Mahasiswa ITS Rancang Instalasi Pengolahan Limbah Laundry Berbasis 3R
Rabu, 07 Oktober 2020 - 09:39 WIB
JAKARTA - Tujuh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang tergabung dalam tim Abdi Karya merancang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk Usaha Skala Kecil (USK) laundry berbasis reuse, recycle, dan recovery (3R).
Ketua Tim Abdi Karya Cindy Synthia Putri mengungkapkan, banyak usaha laundry saat ini yang tidak memiliki IPAL. Limbah air laundry yang mereka hasilkan cenderung dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dulu. Padahal, limbah ini mengandung ragam zat yang berbahaya. “Kandungan ini berasal dari campuran deterjen dan kotoran pada pakaian,” katanya melalui siaran pers, Selasa (6/10). (Baca juga: UNS Resmi Berstatus PTN Berbadan Hukum ke 12 di Indonesia )
Selain Cindy, anggota lainnya dalam tim Abdi Karya ITS ini adalah Nabila Putri R, Nandalita Alifia, dan Oktsyavitto Adhitya dari Departemen Teknik Lingkungan. Selain mereka, ada pula Vaneti Kyash L dan Wahid Ramadhan S dari Departemen Arsitektur. Terakhir, ada Ifarrel Rachmanda H, mahasiswa Departemen Teknik Sipil.
Kandungan berbahaya dari limbah tersebut, menurut Cindy, antara lain adalah Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), dan fosfat. Cindy menjabarkan, nilai BOD dan COD yang tinggi dapat menyebabkan defisit oksigen yang larut di air. Sementara itu, TSS mampu mengeruhkan air dan menghalangi cahaya matahari masuk. Sedangkan, fosfat dapat mendegradasi kehidupan biota air dan meningkatkan unsur hara.
Mahasiswa Departemen Teknik Lingkungan ini menerangkan, USK laundry memerlukan unit pengolahan yang dapat mengurangi risiko pencemaran lingkungan tersebut. Desain IPAL rancangan Cindy dan tim ini bersifat portabel. Selain itu, IPAL ini memiliki ukuran yang sesuai dengan kesediaan ruangan laundry skala kecil. “Sehingga tidak akan memakan banyak tempat,” sambung mahasiswi angkatan 2016 ini. (Baca juga: Wow, Dosen Muda ITS Ini Memiliki H-Index Scopus 21 )
Cindy memaparkan, jika limbah keluaran alat ini akan dikumpulkan dahulu pada bak pengumpul. Selanjutnya, limbah akan disaring menggunakan pasir kali melalui proses filter biosand. Lalu, air olahan akan melalui dua kali proses adsorpsi karbon aktif menggunakan adsorben tempurung kelapa. “Terakhir, limbah yang telah diolah ini akan menjadi bersih dan dapat dikumpulkan ke dalam tandon air,” ujarnya.
Menurut Cindy, IPAL rancangan mereka semakin unggul berkat penerapan 3R. Prinsip recycle terlihat pada air olahannya yang dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman hidroponik, mencuci kendaraan, serta dapat dialirkan ulang ke unit pengolahan lagi. Selain itu, pasir kali yang mulai kotor akibat proses filter dapat digunakan kembali (reuse) setelah dicuci dengan air bersih. “Sementara, adsorben jenuh yang dihasilkan dapat dimanfaatkan (recovery) sebagai pupuk,” sebutnya.
Perlu diketahui, IPAL rancangan tim Abdi Karya ITS ini telah berhasil meraih juara utama kategori USK Laundry dan Batik dalam lomba Desain Inovasi IPAL 2020, pada 18 September lalu. Pada kompetisi yang digelar oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini, Abdi Karya berhasil mengungguli 68 tim lain dari perguruan tinggi nasional dan luar negeri.
Ke depannya, tim bimbingan Arseto Yekti Bagastyo, Welly Herumurti, dan Ervin Nurhayati ini berharap, rancangan mereka tidak sekadar tuntas di perlombaan. Cindy berkeinginan, inovasi yang mereka gagas dapat dikembangkan lagi hingga semakin matang digunakan pegiat bisnis laundry. “Saya harap, dampak pencemaran limbah ini dapat teratasi dengan IPAL kami,” pungkasnya.
Lihat Juga: Dukung Transisi Energi Bersih, Perguruan Tinggi Jadi Motor Penggerak Inovasi Kendaraan Listrik
Ketua Tim Abdi Karya Cindy Synthia Putri mengungkapkan, banyak usaha laundry saat ini yang tidak memiliki IPAL. Limbah air laundry yang mereka hasilkan cenderung dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dulu. Padahal, limbah ini mengandung ragam zat yang berbahaya. “Kandungan ini berasal dari campuran deterjen dan kotoran pada pakaian,” katanya melalui siaran pers, Selasa (6/10). (Baca juga: UNS Resmi Berstatus PTN Berbadan Hukum ke 12 di Indonesia )
Selain Cindy, anggota lainnya dalam tim Abdi Karya ITS ini adalah Nabila Putri R, Nandalita Alifia, dan Oktsyavitto Adhitya dari Departemen Teknik Lingkungan. Selain mereka, ada pula Vaneti Kyash L dan Wahid Ramadhan S dari Departemen Arsitektur. Terakhir, ada Ifarrel Rachmanda H, mahasiswa Departemen Teknik Sipil.
Kandungan berbahaya dari limbah tersebut, menurut Cindy, antara lain adalah Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), dan fosfat. Cindy menjabarkan, nilai BOD dan COD yang tinggi dapat menyebabkan defisit oksigen yang larut di air. Sementara itu, TSS mampu mengeruhkan air dan menghalangi cahaya matahari masuk. Sedangkan, fosfat dapat mendegradasi kehidupan biota air dan meningkatkan unsur hara.
Mahasiswa Departemen Teknik Lingkungan ini menerangkan, USK laundry memerlukan unit pengolahan yang dapat mengurangi risiko pencemaran lingkungan tersebut. Desain IPAL rancangan Cindy dan tim ini bersifat portabel. Selain itu, IPAL ini memiliki ukuran yang sesuai dengan kesediaan ruangan laundry skala kecil. “Sehingga tidak akan memakan banyak tempat,” sambung mahasiswi angkatan 2016 ini. (Baca juga: Wow, Dosen Muda ITS Ini Memiliki H-Index Scopus 21 )
Cindy memaparkan, jika limbah keluaran alat ini akan dikumpulkan dahulu pada bak pengumpul. Selanjutnya, limbah akan disaring menggunakan pasir kali melalui proses filter biosand. Lalu, air olahan akan melalui dua kali proses adsorpsi karbon aktif menggunakan adsorben tempurung kelapa. “Terakhir, limbah yang telah diolah ini akan menjadi bersih dan dapat dikumpulkan ke dalam tandon air,” ujarnya.
Menurut Cindy, IPAL rancangan mereka semakin unggul berkat penerapan 3R. Prinsip recycle terlihat pada air olahannya yang dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman hidroponik, mencuci kendaraan, serta dapat dialirkan ulang ke unit pengolahan lagi. Selain itu, pasir kali yang mulai kotor akibat proses filter dapat digunakan kembali (reuse) setelah dicuci dengan air bersih. “Sementara, adsorben jenuh yang dihasilkan dapat dimanfaatkan (recovery) sebagai pupuk,” sebutnya.
Perlu diketahui, IPAL rancangan tim Abdi Karya ITS ini telah berhasil meraih juara utama kategori USK Laundry dan Batik dalam lomba Desain Inovasi IPAL 2020, pada 18 September lalu. Pada kompetisi yang digelar oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini, Abdi Karya berhasil mengungguli 68 tim lain dari perguruan tinggi nasional dan luar negeri.
Ke depannya, tim bimbingan Arseto Yekti Bagastyo, Welly Herumurti, dan Ervin Nurhayati ini berharap, rancangan mereka tidak sekadar tuntas di perlombaan. Cindy berkeinginan, inovasi yang mereka gagas dapat dikembangkan lagi hingga semakin matang digunakan pegiat bisnis laundry. “Saya harap, dampak pencemaran limbah ini dapat teratasi dengan IPAL kami,” pungkasnya.
Lihat Juga: Dukung Transisi Energi Bersih, Perguruan Tinggi Jadi Motor Penggerak Inovasi Kendaraan Listrik
(mpw)
tulis komentar anda