Rektor UNS: Merdeka Belajar Episode 6 Dekatkan Hubungan Kampus-Industri
Minggu, 08 November 2020 - 13:59 WIB
JAKARTA - Kemendikbud telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode keenam: Transformasi Dana Pemerintah untuk Pendidikan Tinggi. Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Jamal Wiwoho menilai kebijakan ini akan mendekatkan hubungan industri dan kampus yang selama ini berjarak.
Rektor Jamal mengatakan, transformasi dana pemerintah untuk universitas ini bentuk kepedulian pemerintah untuk perguruan tinggi yang mampu bersaing dan berkolaborasi dengan industri. “Di negara-negara maju, perusahaan-perusahaan yang bagus diserahkan kepada perguruan tinggi. Kita di sini malah masih percaya R & D (Research and Development) dari luar,” katanya pada Bincang Pendidikan Kemendikbud yang digelar secara virtual melalui siaran pers, Minggu (8/11). (Baca juga: Mahasiswa Vokasi UI Raih 3 Penghargaan di Laga AI Internasional )
Harapan dari Guru Besar Ilmu Hukum UNS ini adalah, dunia industri di Indonesia akan dapat memercayakan R & D produk-produknya ke kampus dalam negeri. Sebab dirinya meyakini bahwa Kampus Merdeka ini setidaknya akan mendekatkan dunia industri dengan kampus yang selama ini masih berjarak.
“Delapan indikator kinerja umum (IKU) yang digagas Kemendikbud ini dibagi menjadi tiga yaitu kualitas lulusan, kualitas kurikulum, serta kualitas dosen dan pengajar. Ini mudah untuk dibentangkan. Artinya, Kampus Merdeka memberi kesempatan kampus mempersiapkan diri dan berkolaborasi dengan dunia usaha/ dunia industri. Kampus bukan lagi episentrum menara gading, dan enak-enakan di kampus, padahal produk kampus (mahasiswanya) tidak bisa menjawab tantangan zaman,” ujarnya.
Dengan transformasi yang dibuat Kemendikbud, kata Jamal, kerja sama di antara dosen bisa lebih terinstitusionalisasi yang dibantu dengan keberadaan platform digital Kedaireka.id bisa terlihat jelas berikut tantangan dan solusinya. “Kemendikbud juga jadi punya informasi, siapa saja dosen-dosen yang berkiprah. Ini jadi bisa terlembagakan dan terorganisasi dengan sebaik-baiknya,” tambahnya. (Baca juga: Keren, ITB Borong Juara di Kontes Robot Terbang Indonesia )
Pada kesempatan yang sama, Rektor Unair, Mohammad Nasih menyampaikan bahwa kebijakan Merdeka Belajar Episode Keenam disambutan baik oleh pengusaha. “Kami di kampus juga bergerilya untuk mendapatkan pendanaan yang baik, ketika itu masih segar. Namun, ketika sudah mau eksekusi, ada wabah. Cashflow perusahaan terganggu. Tetapi tanggapan kawan-kawan pengusaha luar biasa,” ujarnya.
Semua rektor di manapun, kata Nasih sepakat menggunakan IKU Kemendikbud. Bagaimana caranya menghasilkan lulusan yang lebih kompetitif dan tidak memalukan almamater. “Selama ini, kendala kita soal finansial. Nah, sekarang sudah ada transformasi dana pemerintah untuk pendidikan tinggi. Sebagai pihak perguruan tinggi, kami merasa kebijakan ini sangat menguntungkan. Namun, menjawab kebijakan ini, kami mengubah sisi kultural dengan budaya Merdeka Belajar, dan secara struktural juga kami berbenah,” imbuhnya.
Menanggapi apresiasi yang disampaikan para Rektor tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, mengatakan bahwa transformasi dari Merdeka Belajar Episode Keenam sebenarnya membantu menyiapkan mahasiswa agar mengenal dunia kerja meski masih berkuliah. Menurut Nizam, dunia kerja bukan hanya industri, tapi juga usaha. Di mana karya dosen bukan hanya sekadar menyusun makalah, namun lebih kepada bagaimana hasil penelitian itu bermanfaat bagi masyarakat.
Rektor Jamal mengatakan, transformasi dana pemerintah untuk universitas ini bentuk kepedulian pemerintah untuk perguruan tinggi yang mampu bersaing dan berkolaborasi dengan industri. “Di negara-negara maju, perusahaan-perusahaan yang bagus diserahkan kepada perguruan tinggi. Kita di sini malah masih percaya R & D (Research and Development) dari luar,” katanya pada Bincang Pendidikan Kemendikbud yang digelar secara virtual melalui siaran pers, Minggu (8/11). (Baca juga: Mahasiswa Vokasi UI Raih 3 Penghargaan di Laga AI Internasional )
Harapan dari Guru Besar Ilmu Hukum UNS ini adalah, dunia industri di Indonesia akan dapat memercayakan R & D produk-produknya ke kampus dalam negeri. Sebab dirinya meyakini bahwa Kampus Merdeka ini setidaknya akan mendekatkan dunia industri dengan kampus yang selama ini masih berjarak.
“Delapan indikator kinerja umum (IKU) yang digagas Kemendikbud ini dibagi menjadi tiga yaitu kualitas lulusan, kualitas kurikulum, serta kualitas dosen dan pengajar. Ini mudah untuk dibentangkan. Artinya, Kampus Merdeka memberi kesempatan kampus mempersiapkan diri dan berkolaborasi dengan dunia usaha/ dunia industri. Kampus bukan lagi episentrum menara gading, dan enak-enakan di kampus, padahal produk kampus (mahasiswanya) tidak bisa menjawab tantangan zaman,” ujarnya.
Dengan transformasi yang dibuat Kemendikbud, kata Jamal, kerja sama di antara dosen bisa lebih terinstitusionalisasi yang dibantu dengan keberadaan platform digital Kedaireka.id bisa terlihat jelas berikut tantangan dan solusinya. “Kemendikbud juga jadi punya informasi, siapa saja dosen-dosen yang berkiprah. Ini jadi bisa terlembagakan dan terorganisasi dengan sebaik-baiknya,” tambahnya. (Baca juga: Keren, ITB Borong Juara di Kontes Robot Terbang Indonesia )
Pada kesempatan yang sama, Rektor Unair, Mohammad Nasih menyampaikan bahwa kebijakan Merdeka Belajar Episode Keenam disambutan baik oleh pengusaha. “Kami di kampus juga bergerilya untuk mendapatkan pendanaan yang baik, ketika itu masih segar. Namun, ketika sudah mau eksekusi, ada wabah. Cashflow perusahaan terganggu. Tetapi tanggapan kawan-kawan pengusaha luar biasa,” ujarnya.
Semua rektor di manapun, kata Nasih sepakat menggunakan IKU Kemendikbud. Bagaimana caranya menghasilkan lulusan yang lebih kompetitif dan tidak memalukan almamater. “Selama ini, kendala kita soal finansial. Nah, sekarang sudah ada transformasi dana pemerintah untuk pendidikan tinggi. Sebagai pihak perguruan tinggi, kami merasa kebijakan ini sangat menguntungkan. Namun, menjawab kebijakan ini, kami mengubah sisi kultural dengan budaya Merdeka Belajar, dan secara struktural juga kami berbenah,” imbuhnya.
Menanggapi apresiasi yang disampaikan para Rektor tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, mengatakan bahwa transformasi dari Merdeka Belajar Episode Keenam sebenarnya membantu menyiapkan mahasiswa agar mengenal dunia kerja meski masih berkuliah. Menurut Nizam, dunia kerja bukan hanya industri, tapi juga usaha. Di mana karya dosen bukan hanya sekadar menyusun makalah, namun lebih kepada bagaimana hasil penelitian itu bermanfaat bagi masyarakat.
(mpw)
tulis komentar anda