Tolak Belajar Tatap Muka, Ini Saran Forum Guru Soal Belajar Daring
Rabu, 23 Desember 2020 - 23:05 WIB
BANDUNG - Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) meminta agar rencana belajar tatap muka awal Tahun 2021 ditunda. Mereka menilai, pembelajaran jarak jauh membuat psikologis siswa lebih baik dan aman dari penyebaran COVID-19 di lembaga pendidikan.
Hasil penelitian Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia yang melibatkan sekitar 15.000 siswa, menemukan bahwa kondisi psikologis siswa yang mengikuti PJJ justru lebih baik dibandingkan mereka yang mengikuti pembelajaran secara tatap muka. PJJ juga ditemukan tidak menimbulkan stres yang lebih tinggi daripada metode pembelajaran lainnya. (Baca juga: Kemendikbud: Kewenangan Pembukaan Sekolah Tatap Muka Diberikan ke Daerah )
Sehingga, menurut Ketua FAGI Jabar Iwan Hermawan, banyaknya keluhan terkait PJJ karena berbagai persoalan yang belum dikuasai siswa, orang tua, dan guru. Menurut dia, kegagalan PJJ selama ini karena sebagian besar guru dan orang tua kurang memahami regulasi PJJ yang telah di keluarkan oleh Kemendikbud.
Berdasarkan Surat Edaran Sekjen Kemendikbud No 15 tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar sangat disederhanakan. Materi pelajaran direduksi sebagian cukup yang esensinya saja yang diberikan siswa.
"Sayangnya, hasil pengamatan FAGI hanya sebagian kecil guru dan orang tua yang sudah membaca regulasi tersebut. Sehingga pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa, penilaian kinerja guru dan penilaian kinerja kepala sekolah masih menggunakan instrumen masa normal," terang Iwan. (Baca juga: Khawatir, Sekolah Tatap Muka Awal Januari Butuh Kajian Cermat )
Sebenarnya, kata dia, pemerintah sebetulnya sudah lama melakukan PJJ, dalam pelaksanaan SD,SMP dan SMA terbuka , termasuk Universitas terbuka. Modul sudah disiapkan sejak dulu, lalu kenapa tidak mengadopsi PJJ sekolah dan Universitas terbuka tersebut.
Iwan menyarankan, bila PJJ tetap akan digelar, mestinya mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, meningkatkan kapasitas dan keterampilan guru dalam hal pengelolaan kelas dan penyampaian materi belajar yang sesuai dengan konsep PJJ. Guru diharapkan lebih percaya diri dalam memberikan materi saat PJJ.
Kedua, guru juga disarankan untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam memberikan dukungan psikososial pada siswa. Pemberian keterampilan dukungan psikologis awal (DPA) adalah salah satu alternatif kegiatan yang dapat diberikan pada guru.
Ketiga, memberikan bantuan pada orang tua atau pendamping belajar selama PJJ agar lebih mudah memahami proses belajar yang sedang dijalani anak. Salah satunya dengan menyiapkan modul-modul belajar untuk pengayaan bagi pendamping belajar anak atau orang tua.
Hasil penelitian Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia yang melibatkan sekitar 15.000 siswa, menemukan bahwa kondisi psikologis siswa yang mengikuti PJJ justru lebih baik dibandingkan mereka yang mengikuti pembelajaran secara tatap muka. PJJ juga ditemukan tidak menimbulkan stres yang lebih tinggi daripada metode pembelajaran lainnya. (Baca juga: Kemendikbud: Kewenangan Pembukaan Sekolah Tatap Muka Diberikan ke Daerah )
Sehingga, menurut Ketua FAGI Jabar Iwan Hermawan, banyaknya keluhan terkait PJJ karena berbagai persoalan yang belum dikuasai siswa, orang tua, dan guru. Menurut dia, kegagalan PJJ selama ini karena sebagian besar guru dan orang tua kurang memahami regulasi PJJ yang telah di keluarkan oleh Kemendikbud.
Berdasarkan Surat Edaran Sekjen Kemendikbud No 15 tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar sangat disederhanakan. Materi pelajaran direduksi sebagian cukup yang esensinya saja yang diberikan siswa.
"Sayangnya, hasil pengamatan FAGI hanya sebagian kecil guru dan orang tua yang sudah membaca regulasi tersebut. Sehingga pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa, penilaian kinerja guru dan penilaian kinerja kepala sekolah masih menggunakan instrumen masa normal," terang Iwan. (Baca juga: Khawatir, Sekolah Tatap Muka Awal Januari Butuh Kajian Cermat )
Sebenarnya, kata dia, pemerintah sebetulnya sudah lama melakukan PJJ, dalam pelaksanaan SD,SMP dan SMA terbuka , termasuk Universitas terbuka. Modul sudah disiapkan sejak dulu, lalu kenapa tidak mengadopsi PJJ sekolah dan Universitas terbuka tersebut.
Iwan menyarankan, bila PJJ tetap akan digelar, mestinya mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, meningkatkan kapasitas dan keterampilan guru dalam hal pengelolaan kelas dan penyampaian materi belajar yang sesuai dengan konsep PJJ. Guru diharapkan lebih percaya diri dalam memberikan materi saat PJJ.
Kedua, guru juga disarankan untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam memberikan dukungan psikososial pada siswa. Pemberian keterampilan dukungan psikologis awal (DPA) adalah salah satu alternatif kegiatan yang dapat diberikan pada guru.
Ketiga, memberikan bantuan pada orang tua atau pendamping belajar selama PJJ agar lebih mudah memahami proses belajar yang sedang dijalani anak. Salah satunya dengan menyiapkan modul-modul belajar untuk pengayaan bagi pendamping belajar anak atau orang tua.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda