Inovasi, Mahasiswa ITS Rancang Alat Pengolah Biji Kemiri Jadi Minyak
Rabu, 13 Januari 2021 - 08:21 WIB
SURABAYA - Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri, Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membantu merancang alat pengolah biji kemiri menjadi minyak kemiri.
Teknologi Tepat Guna ini dirancang oleh tim Abmas dan KKN yang terdiri dari delapan mahasiswa di Desa Pakuan, Kecamatan Narmada, Lombok Barat. Delapan mahasiswa tersebut adalah Fitra Bagus Hendi Prabowo, Ngurah Gatot Saguna Wijaya, Mohamad Tedi Prasetiyo, Aditya Yoga Eka Nugraha, Diego Surya Dewangga, Wahyu Dwi Putranto, Rahmad Rahardian Dias Affandi, dan Amirah Cetta Elysia. (Baca juga: Sepanjang 2020, Pelajar Indonesia Raih 68 Penghargaan Internasional )
Aditya Yoga Eka Nugraha, salah satu tim Abmas menuturkan, Desa Pakuan memiliki sumber daya tanaman biji kemiri yang melimpah dan belum termanfaatkan secara optimal. Diketahui harga biji kemiri utuhan yang dijual para petani dengan kisaran harga Rp10.000 sampai 20.000.
“Jika dibandingkan dengan kemiri yang sudah diolah terpisah dari cangkang dan juga menjual minyak kemiri, maka para petani akan lebih mendapatkan keuntungan yang besar dengan memanfaatkan kekayaan alam secara optimal,” kata Yoga, Selasa (12/1/2021).
Ia melanjutkan, alat pengolah biji kemiri menjadi minyak kemiri dibuat dengan konsep proses manufaktur. Keunggulan alat tersebut yaitu dapat memecah biji kemiri dengan jumlah banyak sekaligus dengan hasil yang bisa langsung diolah menjadi minyak kemiri. “Alat ini sudah melalui pengujian terlebih dahulu sebelum dilakukan pengiriman ke Desa Pakuan,” jelasnya. (Baca juga: UI Kenalkan Aplikasi mCare untuk Deteksi Dini Penyakit Tak Menular )
Kegiatan pengembangan alat yang telah dibuat selama empat bulan ini dilanjutkan dengan sosialisasi pengarahan penggunaan. Setelah alat tersebut sampai di Desa Pakuan, para petani langsung memanfaatkannya. “Bahkan beberapa telah menerima pesanan sejak produk ditawarkan, penjualan pun sudah masuk pasar online,” jelasnya.
Menurut Yoga, masyarakat Desa Pakuan sangat menyambut kehadiran alat pemecah biji kemiri ini. Mereka berharap dapat meningkatkan penghasilan desa dan juga mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) para petani biji kemiri di Desa Pakuan. Para petani juga menyampaikan bahwa mereka mengharapkan alat ini segera dikomersialkan dengan kuantitas lebih.
Teknologi Tepat Guna ini dirancang oleh tim Abmas dan KKN yang terdiri dari delapan mahasiswa di Desa Pakuan, Kecamatan Narmada, Lombok Barat. Delapan mahasiswa tersebut adalah Fitra Bagus Hendi Prabowo, Ngurah Gatot Saguna Wijaya, Mohamad Tedi Prasetiyo, Aditya Yoga Eka Nugraha, Diego Surya Dewangga, Wahyu Dwi Putranto, Rahmad Rahardian Dias Affandi, dan Amirah Cetta Elysia. (Baca juga: Sepanjang 2020, Pelajar Indonesia Raih 68 Penghargaan Internasional )
Aditya Yoga Eka Nugraha, salah satu tim Abmas menuturkan, Desa Pakuan memiliki sumber daya tanaman biji kemiri yang melimpah dan belum termanfaatkan secara optimal. Diketahui harga biji kemiri utuhan yang dijual para petani dengan kisaran harga Rp10.000 sampai 20.000.
“Jika dibandingkan dengan kemiri yang sudah diolah terpisah dari cangkang dan juga menjual minyak kemiri, maka para petani akan lebih mendapatkan keuntungan yang besar dengan memanfaatkan kekayaan alam secara optimal,” kata Yoga, Selasa (12/1/2021).
Ia melanjutkan, alat pengolah biji kemiri menjadi minyak kemiri dibuat dengan konsep proses manufaktur. Keunggulan alat tersebut yaitu dapat memecah biji kemiri dengan jumlah banyak sekaligus dengan hasil yang bisa langsung diolah menjadi minyak kemiri. “Alat ini sudah melalui pengujian terlebih dahulu sebelum dilakukan pengiriman ke Desa Pakuan,” jelasnya. (Baca juga: UI Kenalkan Aplikasi mCare untuk Deteksi Dini Penyakit Tak Menular )
Kegiatan pengembangan alat yang telah dibuat selama empat bulan ini dilanjutkan dengan sosialisasi pengarahan penggunaan. Setelah alat tersebut sampai di Desa Pakuan, para petani langsung memanfaatkannya. “Bahkan beberapa telah menerima pesanan sejak produk ditawarkan, penjualan pun sudah masuk pasar online,” jelasnya.
Menurut Yoga, masyarakat Desa Pakuan sangat menyambut kehadiran alat pemecah biji kemiri ini. Mereka berharap dapat meningkatkan penghasilan desa dan juga mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) para petani biji kemiri di Desa Pakuan. Para petani juga menyampaikan bahwa mereka mengharapkan alat ini segera dikomersialkan dengan kuantitas lebih.
(mpw)
tulis komentar anda