Aplikasi Indoor Planting Bawa Mahasiswa ITS Rebut Emas
Sabtu, 19 September 2020 - 16:34 WIB
SURABAYA - Pandemi COVID-19 tidak menghalangi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk berkarya di tingkat internasional. Kali ini, tim mahasiswa Departemen Teknik Komputer ITS berhasil membawa pulang emas pada ajang the 6th Southeast Asian Agricultural Engineering Student 2020 yang digelar oleh Universitas Brawijaya bersama dengan Malaysian Society of Agricultural and Food Engineers (MSAE).
Para mahasiswa yang digawangi Awang Ivananto Adi, Muhammad Luthfi, dan Tiara Bening Salsabila memilih permasalahan lahan di perkotaan dengan membuat inovasi yang bernama My Tanaman. Inovasi ini sebagai solusi pengolahan lahan di masyarakat.
Awang menuturkan, My Tanaman merupakan aplikasi yang berbasis Wireless Sensor Network. Nantinya aplikasi tersebut dapat berhubungan langsung dengan database dan modul perangkat yang tertanam pada box ruang tanam. “My Tanaman adalah sebuah box yang berfungsi sebagai ruang tanam yang didesain untuk dapat mengontrol kondisinya agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman,” kata Awang, Sabtu (19/9/2020). (Baca juga: Gandeng UNS, Pemkab Magetan Siapkan Lahan Bangun Universitas Negeri )
Tiara Bening Salsabila menambahkan, timnya lebih dahulu meninjau kondisi alam untuk memastikan kebutuhan yang diinginkan. “Kondisi ruang tanam dimanipulasi sehingga cocok digunakan untuk membudidayakan sayur-sayuran di luar habitat asli dari tumbuhan tersebut,” kata Bening.
My Tanaman menawarkan teknologi dan aplikasi yang terintegrasi dalam satu sistem. Selain menciptakan ruang tanam dengan teknik indoor planting, My Tanaman didesain menggunakan material yang aman bagi tumbuhan. “My Tanaman didesain sedemikian rupa agar dapat mengontrol kondisi di ruang tanam hanya dengan menggunakan smartphone,” jelasnya.
Proposal inovasi yang juga mendapat perak pada kategori lomba poster ini menawarkan fitur-fitur berupa data sensor yang dibaca secara real-time dengan delay tertentu. Indikator yang digunakan meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan, dan sebagainya yang berhubungan dengan monitor kondisi ruang tanam. (Baca juga: Implementasi Kampus Merdeka, UNP Kolaborasi dengan UNM dan UNNES )
Selain itu, katanya, My Tanaman juga memiliki fitur kontrol yang mana pengguna bisa menyalakan sistem seperti kipas, pembuat kelembaban buatan, dan lampu penumbuhan untuk bisa mengontrol kondisi dalam ruang tanam. “Berkat adanya database sistem terintegrasi pada box, data kondisi ruang tanam dapat disimpan, yang mana data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik pada aplikasi My Tanaman,” ucapnya
Ia menambahkan, dalam satu aplikasi tidak hanya bisa memonitor dan mengontrol satu kotak saja, melainkan hingga empat kotak ruang tanam. Juga setiap kotak tidak harus menggunakan user yang sama, melainkan dapat diakses oleh pengguna lain, sehingga mempermudah pekerjaan.
“Analogikan seperti dalam satu perumahan terdapat 12 box dengan tiga pengguna aplikasi, mereka bisa saling koordinasi dengan berganti shift untuk memonitor dan mengontrol kondisi dalam ruang tanam agar tetap stabil sehingga dapat menghasilkan sayuran seperti yang diharapkan,” terangnya.
Para mahasiswa yang digawangi Awang Ivananto Adi, Muhammad Luthfi, dan Tiara Bening Salsabila memilih permasalahan lahan di perkotaan dengan membuat inovasi yang bernama My Tanaman. Inovasi ini sebagai solusi pengolahan lahan di masyarakat.
Awang menuturkan, My Tanaman merupakan aplikasi yang berbasis Wireless Sensor Network. Nantinya aplikasi tersebut dapat berhubungan langsung dengan database dan modul perangkat yang tertanam pada box ruang tanam. “My Tanaman adalah sebuah box yang berfungsi sebagai ruang tanam yang didesain untuk dapat mengontrol kondisinya agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman,” kata Awang, Sabtu (19/9/2020). (Baca juga: Gandeng UNS, Pemkab Magetan Siapkan Lahan Bangun Universitas Negeri )
Tiara Bening Salsabila menambahkan, timnya lebih dahulu meninjau kondisi alam untuk memastikan kebutuhan yang diinginkan. “Kondisi ruang tanam dimanipulasi sehingga cocok digunakan untuk membudidayakan sayur-sayuran di luar habitat asli dari tumbuhan tersebut,” kata Bening.
My Tanaman menawarkan teknologi dan aplikasi yang terintegrasi dalam satu sistem. Selain menciptakan ruang tanam dengan teknik indoor planting, My Tanaman didesain menggunakan material yang aman bagi tumbuhan. “My Tanaman didesain sedemikian rupa agar dapat mengontrol kondisi di ruang tanam hanya dengan menggunakan smartphone,” jelasnya.
Proposal inovasi yang juga mendapat perak pada kategori lomba poster ini menawarkan fitur-fitur berupa data sensor yang dibaca secara real-time dengan delay tertentu. Indikator yang digunakan meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan, dan sebagainya yang berhubungan dengan monitor kondisi ruang tanam. (Baca juga: Implementasi Kampus Merdeka, UNP Kolaborasi dengan UNM dan UNNES )
Selain itu, katanya, My Tanaman juga memiliki fitur kontrol yang mana pengguna bisa menyalakan sistem seperti kipas, pembuat kelembaban buatan, dan lampu penumbuhan untuk bisa mengontrol kondisi dalam ruang tanam. “Berkat adanya database sistem terintegrasi pada box, data kondisi ruang tanam dapat disimpan, yang mana data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik pada aplikasi My Tanaman,” ucapnya
Ia menambahkan, dalam satu aplikasi tidak hanya bisa memonitor dan mengontrol satu kotak saja, melainkan hingga empat kotak ruang tanam. Juga setiap kotak tidak harus menggunakan user yang sama, melainkan dapat diakses oleh pengguna lain, sehingga mempermudah pekerjaan.
“Analogikan seperti dalam satu perumahan terdapat 12 box dengan tiga pengguna aplikasi, mereka bisa saling koordinasi dengan berganti shift untuk memonitor dan mengontrol kondisi dalam ruang tanam agar tetap stabil sehingga dapat menghasilkan sayuran seperti yang diharapkan,” terangnya.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda