuhan bidang hard sciences yang masih minim. Selain itu, keilmuan STEM saat ini sangat diperlukan karena jadi infrastruktur utama dalam perkembangan suatu negara.
(nnz)
Lihat Juga :
tulis komentar anda