Siapkan Bekal dan Modal, Kemendikbud Dorong Mahasiswa Jadi Wirausahawan Muda
Senin, 12 Oktober 2020 - 09:12 WIB
JAKARTA - Kemendikbud melalui Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendorong mahasiswa untuk menjadi wirausahawan muda melalui berbagai program.
Dirjen Dikti Kemendikbud Nizam mengatakan, terdapat sekitar 80-90% pelaku usaha di Indonesia umumnya berbasis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang sebagian besar berada di sektor informal. Namun, dengan kemampuan teknologi yang terbatas, jaringan yang terbatas, dan kemampuan entrepreneurship yang terbatas menjadikan para wirausaha ini tidak memiliki bekal kewirausahaan. (Baca juga: Kampus Merdeka Picu Peningkatan Inovasi Perguruan Tinggi )
Oleh karena itu, Ditjen Dikti bekerja sama dengan Yayasan Global CEO Indonesia menyelenggarakan Program Pendampingan Kewirausahaan Perguruan Tinggi sehingga membuka peluang bagi para mahasiswa untuk berwirausaha atau berperan sebagai penyedia lapangan kerja.
“Dengan kondisi seperti saat ini, kondisi lapangan pekerjaan yang sedang mengalami kontraksi tentu sangat berat jika semua harus diserap pada lapangan pekerjaan yang sudah ada, maka dari itu lapangan pekerjaan baru harus diciptakan bagi rekan-rekan mahasiswa ini,” katanya saat Penandatanganan MoU antara Ditjen Dikti dengan Yayasan Global CEO Indonesia, melalui siaran pers Senin (12/10).
Nizam juga menjelaskan, dampak dari pandemi ini cukup mendalam karena tidak hanya di dunia kesehatan, tetapi juga masalah perekonomian, pendidikan, dan aspek-aspek yang lain. Ditjen Dikti sudah menyiapkan beberapa program untuk tahun 2021 seperti menyiapkan sekolah eksportir, UMKM akademi, bekerja sama dengan berbagai perusahaan teknologi global seperti dengan Google, serta Artificial Intelligence (AI). (Baca juga: Salut, di Tengah Kesibukannya 19 PMI di Korsel Tuntaskan Studi di UT )
Nantinya, kata Nizam, mahasiswa akan mendapat pelatihan dari perusahaan raksasa teknologi dunia dengan proyek-proyek yang basisnya adalah bisnis pribadi. Dengan begitu diharapkan terjadi amplifikasi atas apa yang ada saat ini dengan menggunakan kemajuan teknologi 4.0.
"Perguruan tinggi dapat menjadi mata air, sumber kehidupan, sumber kemajuan untuk dunia usaha, industri, dan bagi kemajuan bangsa dan negara. Itulah semangat yang kita gelorakan melalui kerja sama ini, sehingga akan lebih banyak lagi CEO yang lahir di Indonesia,” pungkasnya.
Rhenald Kasali selaku Pembina Yayasan Global CEO Indonesia menjelaskan bahwa saat ini kita sedang memasuki dunia baru yaitu dunia digital. Dunia digital membawa Indonesia bahkan dunia keluar dari jurang depresi ekonomi di masa pandemi ini.
"Dengan adanya MoU ini merupakan sebuah lompatan besar untuk melahirkan CEO-CEO baru yang akan menggeliatkan ekonomi baik di tingkat UMKM, maupun start-up. Perubahan-perubahan terjadi di berbagai sektor merupakan hasil dari teknologi digital, dan karena teknologi digital pula banyak sektor yang bisa survive di masa pandemi," ungkapnya.
Dirjen Dikti Kemendikbud Nizam mengatakan, terdapat sekitar 80-90% pelaku usaha di Indonesia umumnya berbasis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang sebagian besar berada di sektor informal. Namun, dengan kemampuan teknologi yang terbatas, jaringan yang terbatas, dan kemampuan entrepreneurship yang terbatas menjadikan para wirausaha ini tidak memiliki bekal kewirausahaan. (Baca juga: Kampus Merdeka Picu Peningkatan Inovasi Perguruan Tinggi )
Oleh karena itu, Ditjen Dikti bekerja sama dengan Yayasan Global CEO Indonesia menyelenggarakan Program Pendampingan Kewirausahaan Perguruan Tinggi sehingga membuka peluang bagi para mahasiswa untuk berwirausaha atau berperan sebagai penyedia lapangan kerja.
“Dengan kondisi seperti saat ini, kondisi lapangan pekerjaan yang sedang mengalami kontraksi tentu sangat berat jika semua harus diserap pada lapangan pekerjaan yang sudah ada, maka dari itu lapangan pekerjaan baru harus diciptakan bagi rekan-rekan mahasiswa ini,” katanya saat Penandatanganan MoU antara Ditjen Dikti dengan Yayasan Global CEO Indonesia, melalui siaran pers Senin (12/10).
Nizam juga menjelaskan, dampak dari pandemi ini cukup mendalam karena tidak hanya di dunia kesehatan, tetapi juga masalah perekonomian, pendidikan, dan aspek-aspek yang lain. Ditjen Dikti sudah menyiapkan beberapa program untuk tahun 2021 seperti menyiapkan sekolah eksportir, UMKM akademi, bekerja sama dengan berbagai perusahaan teknologi global seperti dengan Google, serta Artificial Intelligence (AI). (Baca juga: Salut, di Tengah Kesibukannya 19 PMI di Korsel Tuntaskan Studi di UT )
Nantinya, kata Nizam, mahasiswa akan mendapat pelatihan dari perusahaan raksasa teknologi dunia dengan proyek-proyek yang basisnya adalah bisnis pribadi. Dengan begitu diharapkan terjadi amplifikasi atas apa yang ada saat ini dengan menggunakan kemajuan teknologi 4.0.
"Perguruan tinggi dapat menjadi mata air, sumber kehidupan, sumber kemajuan untuk dunia usaha, industri, dan bagi kemajuan bangsa dan negara. Itulah semangat yang kita gelorakan melalui kerja sama ini, sehingga akan lebih banyak lagi CEO yang lahir di Indonesia,” pungkasnya.
Rhenald Kasali selaku Pembina Yayasan Global CEO Indonesia menjelaskan bahwa saat ini kita sedang memasuki dunia baru yaitu dunia digital. Dunia digital membawa Indonesia bahkan dunia keluar dari jurang depresi ekonomi di masa pandemi ini.
"Dengan adanya MoU ini merupakan sebuah lompatan besar untuk melahirkan CEO-CEO baru yang akan menggeliatkan ekonomi baik di tingkat UMKM, maupun start-up. Perubahan-perubahan terjadi di berbagai sektor merupakan hasil dari teknologi digital, dan karena teknologi digital pula banyak sektor yang bisa survive di masa pandemi," ungkapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda